Seorang laki-laki tengah bersiap, esok hari ia akan pulang ke tanah kelahirannya. Bertahun-tahun ia jauh dengan orang tua, sampailah pada hari ini ia akan berjumpa mereka, untuk mengobati rasa rindunya.
Gus haidar, seorang laki-laki tampan, di kenal dengan gus dingin dan cuek. Terutama pada lawan jenisnya, kecuali uminya. Pagi ini ia akan pulang ke Indonesia, setelah menyelesaikan s2 di kairo mesir. Alasan ia kuliah di Mesir ialah karna perintah abinya. Sudah menjadi kewajibannya menuruti perintah abi ja'far.
Di pesantren nurul iman. Seluruh santri di disibukkan dengan tugasnya masing-masing, mereka akan menyambut kedatangan gusnya. Sama halnya dengan syakila dan teman-temannya, mereka di suruh bu nyai musdhalifah untuk membereskan kamar gus haidar.
"Woy syakila, lo tuh di suruh bersihin kamar, bukannya ngelamun"
Tegas kesya pada syakila, hingga lamunan syakila buyar semua. Huuh, kacau kan halu gue."Hiiish... Lagian siapa sih agus agus itu, kenapa harus kita yang bersihin kamarnya coba"
Dasar agus, menangnya ia tak bisa membereskannya sendiri."Astagfirullah sya, dia itu putra kyai ja'far, masa kamu sungkan banget sih suruh beresin kamarnya doang"
Syakila hanya memutar bola matanya. Di lihat-lihat kamar si agus luas juga yah. Ada satu lemari khusus yang isinya piala semua. Betapa terkejoodnya syakila melihat puluhan piala itu. Syakila mendekat pada lemari itu dan membaca satu persatu pialanya.
"Juara 1 tilawah, juara 2 membaca kitab kuning, juara 1 MTQ tingkat nasional... Duuh, pusing gue lama-lama bacanya"
Syakila heran pada agus haidar itu, bisa-bisanya ia mendapatkan banyak piala. Lah syakila, satu aja ga punya. Huuh
"Udah selesai nih, yuk keluar"
Ujar kesya sambil memperhatikan isi kamar itu, takutnya masih ada debu yang berserakan."Udah selesai nduk"
Tanya bu nyai musdhalifah pada keempat santrinya, "sudah bu nyai, kalo gitu kita pamit ke asrama nggih"
Ujar syifa, mereka menyalimi tangan bu nyai musdhalifah takdzim."Iya, saya juga akan ke bandara, kalian jaga ndalem ya, takut ada tamu"
Jelas bu nyai musdhalifah, mereka mengangguk sambil menundukkan kepalanya.Di bandara soekarno-hatta, seorang laki-laki menarik koper hitamnya, ia mengenakan jubah putih, seakan-akan menambah pesonanya