Chp 5 : Lebih Mengenal Nya

44 21 0
                                    

𝙐𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚!! 𝙒𝙚𝙡𝙘𝙤𝙢𝙚, 𝙙𝙖𝙮 5!! 𝙆𝙚𝙢𝙖𝙡𝙚𝙢𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙝𝙪, 𝙢𝙖𝙖𝙛𝙛𝙛.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 𝙛𝙤𝙧 𝙖𝙡𝙡, 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡𝙠𝙖𝙣 𝙟𝙚𝙟𝙖𝙠! 𝘽𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙜𝙖 𝙗𝙖𝙣𝙜𝙚𝙩𝙩 𝙡𝙝𝙤𝙤.

𝙈𝙖𝙪 𝙩𝙖𝙪 𝙠𝙞𝙨𝙖𝙝 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝘼𝙞𝙨𝙮𝙖? 𝘽𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙚 𝙗𝙖𝙬𝙖𝙝!



Hari ini, tepat nya hari Minggu. Arlan berniat
untuk mengunjungi rumah Aisya. Ia ingin mengajak Aisya jalan-jalan, tidak hanya berdua, melainkan dengan Aminah juga.

Arlan lupa, lupa meminta nomor telepon mereka. Entah mengapa, sejak minggu lalu hati nya selalu tidak aman. Dalam hati nya seperti di penuhi oleh Aisya, Aisya, dan Aisya terus.

Hari ini juga hari ke-2 Papa nya berada di rumah. Nanti malam, Papa Ziwano kembali ke Jakarta lagi. Bisa di bilang Arlan adalah anak laki-laki yang dekat dengan sosok Ayah.

𝘛𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬 tok

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Arlan di tengah hening nya kamar Arlan.

"Sebentar," ucap Arlan bangkit dari rasa malas nya yang menempel di kasur.

Arlan membuka pintu, dan...

"Duarrr," teriak Ziwano membuat badan Arlan sedikit bergetar.

"Astaghfirullah, Papa," kata Arlan mengusap-usap dada nya dengan perlahan.

Ziwano tertawa kecil, "Hehehe, sorry deh. Papa mau cek kamar Abang dulu," ucap Papa Arlan meleos masuk ke dalam.

Arlan mengikuti nya dari belakang. Ziwano mengecek setiap sudut, barang, dan yang lainnya. Sudah biasa bagi Arlan, Papa nya memang begini. Setiap kali ia berada di rumah, satu minggu dua hari. Satu hari nya ia mengajak berlibur, dan satu hari nya lagi ia pakai untuk di rumah. Mengecek setiap kamar anak-anak nya.

Dug... Arlan menabrak Ziwano dari depan. Papan nya yang tiba-tiba berbalik badan tertubruk oleh Arlan.

"Hmm, ngapain kamu ikut-ikut Papa? Papa lagi cek kamar kamu," kata Ziwano. Mata Ziwano terlihat tajam menatap Arlan.

Jantung Arlan berdebar kencang. "E-engga, Pa. Arlan cuma...."

"CUMA APA? HAH?" teriak Ziwano membuat Arlan menutup ke-dua telinga nya.

Ziwano tertawa lagi. "Kamu ini, suara sekecil itu sampe tutup telinga. Lebay! Papa cuma bercanda, hehe, sorry."

Arlan hanya mengusap dada nya perlahan. Sudah cukup sabar Arlan menghadapi Papa nya itu.

Ziwano kini duduk di tepi ranjang Arlan. Arlan ikut duduk di sebelah nya.

"Pa," panggil Arlan. Ziwano melirik nya.

"Hm?" sahut Ziwano.

"Arlan mau... Mau pergi dulu ke rumah temen," kata Arlan.

Ziwano lagi-lagi menatap tajam mata Arlan. "Temen yang mana?"

Arlan menggigit-gigit lidah nya sendiri. Tenang, tenang. "Temen Arlan, boleh, ya? Please Paa, sebentar, cuman sampe siang." Arlan membentuk sebuah huruf V dengan tangan nya.

Ziwano mengangguk, "Awas aja kalau ke mana-mana. Dan... Awas kalau siang ngga pulang!" tegas Ziwano.

Arlan mengiyakan perkataan Ziwano. Ia mengambil jas hitam dan kunci motor nya. Menyalami punggung tangan Ziwano, lalu pamit.

Mata Untukmu, Aisya! [ Sudah Terbit√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang