Chp 6 : Apakah Ini Cinta?

33 20 0
                                    

𝙐𝙥𝙥! 𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜! 𝙏𝙝𝙖𝙣𝙠𝙨 𝙪.



Waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB, matahari mulai tenggelam, seperti Arlan yang tenggelam oleh cinta nya kepada Aisya. Tik... Tik... Tik..., bunyi jam yang sedang menghitung waktu. Arlan, ia baru saja pulang sekolah pukul 15.15 tadi. Selama 15 menit Arlan menghabiskan waktu itu hanya untuk rebahan di ranjang nya.

Arlan masih kepikiran soal cerita kehidupan Aisya dulu. Betapa hancur nya Aisya kala itu. Arlan pikir, Aisya yang tidak bisa melihat dan hidup tanpa orang tua saja masih bisa bahagia. Sedangkan ia, kadang lupa bersyukur sudah diberi kenikmatan hidup. Orang tua yang lengkap, biaya hidup yang lebih dari cukup, Arlan masih pernah mengeluh.

Hati Arlan berbisik, coba lah lihat Aisya. Dia anak yang kuat, anak yang selalu ceria. Tidak seperti kamu, yang banyak mengeluh soal hidup. Contoh lah Aisya, Arlan.

Arlan bangkit, mencoba berdiri dengan keadaan nya yang kusut bagai singa yang baru bangun tidur. Arlan mengambil handphone nya yang tergeletak di meja belajar. Astaghfirullah! Gue lupa minta nomor Aisya atau Aminah! gumam Arlan dalam hati.

"Argh! Sial, gimana gue kabarin mereka," Arlan mengacak-acak rambut belah dua nya.

Tiba-tiba ada telepon masuk ke dalam handphone nya. Nomor nya tidak di kenal. Arlan langsung tersenyum ceria berharap itu adalah telepon dari Aisya. Dengan cepat Arlan menggeser tombol hijau ke atas.

"Halo, Sya?" sapa Arlan dalam telepon.

"𝘚𝘺𝘢? 𝘐𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘘𝘶𝘦𝘦𝘯," 𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶.

Sontak Arlan menjauhi handphone itu dari telinga nya. Perempuan itu berucap lagi.

"𝘈𝘳𝘭𝘢𝘯? 𝘐𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘡𝘢𝘲𝘶𝘦𝘦𝘯𝘢 𝘊𝘩𝘦𝘭𝘴𝘦𝘢, 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘶," 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘫𝘢𝘶𝘩.

Arlan mendekatkan handphone nya ke mulut. "Lo bilang lo pacar gue? JANGAN HARAP!" bengak Arlan langsung mematikan telepon itu.

Ia mengambil jas hitam nya yang di gantung. Ia juga mengambil kunci motor nya. Saat Arlan turun dari tangga, ia berpapasan dengan Lora.

"Arlan izin keluar, mau ke rumah temen," pamit Arlan dengan ekspresi wajah cuek.

Arlan langsung melanjutkan jalan nya. Lora berteriak, "Mau ke rumah temen yang mana, Arlan?" tanya Lora.

Arlan yang sudah di depan pintu menjawab dari kejauhan. "Calon pacar!" seru Arlan dengan smirk.

Kini Arlan sudah sampai di depan rumah Aisya, lebih tepat nya rumah peninggalan Umi dan Abi nya. Seperti nya di dalam tidak ada siapa pun, sandai yang biasa Aisya dan Aminah pakai juga tidak ada.

Tiba-tiba ada seorang Ibu-Ibu yang lewat rumah Aisya menghampiri Arlan. "Nak?" sapa Ibu itu dari belakang.

Arlan menengok dan badan nya sedikit bergetar karena terkejut. Ibu itu tersenyum. "Nyari siapa? Aisya?" tanya Ibu itu.

Arlan mengangguk, "Iya, Bu. Kayak nya ngga ada siapa-siapa, ya?"
Ibu itu mengangguk. "Ya, benar. Aisya dan Aminah sedang berjualan." Ibu itu memberitahu Arlan.

"Ouh, kalau boleh tau jualan di mana, ya, Bu?" tanya Arlan ditanggapi celengan kepala dari Ibu itu.

"Kalau tempat nya saya kurang tahu. Coba saja whatsapp ke nomor Aminah," jawab Ibu yang seperti nya sudah lama mengenal Aisya.

Arlan menggaruk punggung tangan nya yang gatal karena gigitan nyamuk. "Ibu punya nomor nya? Boleh saya minta?"

Ibu yang tinggi nya lebih pendek 20cm dari Arlan mengeluarkan handphone dari saku celana nya. Ia menunjukkan nomor Aminah.

Mata Untukmu, Aisya! [ Sudah Terbit√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang