Chp 9 : Membawa Aisya Pt.2

35 21 0
                                    

𝘾𝙝𝙖𝙥𝙩𝙚𝙧 9!! 𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 𝙖𝙡𝙡. 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡𝙠𝙖𝙣 𝙟𝙚𝙟𝙖𝙠 𝙢𝙪 𝙠𝙖𝙬𝙖𝙣𝙯𝙯, 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙜𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙠𝙪𝙪 𝙝𝙚𝙝𝙚𝙚.

𝙀𝙣𝙟𝙤𝙮!


Terdengar suara mobil dari luar. Seperti nya itu adalah Maura dan keluarga nya. Lora dan Arlan masih berdebat.

"MA! UDAH, MA! MAURA UDAH DATENG, MALU!" tegas Pandu pada Lora.

Lora memutar bola mata nya pada Aisya. "KAMU MENDING PULANG SAJA SANA!" bentak Lora.

Aisya menghapus air mata nya. "I-iya, Tante. Ar-Arlan, a-aku pulang, ya." Aisya memutar badan nya.

Arlan menahan Aisya, ia menggengam erat tangan Aisya. "Ngga, Sya. Lo ngga boleh pulang!"

Aisya menggeleng, ia melanjutkan jalan nya. Namun, genggaman Arlan begitu erat. Aisya berputar kembali ke arah Arlan.

"Ada gue, ada gue, Sya," ucap Arlan.

Ziwano membawa Lora ke kamar mereka. Pandu membuka pintu menyambut Maura. Zayn membantu menyiapkan. Arlan membawa Aisya duduk di sofa. Arlan menghapus air mata Aisya dengan tangan nya sendiri.

Maura dan keluarga nya masuk. Mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan. Lora dan Ziwano tadi berdebat sebentar di kamar. Kini mereka kembali ke bawah, menemui calon besan.

Acara di mulai, semua berjalan dengan lancar. Setelah itu, semua keluarga besar menikmati hidangan yang disediakan keluarga Pandu.

Pandu dan Maura menghampiri Arlan dan Aisya. Pandu dan Maura duduk di depan Arlan dan Aisya.

Wajah Aisya pucat, Arlan lemas. Soal Aisya, Pandu dan Zayn sudah tahu sejak seminggu yang lalu. Arlan menceritakan bahwa ia mencintai Aisya. Pandu dan Zayn adalah kakak dan adik yang selalu mendukung apa pun yang baik untuk Arlan.

Arlan adalah anak yang paling tampan di antara tiga ber saudara. Jadi, Arlan menjadi korban perjodohan. Arlan ingin seperti Pandu yang bisa memilih pilihan nya sendiri.

"Arlan, Aisya," panggil Maura, yang kini resmi menjadi tunangan nya Pandu. Maura tahu sekali sifat Arlan, calon adik ipar nya itu. Maura juga tahu soal Aisya.

"Hm, apa, Ka?" kata Arlan menaikkan kepala nya yang menunduk.

Maura tersenyum, "Arlan udah berani bawa Aisya, ya? Hebat, Arlan hebat," ucap Maura.

Arlan menatap bingung Maura. "Maksud Kak Ara?" tanya Arlan.

"Arlan hebat udah berani bawa Aisya ke sini. Ketemu sama Mama dan Papa. Walaupun Mama Lora masih ngga suka, tapi Kak Ara percaya kalau suatu saat nanti Mama Lora pasti restuin kalian berdua," jelas Maura diangguki Pandu.

Maura memegang kedua telapak tangan Aisya dengan tangan nya. Ia genggam erat.

"Aisya, kamu Aisya, kan?" tanya Maura. Aisya mengangguk.

"Aisya ngga usah nangis, ya? Semua akan baik-baik saja. Mama Arlan pasti akan menerima Aisya. Kak Ara juga dulu gitu, kok. Kak Ara ngga deket sama Mama Lora. Tapi, lama kelamaan Kak Ara deket dan di restuin." Maura mengelus pipi Aisya.

"Tapi, Kak. Kita beda... Aisya ngga akan di terima sampai kapan pun oleh Mama Arlan. Karena Aisya tidak se sempurna Kak Maura," balas Aisya.

Pandu ikut berbicara, "No, Aisya. Kamu sempurna, lebih dari sempurna. Arlan saja sampai mencintai kamu lebih dari Arlan mencintai diri nya sendiri," ujar Pandu.

Mata Untukmu, Aisya! [ Sudah Terbit√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang