( 18. ) : Be Clear

57 10 3
                                    

Sorry for typo...
~Happy Reading~

















Disinilah Mark sekarang, berjalan beriringan bersama dengan Jeno. Langkah kaki tegap itu menggema dengan pasti, membelah pelataran bak hunian surga yang kini semakin terlihat suram di mata mereka.

Mata elang milik Mark selalu enggan jika harus kembali ke tempat ini. Sebuah rumah yang tak terasa seperti rumah. Cangkang kosong yang sayangnya begitu mewah layaknya permata nyata, lengkap dengan penghias senja yang membuat sang fajar sedikit iri menepi.

Kilauan emas permata yang membuat silaunya pandangan menggambarkan betapa angkuhnya mereka. Sapuan harta yang tidak pernah bisa lepas dari darah sombong penyapu rahasia memang cocok untuk mereka.

Jeno melirik sekilas para kaum yang selalu sombong itu dengan wajah sedingin es yang tak tersentuh.

Setiap rasa angkuh yang mereka serukan selalu membuat takdir tidak sudi melirik. Sungguh makhluk dengan rasa tinggi hati mereka, kokohnya kekuatan bahkan kekuasaan mereka menguar penuh ancaman. Menampar arogan pada aliran sang waktu yang kini telah singgah di antaranya.

"Selamat datang kembali Tuan Mark Sang Naga Emas." Suara gahar menyapa indra pendengaran Jeno.

Sepasang Naga kembar penjaga pintu besar di depan mereka berseru dengan hormat. Layaknya sang pelayan setia yang memberi salam pada Sang Tuan. Semua itu tidak pernah luput dari pandangan datar milik Jeno.

Mark hanya menganggukkan kepalanya, dua orang penjaga menunduk hormat akan kehadiran Tuan mereka. Jeno menatap itu dengan penuh rasa Dejavu.

"Ku rasa ini akan menarik Mark." Senyuman segaris Jeno terbit menarik, memikat sang naga untuk bergerak dengan cepat.

Tentu saja hadirnya disisi Mark akan menentukan pilihan apa yang para kaum angkuh itu ambil. Jeno tidak bisa bersabar lagi ingin melihat gumaman rendah apa yang akan mereka gaungkan.

"Cih, berhentilah berasumsi. Kau akan melihat realitas begitu memuakkan nanti." Mark berdesah tak senang, dia harus membuat keputusan kali ini menjadi yang terakhir.

Mark tak ingin Hugo kembali menerima luka lebih dari ini. Karena Hugo adalah belahan jiwanya yang dipilih oleh takdir, dan tak sepantasnya mereka mengusik sang takdir itu sendiri.

Grekk...

Suara gelegar pintu besar itu terbuka, pintu dengan ukiran emas juga berlian di sepanjang sisinya tampak sangat mempesona bagi para pelihatnya. Namun sangkar emas tidak akan lebih baik daripada angin puyuh di luaran sana. Itu yang selalu Mark gaungkan pada hidupnya. Hugo adalah matenya, mereka harus menerima kenyataan itu sekarang dan untuk selamanya.














----o0o----












"So? Can we?" Kerlingan dari mata Jaehyun berkilat penuh ambisi.

"Ck, sebaiknya cepat tanpa basa-basi. Apa urusan mu kesini budak waktu Jaehyun?" Wajah datar Jisung menguar dengan arogan sekarang.

Jujur saja Jisung sangat tidak suka dengan kehadiran Jaehyun di waktu romantisnya bersama Chenle, karena itu sangat menggangunya.

"Hahahaha, easy young boy. Pasangan hitam itu telah melakukan perjanjian dengan Demon. Oleh karena itu para Vernlord tidak akan tinggal diam tentang ini." Senyuman yang semula jenaka itu kini terlihat begitu mengancam.

Meskipun hubungan antara Jaehyun dan Jisung tidak sebaik dulu, tetap saja Jisung adalah adiknya satu-satunya. Jaehyun juga tidak terlalu senang atas campur tangan Vernlord diranah teritorial para budak waktu. Mereka terlalu ingin berkuasa hingga lupa bahwa batasan antara fana dan dunia lain setipis kulit ari. Bisa robek bahkan terkoyak dengan sangat brutal.

Cirque Del Rush ( New town) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang