( 19. ) : The Decision

52 8 1
                                    

Sorry for typo...
~Happy Reading~






















Grekkk...

Pintu besar itu terbuka perlahan, menampilkan ruangan mewah megah dengan penuh arogansi yang ketara. Mata Mark memicing tajam menatap seorang lelaki paruh baya yang tidak pernah berubah dimatanya.

Tap...

Tap...

Langkah tegap Mark bergema memasuki Aula yang telah sekian lama dia lupakan. Jeno hanya mengikuti langkah Mark dengan malas, Jeno harap pertemuan memuakkan ini cepat selesai. Karena sungguh Jeno rindu pelukan hangat Jaemin sekarang.

"Mark! Kau akhirnya pulang!" Seruan dari wanita yang mengaku sebagai tunangannya itu sangat menggangu pendengaran Mark saat ini.

Bahkan dengan tidak tau etikanya Mariam Black Dragonis berlari menyambut Mark, tubuhnya menempel pada lengan kekar Sang Naga itu tanpa permisi. Kedua orang paruh baya yang kini ada di hadapan mereka seakan tak peduli dengan tingkah Mariam yang memuakkan.

Srettt...

"Berhenti lah bertingkah Mariam Black Dragonis atau bisa ku panggil Kang Mina, menjijikkan." Mark menghempaskan Mina yang bergelayut manja padanya dengan sentakan kasar.

Wanita yang tidak tau malu.

"Hmm." Jeno mengangguk mengiyakan, benar-benar wanita murahan.

"Ish, Mark. Aku ini masih tunangan mu yang sah." Rengekan yang terkesan dibuatnya itu menambah daftar menjijikkan di mata Mark sekarang.

"Mina benar Mark, bertingkah lembut lah untuknya." Suara berat dari lelaki paruh baya yang kini hanya fokus pada lembaran kertas di tangannya itu membuat Mark merasa muak.

"Dia bukan pasangan ku Ayah, atau bisa ku sebut Tuan Dion Dragovic." Mark menyentak, menegaskan bahwa wanita menjijikkan dan penuh tipu daya itu tidak akan pernah menjadi pendamping hidupnya.

Ya, lelaki bernama Dion Dragovic itu adalah Ayah Mark. Seorang Naga hitam yang amat berpengaruh, kekuatannya tentu tidak bisa diragukan lagi. Kekuasaan miliknya bahkan hampir setara dengan Vernlord yang kini merajai dunia bawah.

Rasa hormat juga segan masih Mark junjung tinggi untuk Sang Ayah, namun itu tidak akan bisa mengubah keputusannya yang satu ini.

"Mark." Suara lembut mendayu menyapa indra pendengaran Mark.

Wanita dengan gaun elegan minimalis berwarna merah maroon itu berjalan ke arahnya, senyuman hangat yang selalu Mark rindu hadirnya. Rambut hitam panjang gelombangnya sungguh begitu pas di paras ayunya yang menurun pada Mark.

"Lama tidak berjumpa Ibu?" Mark tersenyum cerah melihat Sang Ibunda yang kini berjalan mendekat ke arahnya.

Tap...

Tap...

Grepp...

Pelukan hangat Mark dapatkan dari seorang wanita yang membuatnya hidup ke dunia. Wanita yang Mark puja lebih daripada apapun, meskipun Mark kadang masih khawatir jika Ibunya mendapat perlakuan buruk dari Sang Ayah semenjak dia pergi.

"Kau pulang Mark... Kau pulang. Terimakasih sudah pulang anakku sayang." Isakan lirih terumbar dari bibir berpoles warna nude itu lembut.

"Iya Ibu Mark pulang, Mark sangat rindu Ibu." Jujur Mark memang sangat merindukan wanita di pelukannya ini, rasa nyaman membuat Mark seakan tak mampu untuk melepaskannya lagi.

Cirque Del Rush ( New town) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang