15 ; hari ke sepuluh

1.6K 155 13
                                    

Ziel perlahan membuka mata nya, sekelilingnya bernuansa putih, seorang pria berjas putih mendekat dan memeriksa nadi nya.

"Bagaimana perasaan mu sekarang?" Tanya pria itu yang ber nametag DR. Herio.

"Pusing ... " jawab Ziel dengan nada lirih dan serak.

Segera dokter tersebut menyodorkan segelas air pada Ziel dan langsung diminum oleh empu nya.

"Udah mendingan pusing nya?" Tanya dokter tersebut dan dibalas anggukan kecil dari Ziel.

Beberapa menit kemudian dokter tersebut keluar setelah memeriksa keadaan Ziel, dan keluarga nya masuk kedalam ruangan untuk melihat keadaan Ziel.

"Nak, kamu udah gak papa kan," ujar Anna sembari memeluk putra bungsu nya.

"Ziel gak papa kok, cuma agak pusing aja," jawab nya dengan sebuah senyum kecil.

Malam itu Ziel dirawat inap di sebuah rumah sakit, ditemani oleh ayah dan ibu nya, sedangkan Cakra terpaksa harus pulang dikarenakan besok masih sekolah.

====================================
SILENT AREA
====================================

Keesokan hari nya, bertepatan pada jam 9 pagi, handphone milik Ziel berdering, ketika dilihat nama si penelpon, tertera nama Annan diponsel nya.

Jari Ziel mengetuk tombol hijau dilayar handphone nya, suara dari seberang telpon terdengar.

"Halo El, gimana keadaan lu? Udah baikan?" Tanya Annan dari seberang telpon.

"Iya, gw udah baikan kok, mungkin besok udah bisa pulang, lagian gw pake helm, jadi gak terlalu parah lah," jawab Ziel dengan nada santai, bertujuan agar Annan mengurangi rasa kekhawatiran nya.

Dari seberang telepon terdengar bahwa Annan menghela nafas nya lantaran lega mendengar kabar jika Ziel baik-baik saja.

"Lagian kok bisa sih lu sampek kecelakaan El, ngelamun lu ya," ujar Annan.

"Bukan, lu gak perlu tau," jawab Ziel yang dimana membuat Annan kesal lantaran merasa tidak puas dengan jawaban Ziel.

"Ntar gw kesana bareng Zafar, pokoknya lu harus ceritain semua nya sama kita, oke," ujar Annan dengan nada memaksa.

Belum sempat Ziel menjawab, Annan mematikan telepon nya secara sepihak membuat Ziel agak kesal.

"Aduh, gw harus jelasin apa ke mereka berdua, yakali gw bilang kalau gw kecelakaan karena setan yang ada dirumah nya Annan," gerutu Ziel seraya mengacak-acak rambut nya, hal itu membuat Ziel meringis sakit karena kepala nya masih terasa perih akibat dari benturan kepala nya pada pembatas jalan.

Saat Ziel sedang mengelus kepala nya yang terasa sakit, Anna masuk kedalam ruang rawat inap nya, ditangan wanita cantik itu terdapat kantong plastik berisi buah-buahan.

"Ziel, mommy bawa buah, kamu makan  buah ya, biar cepat sehat, mommy bakal kupasin buah nya," ujar Anna seraya duduk di kursi dan mengambil buah apel dan sebuah pisau yang ia bawa dari rumah.

Anna mengupas buah apel itu dengan telaten dan memotong nya menjadi beberapa bagian.

"Ayo buka mulut nya," ucap Anna seraya menyodorkan sepotong buah apel yang sudah ia tusuk menggunakan garpu.

Ziel terdiam sejenak, ia menatap wajah Anna yang terlihat teduh dan menenangkan, jika diperbolehkan, Ziel ingin menangis sekarang, ia terharu dengan kebaikan dan ketulusan dari seorang ibu seperti Anna, padahal Ziel bukan anak kandung nya.

"Kok Ziel diem aja, ayo dimakan buah nya nak, nanti dilalerin loh," ujar Anna dengan nada bercanda.

Ziel mengangguk dan membuka bibir kecil nya untuk menerima suapan dari Anna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silent Area {Cerita Tidak Dilanjutkan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang