12 ; hari ke enam + ke tujuh

1K 139 18
                                    

Angin berhembus pelan menerpa dedaunan, kicauan burung menjadi pelengkap dipagi yang cerah.

Namun, cerah nya pagi hari tidak membuat wajah Ziel juga secerah cahaya sang baskara, remaja itu duduk termenung disofa seraya menatap kosong ke televisi yang menampilkan layar hitam.

"El, kok melamun gitu?" Tanya Cakra yang berjalan dari arah dapur menghampiri Ziel.

Ziel menoleh dan menghela nafas pelan, fikiran nya sedang kalut, dipenuhi dengan tanda tanya serta rasa penasaran yang membuncah.

"Gak ada kok" jawab Ziel dengan intonasi nada yang pelan dan lesu, remaja itu melangkahkan kaki nya ke taman belakang rumah guna mencari angin sejuk.

Cakra hanya bisa membisu melihat tingkah adik nya yang terlihat tidak antusias layak nya daun kering yang berjatuhan dari pohon dimusim kemarau.

Ziel duduk dibawah sebuah pohon mangga dengan daun yang sangat rindang, sehingga cahaya dari sang baskara tidak dapat menembus dedaunan.

Saat Ziel tengah bergelut dengan fikiran nya, seorang remaja lain bernama Asta, yang beberapa hari lalu pernah ditemuinya tepat ditempat saat ini ia sedang duduk.

"Hai El, ngapain sendiri disini, ngelamun lagi, ntar kesurupan loh" canda Asta diselingi tawa pelan.

"Cuma lagi banyak pikiran aja" jawab Ziel yang masih termenung serta terlarut dalam fikiran nya.

Asta mengangguk dan mendudukkan dirinya disamping Ziel, ia juga turut diam serta merenung, walau sebenarnya dirinya tidak paham apa yang tengah ia renungkan.

Ziel menoleh kan kepala nya menghadap Asta dengan padangan penuh tanda tanya.

"Mikirin apaan Ta?" Tanya Ziel, Asta juga menolehkan kepala sehingga netra hitam milik nya bertatapan dengan netra hijau milik Ziel.

Asta menjawab dengan nada santai "tidak ada, kan gw cuma mau ngikutin lu doang, hehe," jawaban dari Asta membuat Ziel menghembuskan nafas pelan.

"Daripada lu banyak pikiran, mending cerita sini, ada apa hmm?" Tanya Asta seraya menatap Ziel dengan tatapan antusias, menyiratkan bahwa dirinya siap menjadi pendengar bagi Ziel.

Dengan sedikit rasa ragu, Ziel menceritakan semua hal yang sekarang tengah menganggu fikiran nya kepada Asta, ia tidak mengurangi atau melebih lebihkan saat dirinya bercerita.

Setelah mendengar Ziel menjelaskan semua nya, Asta mengangguk samar dan kemudian menatap netra hijau milik Ziel.

"Kayak nya... Kalau menurut gw bukan Tara deh" ujar Asta yang dimana membuat Ziel mengerutkan dahi nya bingung.

"Tapi kan dia yang punya jenglot, masa tuh jenglot bisa jalan sendiri sih" gerutu Ziel dengan tangan yang disilangkan ke dada.

Asta berfikir sejenak "ya..., kayaknya lebih baik lu tanya sendiri deh sama Tara, kan dia yang lebih tau"

Usulan dari Asta memang bagus, namun bagaimana jika Tara tersinggung atau semacamnya, Ziel tidak ingin mengambil terlalu banyak resiko.

Dengan wajah sendu, Ziel berucap "bagus sih ide lu, tapi kalau nanti dia nya malah tersinggung kek mana?"

"Entah lah, belum dicoba belum tau kan"

Ziel mengangguk mendengar kalimat yang diucapkan oleh Asta, sepertinya ia lumayan setuju dengan usulan itu, tidak ada salahnya dicoba, walau resiko nya terlalu besar.

"Yaudah deh, besok gw coba, soalnya kan masuk sekolah" ujar Ziel dan diberi acungan jempol dari Asta sebagai balasan.

====================================
SILENT AREA
====================================

Silent Area {Cerita Tidak Dilanjutkan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang