Ruangan bercat putih itu sangat luas dengan bau obat-obatan yang sangat dominan, seorang pemuda tampan dengan masker biru khas rumah sakit bertengger pada wajah tampannya yang kini tengah asik memotong-motong isi perut korbannya.
Dibalik masker, bibir itu menyeringai puas.
"gadisku pasti menyukainya" gumamnya bangga akan apa yang dilakukannya.
Pasalnya, pria yang menjadi korbannya itu tidak sengaja menumpahkan es teh miliknya pada seragam gadis kecilnya.
" Tak ada yang boleh mengusik gadis kecilku"
Pria itu bernama Aron Eliezer, seorang dokter muda sekaligus pewaris tunggal dari lima Rumah Sakit ternama. Dan untuk saat ini, ia sedang menduduki CEO di RS Aeres Vincent yang mana merupakan salah satu rumah sakit ternama milik ayahnya.
Setelah puas dengan apa yang ia lakukan, Aron pun membuang sarung tangan miliknya dan memasukkan tangan kirinya kedalam saku kemudian melangkah sembari bersiul.
***
Disisi lain, seorang remaja tengah duduk melamun diantara cahaya lampu taman sambil menatap kosong kedepan.
Malam itu begitu sepi, hingga suara jangkrik dapat ia dengar begitu jelas. Rasa sepi itu, membalut tubuhnya yang sakit.
Dihadapannya terdapat hamparan danau yang begitu indah. Namun, tak sekalipun ia hiraukan.
"hufff,," helaan nafas terdengar berat, ia terus memikirkan nasibnya.
Remaja itu termenung menatap bayi mungil tampan yang berada digendongannya. Diperhatikannya wajah bayi merah yang baru berusia tujuh hari itu lekat-lekat. Bibir, hidung, alis, serta rambut sama persis seperti yang ia miliki. Kecuali mata, bedanya bayi itu memiliki bentuk mata sedikit sipit sehingga mengingatkanyya pada boy-band korea yang marak digemari oleh remaja masa kini.
Sesekali bayi itu menggeliat sambil merengek kecil, seutas senyum muncul pada wajah rupawan remaja itu.
"hey iblis kecil, dilihat dari sisi bagian manapun kau sangat mirip denganku" ucapnya sambil mencolek hidung mungil sang bayi merah, sedetik kemudian alis itu berkerut.
"ah bukan kah dengan begitu orang-orang akan berpikir bahwa bayi ini adalah milikku!! Yang benar saja, aku bahkan belum pernah merasan bagaimana rasanya menggagahi serabi lemp*t seorang wanita" ucapnya dalam hati.
Beribu-ribu pertanyaan kembali memenuhi otak remaja yang berusia 17 tahun itu. Apa dia juga harus ikut membuang bayi merah itu? Tapi, bagaimana caranya dia merawat bayi itu dengan baik jika ia mengadopsinya? Apa dia bisa membesarkannya? Jujur saja, ia takut menghadapi masalah seperti saat ini. Dia takut dihukum, dan karirnya akan hancur.
Siapa yang tidak mengenalnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Lisan
RomanceNote: banyak adegan dewasa (21++) Aron yang tak pernah mendapat cinta dari wanita yang pernah melahirkannya, hampir menganggab bahwa cinta itu hanya mitos dan bualan semata. Bahkan ia sama sekali tak berani memimpikan apa itu cinta dan dicintai, dan...