Ruangan bercat putih itu sangat sunyi, hingga hanya terdengan suara alat-alat medis yang bersahutan.
Seorang gadis belia duduk di kursi samping brankar rumah sakit. Matanya menatap kosong bayi mungil merah yang tergeletak tak berdaya dengan alat medis berada di beberapa anggota tubuhnya, entahlah gadis itu tak tahu alat-alat apa saja yang terpasang pada tubuh sang bayi merah.
"Clo, bayimu demam tinggi dan kelaparan. Apa kau ingin membunuh bayi tak berdosamu itu?" suara maskulin pria yang terdengar sarkas membuat pikiran gadis belia itu buyar.
gadis itupun mendelik dengan tak suka
"Sudah kukatakan Aron, dia bukan bayiku.!"
Seakan ada rasa sesuatu yang menggelitik hatinya, pria yang bernama Aron itu pun tersenyum kecil.
"baiklah-baiklah, emm..jika bayi itu bukan bayimu, kenapa dia bisa bersamamu? Kau bukan seorang penculik bayi kan Clo?" tanya Aron dengan nada curiga.
gadis belia yang disapa Clo itupun menghela napas beratnya.
huffffff
"aku akan menjelaskan semuanya padamu Aron, tapi berjanjilah kau tidak akan menceritakan hal ini pada orang tuaku" ucap Clo dengan lembut.
Senyum pada wajah Aron sekarang semakin terlihat merekah.
"Ceritakanlah Clo, aku berjanji akan merahasiakannya dari orang tuamu" jawab Aron dengan nada tegas.
hahhhh,,huuuhhhhh
suara tarikan napas Clo itu terdengar seakan bongkahan batu yang selama ini menindih hatinya akan sesegera mungkin ia keluarkan
"Alasanku tinggal di apartemen memang benar aku ingin hidup mandiri, tapi ada satu kebohongan terbesarku yang tak ingin aku ceritakan pada orang tuaku" ucap clo dengan sengaja menggantung ucapannya.
"Apa?" tanya Aron dengan penasaran.
"a,aa..aku"
Suara Clo gagap, terlihat sekali bahwa clo saat ini sangat gugup.
"Hamil.?" tanya Aron dengan alis berkerut. Terlihat jelas bahwa ia tak suka karena ada perasaan aneh dihatinya yang membuatnya tak nyaman.
"cekk,,bukan itu Aron" jawab Clo cepat.
"Aku maniak pada idolaku" cicit Clo dengan suara pelan.
"Celebrity worship syndrome kah?" tanya Aron menambahkan.
Clo menatap wajah terkejut Aron, kentara dengan mata pria itu yang membulat sempurna.
"mungkin begitu, ah anggap sajalah begitu.!"
Mendengar kata itulah yang keluar dari bibir mungil Clo membuat Aron menatap gadis belia itu khawatir
"kau pasti paham apa yang aku maksud" cicit Clo.
Aron pun mengangguk mantap, tentu saja dia yang seorang dokter memahami akan hal itu.
Celebrity worship syndrome adalah suatu kondisi dimana seseorang akan menjadi terobsesi kepada selebriti, serta menjadi tertarik dengan kehidupan pribadi sang selebriti.
Sebenarnya Aron ingin sekali bertanya kenapa gadis belia itu tidak jujur saja pada orang tuanya tanpa harus melakukan drama pindah rumah, namun hal itu ia urungkan.
"Mungkin Clo punya alasan tersendiri..atau karena dia malu karena syndrome yang ia derita membuat kamarnya penuh dengan poster dan barang-barang yang berhubungan dengan sang idola" ucap Aron dalam hati.
"Clo, katakan siapa idola mu itu?" tanya Aron penasaran
"Crish, Christopher arce" jawab clo sumbringah, sedetik kemudian wajah itu langsung tertunduk lesu. Lalu, Clo pun menceritakan hal apa yang terjadi hingga bayi itu bersamanya.
Flashback on
Mobil mewah dengan warna kuning mencolok membelah jalanan pada waktu senja kala itu. Dibagian kemudi seorang gadis belia menyetir dengan lihainya mengotak atik sesuatu yang terlihat sangat canggih dan modern. Rambut hitam dengan gaya curly-nya, terlihat sangat elegan. Mata sipit khas negara Jepang dengan netra hitam itu memancarkan keteduhan yang dominan. Ukuran dada 34-C itu dibalut dengan outfit dengan gaya korean-style. Sempurna, itulah yang akan orang lain katakan jika bersitatap dengan gadis belia itu.
Claudy Putri, disapa akrab dengan nama panggilan Clo. Putri tunggal dari Tadashi Kaze, pria termasuk jajaran orang elit di negeri sakura tersebut karena memiliki perusahaan induk dan beberapa cabang perusahaan di negara lainnya termasuk di negara tanah kelahiran istrinya Belle Amayra yang mana adalah orang Bandung yang berdarah Kalimantan.
Saat ia melewati taman netra hitam itu menangkap sosok familiar yang duduk di kursi taman, dengan cepat ia pun menepikan mobil mewahnya.
Dengan wajah terkejutnya, ia pun mengucek kedua matanya takut hal yang ia lihat di depan mata hanyalah halusinasi semata
"Aaaaa, OMG..njir hari ini gue hoki banget" ucapnya girang dalam hati
Tak salah lagi pria tampan dengan pahatan sempurna duduk di kursi taman itu adalah sang idola yang mana dalam hampir dua tahun ini dia agung-agung kan.
Dengan mantap kaki jenjang itupun melangkah pasti menuju pohon cemara tua yang posisinya berada tak jauh dari taman
Dengan rasa bahagia memuncah dari dalam relung hatinya, gadis itupun mulai mengabati pemuda itu seperti detektif handal.
Ctaarrrrr
Suara petir dan cilatan membuat gadis itu melambungkan tubuhnya. Tidak.! Bukan suara petir itu yang membuatnya terkejut tetapi sesuatu yang ada di gendongan tangan sang idola. Sesuatu itu bertubuh mungil, berwajah imut dan lucu.
"Bayi" ucapnya kaget.
Wajah gadis belia itu sarat akan rasa kecewa yang teramat dalam, bagaimana tak kecewa? Orang yang dia idam-idamkan sebagai suami idaman kini sedang menggendong seorang bayi mungil.
Sedetik kemudian wajah gadis itu terheran-heran, dia selalu mengikuti berita ter-update sang idola. Tak sekalipun dia pernah mendengar bahwa pria tampan itu menikah muda
"aaa,,appa bayi itu hasil di luar nikah?" pikirnya
Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah sang idola kini meninggalkan bayi mungil itu pada kursi taman.
Pikiran gadis itu sedang berkelana jauh, hingga rintikan hujan dan rasa dingin membuatnya tersadarkan kembali bahwa dia masih berpijak di atas tanah.
Sadar hujan kian mulai deras, dengan langkah yang sengaja ia lebar-lebarkan menuju dimana bayi itu diletakkan.
Tanpa memikirkan apapun lagi dia langsung mengambil bayi itu, padahal suatu hal yang harusnya tidak ia lupakan adalah dia gadis belia suci yang masih berusia 16 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Lisan
RomanceNote: banyak adegan dewasa (21++) Aron yang tak pernah mendapat cinta dari wanita yang pernah melahirkannya, hampir menganggab bahwa cinta itu hanya mitos dan bualan semata. Bahkan ia sama sekali tak berani memimpikan apa itu cinta dan dicintai, dan...