Rumah besar yang sejajar di komplek elit, terlihat jelas bahwa rumah itu jauh lebih besar dari rumah elit yang ada. Rumah yang lebih tepat disebut sebagai istana. Segala dengan isi rumah yang dipenuhi dengan perabotan kuno nan bersejarah.
Disalah satu kamar yang terletak pada lantai tiga rumah itu terasa lebih suram dan sepi. Terlihar dari balkon kamar yang mana kaca jernih pada balkon tersebut sengaja tidak ditutup dengan tirai, ada pria tampan dibalik selimut tebal itu. Pria itu lebih pantas di sebut sebagai pangeran dari negri dongeng, pahatan sempurna pada wajah tampak membuatnya terlihat seperti berada dalam lukisan.
Kamar dengan nuasa hitam, putih dan abu-abu yang sepi itu tak secuil pun dapat mengurangkan rasa khawatir pria rupawan itu. Terlihat jelas rasa khawatir yang ter-amat sangat membuatnya membolak-balikkan tubuhnya diatas kasur empuk itu beberapa kali.
"Ahhh, sial.!" umpat pria itu kesal
Dengan perasaan dongkol yang dirasa, pria rupawan itupun menyandarkan dirinya pada kepala kasur dan mengambil handphone mahalnya.
22.34 WIB
Pada layar handphone itu tertera jelas bahwa jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. Dan sialnya mata hazel coklat itu tak mampu membawanya hanyut dalam mimpi indah, tentu saja ini adalah efek dari pikirannya yang melayang jauh memikirkan bayi merah di taman. Mata itu kini menatap lekat balkon kamar yang tertutup namun dengan tirai sengaja ia buka, terlihat jelas hujan diluar sana masih terlihat mengguyur deras kota utama Bandung.
"Bayi merah itu bagaimana ya? Apakah dia baik-baik saja diluar sana?" gumamnya cemas
"Ah sudahlah, berhenti memikirkannya Chris"rutuknya kembali
Sedetik kemudian dahi itu berkerut dalam
"Bagaimana kalau tidak ada seorang pun berjalan melewati taman? Mengingat bahwa taman itu sepi pengunjung karena rumor yang tersebar bahwa taman itu angker" pikirnya
Pikiran terburuk kini memenuhi otaknya
"APA BAYI ITU AKAN MATI"
Sekelebat bayangan seonggok bayi merah terbujur kaku pada kursi taman dengan bibir birunya itu kini memenuhi imajinasinya, membuat dahi pria itu berkeringat dingin.
"Tidak.!!! Aku tidak boleh melakukan hal ini padanya, bagaimanapun bayi merah itu tak berdosa" gumamnya dalam hati
Kaki itupun melangkah lebar menuju pintu kamar, dengan hati-hati ia melangkah meninggalkan kamar kedap suara miliknya.
Tap tap tap...
pria itu merutuki kebodohannya, walau melangkah dengan sangat pelat tetap saja sepatu mahalnya mengeluarkan bunyi saat bertapak pada lantai marmer mahal itu. Langkah itupun berhenti kemudian menatap sekeliling
"huhhh, untung ibu tidak terbangun" ucapnya pelan sambil mengusap dada
Satu hal yang pasti, kamar ibu tercintanya itu bukanya kedap suara. Kenapa ia lupa akan hal itu "tcek, njir aku lupa" rutuknya lagi.
tap tap tap,,
Langkah kaki itu berhenti saat melihat tangga yang panjang dengan gaya melingkar, dia terlalu malas membawa kakinya itu menuruni tangga.
"Naik lift sajalah" pikirnya
Kemudian pria rupawan itupun melangkahkan kakinya cepat menuju lift yang berada tak jauh dari tangga
***
tinggg
Pintu lift itupun terbuka, menampilkan sosok pria dengan hoodie hitam dan masker dengan warna senada bertengger pada wajah rupawannya. Saat pintu lift terbuka sepenuhnya, ia pun terlonjak kaget. Mata hazel itu membulat sempurna, kaget.! Tentu saja, bagaimana tidak? Kaka berandalnya kini berada tepat dihadapannya.
"Mau kemana lo" tanya Ali selidik
"Mau cari makan" jawab Chris tenang.
"Gue tau lo bohong" jawab Ali datar
Chris pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "aa-ka hehe tau aja" ucapnya kikuk
"Lo udah baung bayi itu kan?" tanya Ali penuh selidik
"Iya udah lah ka" Jawab Chris cepat
"Kalau perlu bunuh bayi itu Chris"
glegg,, dengan susah payah Chris meneguk saliva nya, tatapan kakanya terlalu tajam.
"Lo tau sendiri mama penderita disorder Chris, lo pasti gak mau kan penyakit lama mama kambuh lagi"
Ya, Chris sangat tau itu. Tapi sekali lagi jiwa kemanusiaannya itu membuat nya sadar bahwa bayi merah itu tak berdosa. Dengan tangan terkepal kuat, ia menguatkan hatinya untuk membalas ucapan sang kaka.
"Bayi itu tidak berdosa ka" ucap Chris menekan kata berdosa.
"Lo gak berubah pikiran kan Chris" selidik Ali
"mau bagaimanapun bayi itu tidak berdosa ka, dia pun tidak bisa memilih wanita mana yang akan melahirkannya" ucap Chris meyakinkan membuat sang kaka merenung ucapan sang adik.
"hm,, lo punya rencana"tanya Ali
Seperti lampu yang menyala diatas kepalanya, Chris kini memiliki ide cemerlang.
"Ka, bagaimana kalau kita bawa bayi itu kerumah ini dan bilang kalau dia bayi kaka" ucap Chris girang
Tuk
Ketukan keras itu mendarat pas di atas kepala Chris, tak main-main kaka berandalannya itu mengeluarkan tenaga dalamnya mengetuk kepala sang adik.
"Aishh,, sakit anj*ng"
"Lo g*blok amat si jadi adek, lo ngorbanin gue" dada itu naik turun menandakan sang empu sedang marah.
"Ya-yaa gak ada jalan lain lah ka, kaka tau sendiri kalau adik tampanmu ini berkecibung di dunia entertainment. bisa jadi daging cincang gue diserbu paparazi" ucap Chris sambil bergidik ngeri.
"Semua ini gara-gara ulah si tua bangka" ucap Ali emosi
"Ayah sialan" maki Chris dalam hati
Ya, bayi merah itu adalah hasil dari hubungan gelap ayahnya bersama wanita simpanan nya. Sungguh ia berdecap kagum dengan keahlian sang ayah menyembunyikan perselingkuhan itu. Jika saja, wanita gelap itu tidak mengetuk rumah mereka dan menitipkan bayi yang baru berusia tujuh hari maka perselingkuhan itu tidak akan pernah terkuak.
"Chris, jadi maksud lo. Gue harus bilang bayi itu punya gue supaya penyakit mama gak kambuh" monolog Ali
"Naa tu lo cerdas" jawab Chris sembari tersenyum hangat
Sejenak pria berandal berwajah seperti bayi cantik itupun berpikir jika hal yang mereka lakukan seperti sangat membantu kesesatan sang ayah, dan ia sangat membenci akan hal itu.
"gue gak mau Chris, itu sama aja kita ngebantu si tua bangka itu nutupin kebusukannya"
"Kita gak punya cara lain, jalan itu satu-satunya supaya penyakit mama gak kambuh. Kalau kita jujur cerita bahwa bayi itu hasil dari hubungan gelap papa, lo pasti tau keadaan mama gimana nantinya" jelas Chris datar.
Dalam hati Ali diam-diam meng-iyakan apa yang diucapkan sang adik, disorder adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, suasana hati atau kombinasi di antaranya atau biasa disebut juga sebagai gangguan mental. Ali tak mau penyakit yang diderita ibunya itu kambuh lagi, dua tahun. Ya, dua tahun bukan waktu yang sebentar bagi mereka untuk menyembuhkan sang ibu. Hal itu terjadi lantaran berita duka dari keluarga sang nenek, keluarga ibunya satu-satunya itu pergi karena usia yang sudah senja dan kanker rahim serviks yang diderita sang nenek. Baik Ali maupun Chris sangat-sangat tidak ingin bila penyakit sang ibu kini kambuh hanya karena mendengar perselingkuhan sang suami yang menghasilkan satu anak."Yaudah Chris, gue setuju" ucap Ali mantap
Ya Ali menyetujui apa yang Chris rencanakan, jika mereka membawa bayi itu kembali dalam rumah ini maka mereka akan mengatakan bahwa bayi itu adalah bayi milik Ali yang notabe-nya adalah seorang berandal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Lisan
RomanceNote: banyak adegan dewasa (21++) Aron yang tak pernah mendapat cinta dari wanita yang pernah melahirkannya, hampir menganggab bahwa cinta itu hanya mitos dan bualan semata. Bahkan ia sama sekali tak berani memimpikan apa itu cinta dan dicintai, dan...