sambungan bab 1

8 4 0
                                    

vinda dengan kesal membanting  tas nya kesembarang arah, dari raut wajahnya sudah nampak jika wanita cantik ini tengah berada di mood yang tidak baik. Matanya nanar menatap bantal yang dibantingnya tanpa ampun itu, dia terlihat seperti orang yang lagi kesurupan.

“devan rinaldo sialan. Kenapa kau harus sedingin itu padaku .ha!  tidak bisakah kau melihat aku sedikit saja.” Katanya sambil mengacak-ngacak kasurnya yang sudah berantakan itu.

Perlahan air matanya jatuh, walau sebenarnya dia tidak ingin melakukannya, entah untuk alasan apa dia begitu sakit ketika devan sangat mengabaikannya tadi.

“kenapa juga aku harus mencintaimu sialan!. Katanya dengan suara yang mulai terisak. Dengan tatapan kosong dia menatap kamarnya yang sudah tak beraturan itu.

“aku membenci mu devan. aku membencimu. Aku sangat membencimu Katanya dengan setengah teriak, berharap itu dapat membuatnya sedikit tenang. Namun usaha itu tidak berhasil mengatasi hatinya yang tersiksa untuk kesekian kalinya. Brrtahun-tahun dia menujukan hatinya pada lelaki yang bahkan tidak pernah menghargainya sama sekali. Dia ingat bagaimana berkali-kali dia mendapat penolakan secara terang-terangan dari devan, bahkan berfikir untuk membenci devan sekalipun dia tidak akan sanggup.

“kau kenapa?” tanya tante hanna, bibi vinda Yang rupanya mendengar suara-suara bantingan dari kamar keponakannya itu. dia terkejut saat melihat tempat itu sudah tidak berbentuk lagi. Vinda langsung saja berlari kepelukan tantenya. Dia  Betul-betul membutuhkan seseorang yang bisa diajak bicara.  Disana dia menangis sejadi-jadinya, menumpahkan rasa pedih yang sekali lagi dirasakannya.

Hanna, menatap wajah sayu keponakannya itu, dia sudah mengganggap vinda seperti anaknya sendiri, terlebih lagi dia sudah berjanji pada mediang kakaknya jika dia akan mengganggap vinda seperti anaknya sendiri. Begitu juga dengan vinda yang telah mengganggap Hanna seperti ibunya sendiri, meski diusia yang telah mengajarkannya untuk mandiri, namun kenyataannya tetap saja Vinda adalah gadis lembut yang rapuh.

Dia tidak bisa menutupi apapun yang ada dihatinya, kepada Hanna dia menceritakan semua kepedihannya, tentang dia yang bertahun-tahun mengagumi  devan tapi tidak pernah dihargai sedikutpun. Hanna mengerti akan perasaan keponakannya itu yang sudah memasuki fase dewasa. Kenyataanya tidak ada ukuran umur yang bisa mengatasi hati. Meski vinda bukan anak-anak lagi,  tapi dia memang selalu tidak bisa berpura-pura pada apa yang ada dihatinya.

“aku pernah memasuki fase dimana memang kita benar-benar menginginkan seseroang.” Kata Hanna mulai mencoba untuk menenangkan vinda.

“kenyataan bahwa tidak semua yang kita inginkan harus diikuti orang lain, maka jangan paksa kan seseorang untuk menyukaimu. Kelak jika dia tidak akan bisa maka kau sendiri lah yang akan tersakiti.”kata hanna lagi.

biar bagaimana pun kenyataan juga membawa hanna pada cinta yang salah, bahkan dia harus kehilangan keharmonisan rumah tangganya, hanya karna memang tidak ada yang bisa dipaksakan. Hanna mencoba mengajarkan vinda untuk menjadi wanita yang sedikit tegar, dia tidak ingin lagi-lagi keponakannya itu mengalami patah dan patah hati lagi. Vinda kemudian berfikir, meski dia mengerti pada tujuan apa sebenarnya yang dikatakan tantennya  itu, tapi satu hal yang tidak bisa untuk dipungkirinya jika memang dia tidak bisa melupakan seorang devan rinaldo yang bahkan sudah menyentuh inti jantungnya.

“aku tidak bisa, meski sekeras apapun tetap aku tidak bisa.” vinda sebisa mungkin untuk menegarkan hatinya.

Hanna hanya dapat menghembuskan nafas keperihatinan, biar bagaimanapun dia berkata, jika cinta memang lebih mendominasi diatas segalanya. dengan lembut di elus nya punggung Vinda yang telah menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya.

“semoga kau bisa mengatasi hatimu suatu saat nanti” setidaknya untuk saat ini hanya itu yang mampu dikatakan Hanna, meski dia tidak tau kenyataan akan membawanya kemana nantinya.

***

              Disudut ruangan devan melihat ibunya sedang duduk disamping perapian.
“kau sudah pulang nak.” Kata ibunya yang rupanya menyadari kehadiran devan.

Devan langsung saja mendekat dan mencium tangan ibunya.

“apa yang kau lakukan bu?
“malam ini sangat dingin, ibu hanya ingin menghangatkan diri disini.  Bagaimana dengan skripsimu?

Devan menarik  nafas sesaat, berharap dapat menghembuskan segala kekacauan yang ada didalam benaknya.

“kurasa semuanya cukup baik.

ibunya yang mendengar pun tersenyum, tersirat besar harapannya melihat kelulusan anak semata wayangnya tahun ini.

“yasudah, sekarang kau istirahat. Ibu lihat kau sudah sangat kelelahan.

Devan pun menganguk untuk menjawab seraya berdiri menuju kamarnya.

              Dikamarnya dia langsung saja merebahkan diri diranjang king size miliknya. Kepalanya terasa sangat berat, namun matanya belum juga mau mengantuk, fikirannya masih terasa kacau. Dari tadi dia hanya memikirkan satu hal yang masih berputar-putar dikepalanya, “toko buku” sudah lama dia tidak pergi ketoko buku, dia bingung harus mencari buku apa yang cocok untuk dijadikan resensi nantinya. Tiba-tiba dia teringat dengan sebuah toko buku yang tidak sengaja dikunjunginya beberapa hari yang lalu.  Sebuah toko buku kecil yang berada di tengah kota, saat itu hujan membahasahi kota bandung, dan devan terpaksa harus berhenti. Tak sengaja dia menemukan sebuah toko buku yang terbilang sepi dari pengunjung. Disana dia melihat seorang pria paruh baya yang ternyata adalah pemilik toko buku sendiri.untuk ukuran sebuah toko, tempat itu terbilang sepi, bahkan devan tidak menemukan karyawan satupun disana. Hanya ada seorang pria yang menjaga sekaligus pemilik tokonya. Meski terbilang kecil, namun toko itulah sangatlah nyaman. Rak-rak bukunya tersusun sangat rapi, semuanya tersusun dengan sangat tertatur dari tangan-tangan seni pemiliknya. Jika dilihat dari luar toko itu memang tidak menarik, hanya saja devan tidak pernah membayangkan jika didalamnya bak istana buku. Disana tersedia beberapa  meja dan kursi yang bisa digunakan sebagai ruang membaca. Devan sempat melihat-lihat buku yang ada disana, disana devan banyak menemukan buku-buku yang dibuat pada tahun 90an. Bahkan diantaranya ada yang baru devan lihat. Buku-buku disana terbilang kurang terkenal, namun semuanya menarik perhatian devan. banyak ditemukannya hal-hal baru tentang buku yang ada disana, namun dia tidak tau siapa pemiliknya. devan memutuskan untuk mengunjungi toko buku yang tak sengaja ditemuinya itu. yah dia sudah mantap untuk mengunjungi toko itu.

Bab 2

              Hari itu cuaca tidak baik, jika tadi pagi matahari memunculkan dirinya, namun tepat pukul satu tadi dia sembunyi di balik awan- awan.namun itu tak mengurungkan niat devan untuk mengunjungi toko buku yang telah dipilihnya.kereta nya melaju dia bawah awan yang semakin lama semakin gelap, jika tadi devan mengira itu hanya mendung biasa, namun tak seperti yang diduga, hujan deras itu membuat penglihatannya menjadi samar. Bumi telah basah, begitu juga dengan devan yang ikut diguyur hujan, namun devan sama sekali tak ingin berhenti. Baginya tujuan nya saat ini adalah segera sampai ketempat tujuannya.

              Sekitar setengah jam dalam perjalanan, devan akhirnya sampai di toko buku tujuannya. Kini bajunya telah basah semua. Dibalik pintu transparan itu, dia melihat jika pria paru bayah yang pernah ditemuinya beberapa hari yang lalu itu duduk ditempat kasir sambil memegang sebuah buku. devan ragu untuk masuk kedalam, mengingat bajunya yang telah basah  yang nantinya akan membuat lantai yang bersih itu akan ikutan basah juga.

Gadis Dalam BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang