ada yang bisa saya bantu?” tanya seseorang kepada devan saat dia berada diambang kebingungan.
Spontan devan menoleh dan melihat pria paruh baya itu telah berdiri dihadapannya dengan senyum keramahan yang tersirat dibibirnya. Devan sedikit terkejut, namun dia dapat mengontrol dirinya. Perlahan ketakutan dalam dirinya sedikit demi sedikit mulai menciut.
Devan tidak pernah menyangka jika pria paruh baya pendiam ini ternyata sangat ramah, jika dilihat dari raut wajahnya pria ini menyimpan banyak kesedihan, devan dapat menebak dari setiap garis senyumnya yang terkesan sangat terpaksa. Garis-garis wajahnya mulai keriput, kelopak matanya hitam, namun tulang punggungnya masih lurus, jika devan tebak dia baru memasuki umur 48 tahun, hanya saja dia terlihat seperti orang yang menanggung beban yang sangat berat, yang membuat wajahnya terlihat lebih tua dari umurnya.
“bajumu basah semua, kau bisa mengeringkannya disana” kata pria paruh baya itu sambil menunjuk salah satu ruangan tersembunyi di toko buku nya.devan menganguk untuk menjawab. Kemudian melangkah ketempat yang dituju pria itu.
Disana devan menemukan sebuah handuk, tanpa fikir panjang dia langsung mengeringkan seluruh badannya. Disana juga ada mesin pengering yang digunakan devan untuk mengeringkan pakaiannya, devan sudah tidak tahan dengan kedinginan yang dari tadi menyiksa kulitnya.
Setelah semua selesai devan kembali keluar. Dia melangkah dengan pelan kali ini dia melihat lelaki paruh baya itu telah duduk di ruang membaca yang terletak di bagian tengan toko itu. devan langsung saja menuju kesana. Rupanya lelaki itu telah menyediakan segelas teh untuk devan.
“minumlah, agar badanmu terasa hangat” katanya dengan ramah, namun masih dengan wajah datarnya.
Lagi-lagi devan hanya menganguk untuk menjawab. Suara rintik hujan masih terdengar, didalam ruangan.
“jangan hanya dilihat. Silahkan diminum.”
Devan mengambil cangkir teh itu dan meneguknya dalam sekali tegukan. Sesaat dia dapat merasakan badannya hangat kembali.
“terimakasih pak” katanya seraya meletakkan kembali cangkir teh itu
Devan melihat kesegala ruangan.
“sepertinya toko ini baru terbuka” tanya devan mengawali percakapan. Lelaki tua itu mengikuti penggerakan mata devan.
“tidak, toko ini sudah lama terbuka.hanya saja aku jarang membukanya” jelas lelaki paruh baya itu. devan menaikkan sebelah alisnya.
“oh, pantas saja aku baru melihatnya.
lelaki itu hanya tersenyum melihat reaksi devan yang sangat merespon setiap apa yang dikatakannya
“lalu, apa bapak tidak memiliki pegawai?” tanya devan ingin tau.
Lelaki itu menarik nafas dalam, devan dapat mendengarnya.
“toko ini jarang dikunjungi. Itulah alasan mengapa aku tidak memiliki pegawai. Jika aku hitung dalam bulan ini, kau adalah pengunjung pertamaku.”
Devan mengerutkan keningnya tak percaya, hampir saja mulutnya menganga karena sedikit terkejut, “ bagaimana mungkin jika aku adalah pelanggan pertama bulan ini” namun lelaki itu masih saja terlihat santai, sepertinya dia membuka toko itu bukan karena ingin kedatangan pelanggan, dia tidak menunjukkan reaksi sedih apapun ketika mengatakan itu, padahal devan yakin jika sebuah toko mengharapkan pelanggan yang banyak.
“baiklah. Tapi apakah bapak tidak ingin melakukan promosi pada toko ini. saya rasa toko ini sangat bagus , buku-buku yang ada disini juga sangatlah bersejarah. Saya pernah satu kali datang kesini, dan kalo saya lihat saya banyak menemukan judul buku baru yang tidak saya temukan ditempat lain.” Kata devan mencoba memberi masukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Dalam Buku
Mystery / Thrillerbercerita tentang seorang Pria bernama Devan Rinaldo yang menemukan sebuah buku, siapa sangka malah Devan masuk kedalam topik bacaan mencintai sosok Gadis yang ada dalam buku tersebut.