Beruntung jika toko itu telah buka dipagi ini. kembali devan melihat lelaki tua itu duduk dimeja kasir dengan buku yang selalu dipegangnya.
“kau datang lagi?” kata lelaki itu yang sudah hafal dengan devan.
“saya kembali karna kemarin saya tidak jadi membeli bukunya. Lelaki itu langsung mempersilahkan devan untuk masuk. Kali ini devan tidak menyia-nyiakan waktunya.
“aku sangat ingin mencari tau bagaimana kisah cinta selanjutnya antara arumi dan dermawan. Namun dosen ku tidak menginginkan aku untuk mencari resensi untuk itu, padahal aku sendiri sangat tertarik dengan cerita itu” devan bicara sambil terus mengelilingi tiap rak buku yang ada. Sedang lelaki tua itu mengikutinya dari belakang. Dia agak heran dengan buku-buku yang ada disana, buku lama yang bahkan tidak dicantumkan nama penciptanya.
“kenapa semua buku yang ada disini tidak ada nama penciptanya?” tanya devan ingin tau. Namun lelaki tua itu tidak segera menjawab. Dia malah mengambil buku yang ada ditangan devan dan meletakkanya kembali ke rak dengan buru-buru. Devan menatap aneh kearahnya. “ apa yang ingin dia tutupi?” tanya devan ingin tau.
Lelaki tua itu tidak bertingkah seperti biasanya, tidak memberikan ruang pada devan untuk sekedar bertanya.
Dari itu devan dapat menyimpulkan mengapa tokoh ini kurang laris dari pengunjung, padahal jika dipikir dia tidak terlihat begitu buruk. Kejadian aneh yang tidak pernah dialaminya ditoko manapun. Buku-buku mati itu seakan hidup dan dapat berbicara.namun devan tidak berani bertanya lagi, membiarkan keraguan bersarang diotakknya sendiri.lelaki tua itu kembali membawa devan duduk dan memberinya secangkir teh, sedang devan hanya menurut saja.
“kenapa kau ingin mencari resensi pada buku yang ada disini. Sedang kau tau jika buku disini hanyalah kertas-kertas yang tidak terkenal” kata lelaki itu mulai bersuara.
“sejak pertama datang disini aku sudah mulai tertarik.” kata devan menjelaskan. Bukankah diawal aku sudah mengatakan aku bukan menginginkan buku yang terkenal, tapi aku menginginkan buku yang terbentuk karna kisah nyata. Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya.
“kurasa kau salah tempat datang kesini.” Katanya dengan tegas yang membuat devan semakin tidak mengerti pada apa yang dipikirkannya, bukankah dia berniat ingin membeli satu buku disana, tapi kenapa lelaki itu malah seakan menyuruhnya untuk tidak membelinya , bukankah dia seorang penjual?
“sebenarnya apa yang kau sembunyikan tentang buku-buku itu?” tanya devan ingin tau. Spontan lelaki itu langsung menatap tajam kearahnya, devan dapat melihat raut wajahnya yang mulai berubah.
“aku berterimakasih karna kau sudah mau berkunjung disini, tapi aku tidak akan menjual satu bukupun yang ada disini.”
“mengapa kau membuka toko jika kau tidak ingin menjual bukunya, aneh bukan? Kata devan tidak mau kalah.“kurasa sudah cukup kau datang kesini. Jangan kembali lagi, dan jangan harap kau bisa membeli satu bukupun dari sini.
Lelaki itu secara tak langsung menyuruh devan untuk pergi.bahkan devan tak tau apa ada yang salah dari perkataanya.
Tapi biar bagaimanapun devan hanya pengunjung disana, dengan terpaksa dia meninggalkan toko buku itu dengan kecewa.
**********
Devan mengetuk-ngetukan jemarinya diatas meja karna bosan, menciptakan suara yang terdengar seperti sebuah nada. Sambil menggoyang-goyangkan kakinya seiringan dengan ketukan jarinya, hampir 15 menit berlalu dia menunggu franss yang tak kunjung datang juga. Sial, kali ini dia malah menjadi seseorang yang tidak sabaran ketika menunggu franss. Dan perasaan lega datang saat dia melihat franss berjalan kearahnya.
“kau lama sekali,” franss malah menyengir tanpa rasa bersalah.
“maaf, jalanan macet.” Kata franss asal. Devan menatapnya sinis, bagaimana mungkin jalan macet jam segini. Namun devan tidak ingin bertanya lebih jauh lagi.
“terserahmu, ada yang ingin kukatakan padamu. “ kata devan mulai serius. Franss memajukan sedikit kursinya agar lebih dekat, melihat devan yang seperti serius membuatnya tertarik.
“apa?” tanya franss tidak sabaran.
Devan menarik nafasnya , bahkan dia masih sempat meneguk minumannya terlebih dahulu, seperti dia akan mengatakan sesuatu yang berat.
Melihat devan yang tidak seperti biasanya,semakin membuat franss penasaran, dia memperhatikan devan yang tidak bisa mengatur nafas dengan baik, entah apa yang akan dikatakannya. Namun franss, tidak mau terlihat begitu memaksa, setidaknya dibiarkannya devan untuk berlama-lama dalam kebingungannya.
“apa kau tau toko buku yang ada dipersimpangan kota itu?” Tanya devan membuka percakapan. Franss tampak berfikir sejenak,
“oh toko buku tua itu” jawab franss.
“ya. Apa kau tau tentang toko itu?” tanya devan lagi.
“aku ga terlalu tau. Aku ga pernah pergi kesana. Tapi denger-denger pemiliknya agak aneh?”
“aneh maksudnya?” tanya devan penasaran.
“yah aneh, dia tidak menjual buku yang ada di tokonya, tapi setiap hari dia membiarkan toko itu terbuka, apa kau fikir itu tidak aneh?” devan mengerutkan keningnya, dia teringat bagaimana pertama kali dia datang ke toko itu, pantas saja tidak ada pengunjung satupun yang terlihat disana, bukankah lelaki itu juga berkata jika devan adalah pengunjung pertama bulan ini, entah kenapa keanehan lelaki itu malah membuatnya menjadi penasaran.
“memangnya kenapa kau bertanya tentang toko itu?” tanya franss tiba-tiba yang membuat devan tersadar dari lamunan berantakannya.
“tidak ada. Aku hanya bertanya saja” jawab devan mencoba menutupi kejadian yang sebenarnya. Untung saja jika franss tidak bertanya terlalu jauh, yah begitulah setidaknya franss tidak terlalu suka pada hal-hal yang berbau keseriusan.
Bab 4
Malam itu pukul 09 malam, kabut tebal menutupi kota bandung. Devan mengendarai keretanya dengan pelan. Beruntung jika malam itu tidak ada tanda-tanda hujan akan turun. Entah kenapa akhir-akhir ini kabut semakin lama semakin menebal, konflik yang terjadi di kota bandung saat itu, banyak perusahaan-perusahaan ilegal yang membuang limbah pabrik dan menyebabkan kabut tebal menutupi sebagian kota. Beruntung jika para pelakunya sudah ditangani oleh kepolisian, sehingga kabutnya bisa segera diatasi meski masih meninggalkan beberapa jejak pencemaran.
Malam itu devan kembali lagi melewati toko buku itu, hanya saja dia tidak memilih masuk kedalam. Dia melihat dari luar, toko itu masih belum tertutup padahal sudah hampir jam 10 malam. beruntung jika toko itu memiiki pintu yang transparan, sehingga dia dapat melihat dengan jelas kedalam. Tapi Tidak seperti biasanya, kali ini devan tidak melihat lelaki itu dimeja kasirnya. “kemana dia?”. Tanya devan dalam hati, tiba-tiba dari balik toko itu dia melihat seorang anak perempuan kecil yang berlari keluar, disusul oleh lelaki paruh bayah yang mengejarnya dari belakang. Devan dapat melihat ketakutan dari anak kecil itu, sedang lelaki tua itu tidak memberinya ruang untuk terbebas, disana mereka saling mengejar dan devan dapat menyaksikan semuanya. Dia mencoba untuk menyusul anak itu.
“kak, tolong kak.”teriak anak itu ketika melihat devan mendekat. “kakek ini sudah gila” teriaknya lagi sambil ketakutan. Dia bersembunyi di belakang devan
“awas kau anak sialan.” Teriak lelaki itu penuh kemarahan saat melihat anak itu.
“tunggu pak. Kau membuatnya ketakutan.” Kata devan mencegah langkah lelaki itu.
“jangan ikut campur kau.
“aku akan ikut campur karna kau membuatnya ketakutan.”
“kau tau, anak ini sudah mengacaukan toko ku. Dia telah menghilangkan buku yang sangat berarti untukku, cepat katakan dimana bukunya” kata lelaki paruh bayah itu dengan emosi yang tidak bisa di kontrol nya. Melihat nya membuat anak itu semakin ketakutan. Dia semakin menguatkan pelukannya di punggu devan. dan sekarang dia juga ikut menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Dalam Buku
Mystery / Thrillerbercerita tentang seorang Pria bernama Devan Rinaldo yang menemukan sebuah buku, siapa sangka malah Devan masuk kedalam topik bacaan mencintai sosok Gadis yang ada dalam buku tersebut.