Bab 5

2 2 0
                                    

Dengan lembut devan mencoba untuk menenangkan anak  yang ketakutan itu.

“anak manis, sekarang katakan. Apa kau mengambil buku kakek ini?” tanya devan dengan penuh kelembutan. Anak  itu hanya menggeleng dalam ketakutannya.

“apa kau tidak melihatnya” tanya devan lagi. Dan sekali lagi anak itu menggeleng.

“bapak dengar, dia tidak mengambil bukunya, lagian lihatlah ditanganya juga tidak ada buku.” Kata devan mencoba menyakinkan. Namun itu tidak berhasil membuat lelaki itu menjadi lebih baik, bahkan dia semakin marah tak menentu.

“aku tidak akan memaafkannya jika dia mengambil buku itu.” kata lelaki itu dengan nada suara yang tinggi. Kemudian dia pergi meninggalkan devan dan anak itu, devan sempat mendengar dia membanting pintu toko nya dengan kasar.

Devan kembali lagi melihat anak itu yang sekarang dapat terlihat tenang.

“jangan takut, semuanya akan baik-baik saja.” Kata devan mencoba menenangkannya. Meski sebenarnya anak itu sudah cukup tenang. Dia tersenyum kepada devan

“kau anak  yang manis,” kata devan sambil mengacak-ngacak rambut anak itu. Sekali lagi anak itu menunjukkan senyumnya dan menatap devan dalam, namun bukan tatapan biasa, dia memberika tatapan seperti menilai.

“sepertinya kakak terlihat kacau” tanya anak itu tiba-tiba.

Pertanyaan anak itu membuat devan sedikit terkejut, apakah dia sekusut itu saat ini hingga seorang anak kecil dapat melihat kekacauannya.

“kakak kok diam” kata anak itu lagi karna tidak mendapat reaksi dari devan.

“sepertinya kau anak yang cukup perhatian”

Anak itu malah ketawa lepas, bahkan devan dapat melihat giginya yang tanggal dua, itu membuatnya terlihat sedikit lucu.

“kakak bisa berbagi cerita denganku” ucap anak itu antusias, kali ini dia agak serius. Devan sedikit terpengarah saat mendengarnya, dalam hati dia merasa aneh, bagaimana mungkin dia akan bercerita dengan seorang anak kecil.

“kakak tidak apa-apa kok. Hanya sedang mengalami urusan orang dewasa saja.

              Anak itu agak sedikti kesal melihat penolakan dari devan, dia memajukan sedikit bibirnya tanda jika dia  merajut, dan itu semakin membuatnya terlihat lebih lucu, terlebih lagi anak itu mempunyai pipi yang cabi membuat devan gemas mencubit pipinya.

“aww. Sakit kak” kata anak itu saat devan mencubit pipinya, tapi dia malah senang mendapatkan perhatian seperti itu dari devan.

“aku tidak punya kakak, aku mau kakak jadi kakakku” kata anak itu tanpa basa basi. Sekali lagi dia menunjukkan giginya yang ompong itu. Devan menaikkan sebelah alisnya, seakan tidak menyangka dengan permintaan polos anak kecil ini.

“baiklah, sekarang aku jadi kakakmu.” Kata devan dengan senyum cerianya, entah kenapa secara perlahan rasa penak yang tadi dialaminya seakan hilang secara perlahan, sungguh anak ini telah membuat dia sedikit terhibur.

“yes” kata anak itu kegirangan.                                     

“yasudah kalo begitu kamu istirahat biar cepat sembuh.

“baiklah, tapi aku akan memberikan hadia untuk kakak karna kakak sudah mau menjadi kakakku.

              Devan menyergitkan alisnya dan menatap nanar anak manis yang ada didepannya ini. dia menghembuskan nafas sesaat bingung harus bereaksi apa untuk anak ini.

“ini” kata anak itu sambil menyodorkan sebuah buku kepadanya. Devan menatap buku itu sesaat, devan tidak segera mengambilnya, dia menatap bingung kearah buku itu. lalu kemudia menatap bingung kearah anak kecil tadi.

Gadis Dalam BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang