sambungan bab 3

4 3 0
                                    

Devan mungkin melihat itu sebagai hal yang berlebihan, dia memang tidak terlalu suka pada ungkapan-ungkapan yang terkesan berlebihan seperti itu, tapi mungkin karna devan yang berfikir seperti itu, tidak dipungkiri jika dia juga salutt akan keberanian yang seperti itu.” buat siapapun puisi itu dibuat, semoga kau mengungkapkan ungkapan-ungkapan tulus itu. “ kata devan sekaligus mengakhiri acara siarannya.

             Usai menyiar devan kembali menjadi pribadinya sendiri, mendengar para penelpon yang kadang bercerita tentang kisah cinta mereka kadang membuatnya sedikit muak, bahkan ada yang agak sedikit berlebihan, mungkin juga ada yang hanya iseng mengarang cerita palsu agar dapat ngobrol dengan devan di telpon radio, namun karna profesionalismenya sebagai penyiar radio terkenal harus membuatnya menjadi orang yang banyak mendengarkan, yah meski agak risih namun dia harus sedikit sabar dalam menghadapi para penggemarnya. Tiba-tiba dia ingat bagaimana perjalan kisah cinta arumi dan dermawan lagi.  Sebuah kisah cinta yang terkesan biasa namun sedikit butuh perjuangan untuk seorang sijenius untuk mengakui cintanya. Dia bisa melihat gambaran dermawan seperti pantulan dirinya, dan arumi  membuatnya teringat akan sosok vinda yang juga mengejar-ngejarnya. Devan menyenderkan kepalanya ke belakang, mengambil posisi duduk yang sedikit rileks, dia ingat bagaimana waktu itu meninggalkan Vinda yang berusaha menyamakan langkah kaki denganya.
“apa dia terlalu kasar pada wanita itu?” devan memposisikan tangannya dibelakang kepala. Sungguh dia berharap semoga kisah dermawan dan arumi tidak akan menjadi kisahnya kemudian.

Devan kembali memasuki ruang dosen pembimbingnya, disana pak wiranto tengah asyik dengan berkas-berkas yang dilacaknya. Devan masuk dengan perlahan, dia tau jika kehadirannya sungguh sangat mengganggu pak wiranto. Namun apa boleh buat devan memang harus menemuinya.

“apa yang kau inginkan”kata pak wiranto tanpa basa-basi. Sedang matanya tidak beranjak dari berkas-berkasnya.

“bisakah aku meneliti kisah cinta seorang pria yang terlambat” kata devan padanya.

“omong kosong macam apa itu,” kata pak wiranto dengan nada tinggi. “ aku mempercayakan mu untuk bisa dapat sesuatu yang lebih baik daripada itu,”

“tapi pakk aku...”
“aku tidak mengizinkamu untuk meneliti sesuatu yang seperti itu. tidak ada yang bisa kau ambil dari semua itu.

“bagaimaan dengan kisah dua orang yang begitu nyata, bukankah menyatukan cinta itu bukan hal yang mudah?” kata devan mencoba menjelaskan.

“biar kuberitahu, aku menginginkanmu melihat kenyataan bahwa sekarang kau harus bisa mencari sesuatu yang lebih berati untuk itu. apa yang kau pedulikan pada seorang pria yang terlambat menyatakan cintanya. Carilah yang lebih devan. kau jangan mengabaikan segalanya.” kata pak wiranto tak memberi ruang pada devan untuk berdebat lagi.

Dengan berat devan keluar dari ruangan itu lagi. Diangkatnya kepalanya yang terasa berat. Mungkin selama ini dia terlalu mengabaikan segalanya. sungguh dia tidak ingin pusing pada apapun selama ini. dia teringat lagi pada toko buku lelaki tua itu. tanpa fikir panjang dia langsung melajuka motornya disana.

Gadis Dalam BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang