"Ritme, hey.. udah istirahat.."
Usapan lembut dibahu membuat aku terbangun dari tidurku. Semuanya buram, aku menyadari bahwa aku telah ketiduran cukup lama dengan menumpu wajah menggunakan pergelangan tangan diatas meja.
"Nyenyak banget Bobonya, aku gak tega bangunin."
Ujar Desir, sebelum ia merapihkan anak rambutku yang berantakan dengan jemarinya.
"Aku tidur berapa jam?"
"Dua jam."
"Terus gimana? Tadi pelajaran pak-"
"Enggak Apa-apa, tadi kita kata pak Handoko gak usah dibangunin soalnya kamu pules banget.. Semalem begadang ya?"
Aku termenung sejenak, tidak menjawab pertanyaan Desir yang barusan. Hingga tak lama Mirna dan Hanni menghampiri meja kami untuk mengajak makan siang bersama.
"Yo, yo, yo, ayoo! Gue abis PO corndog di kelas sebelah. Anterin gue ambil ya, kalian ai traktir loh satu-satu!"
Seru Hanni, suaranya hampir memenuhi seisi kelas yang mulai kosong.
"Ritme lagi sakit, kah? Dari tadi tidurnya keliatan pules banget."
Tambah Mirna. Ucapannya barusan membuat aku memejamkan mataku sejenak, merasa tidak enak pada pak Handoko guru bahasa kami.
"Mau pulang?"
Tawar Mirna, Hanni dan Desir melirik kearahku.
"Enggak, tadi emang pusing dikit. Tapi sekarang enggak sih udah enakan."
Elak ku sambil tersenyum simpul, mereka begitu memperhatikanku hingga dadaku terasa menghangat.
"Kalau sakit bilang ya, Mirna bawa mobil soalnya nanti dianterin pulang sama dia."
Tawar Hanni satu kali lagi, aku menggeleng dan berdiri dari kursiku.
"Enggak apa-apa, -ayo katanya mau istirahat."
Ketiganya mengangguk. Saat aku berjalan keluar dari meja, Desir memegang pergelangan tanganku. Aku terhenti sejenak untuk melirik kearahnya, hingga tanpa sadar aku tersenyum dan menggenggam jemari itu lebih erat.
Dan di sepanjang lorong kelas menuju kantin, Desir Mendesirkan ribuan kalimatnya. Beberapa ku jawab, sisanya kudengarkan dengan senyuman.
"Kalau gandengan bertiga biasanya suka nutupin jalan -Tapi sekarang pas ada kamu, aku jadi bisa gandeng tangan kamu deh setiap hari.. hehe... oh iya, biasanya kamu istirahat sama siapa sebelumnya? Aku gak pernah lihat kamu temenan deket sama siapa-siapa... Kamu pernah sama gengnya Si Mevi, kan? Kalian emang udah gak ngobrol lagi?"
Aku hanya bisa menggeleng saat Desir menuntut jawaban dariku, aku bukanlah siswi yang begitu berpengaruh disini. Aku tidak pernah mendapat juara, prestasi atau apresiasi, kehidupan SMA ku berjalan monoton dan mengalir tanpa arah.
Tidak banyak yang mengenali atau bahkan mereka benar-benar tidak menyadari kehadiranku, karna akupun bersikap sebaliknya yang tidak mau tahu tentang orang lain.
Sekalipun mereka kenal, aku pasti di cap si gadis ansos atau si pendiam.
"Aku sama Mevi gak terlalu Deket, kita ngobrol istirahat bareng yang cuma gitu-gitu aja. -mungkin aku emang kurang asik di jadiin temen."
Ucapku, sadar diri.
Desir menggeleng. "Ihhh! Enggak begitu tau! Kamu itu asik, unik, pendengar yang baik, seru! Dari awal aku tahu aku sebangku sama kamu aku seneng banget-banget karna bisa kenal sama kamu."
Langkah kaki ku terhenti saat Desir menatap kearahku.
"Mulai hari ini pokoknya kamu harus lebih percaya diri, gak usah dengerin kata orang dan jangan percaya kalau kamu ngerasa kurang, Ritme! Kalau kamu ngerasa gak ada temen, aku disini, oke? Kamu bisa ngomong apapun yang kamu pikirin sama aku, kamu bisa chat aku atau reply atau main sama aku, mau itu online ataupun offline, oke?
Perkataan Desir barusan membuat aku hampir menangis, jika tidak karna wajahnya yang membuat jantungku ikut berdesir karna kelucuannya, air mataku pasti akan tumpah dengan memalukan.
"Oke, gak?"
Tuntut Desir, karna aku hanya terdiam.
"Iya Desir, oke! Makasih banyak ya!"
"Sama-sama!"
Desir menutup pembicaraan kami dan mengecup tipis pipiku secara tiba-tiba. Mungkin sangking terkejutnya aku dengan perlakuan gadis lem psychal touch satu ini, aku bisa hanya terdiam dan tanpa sadar menahan napa.
"Rit, Ritme? You oke?"
Aku menghela napas, You oke dia bilang? Bisa-bisanya Desir tanya begitu setelah mencium pipiku tiba-tiba dan membuat aku tidak bisa bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RITME; DESIR'
FanfictionRitme; dari sebuah raga, berdesir atas sebuah jiwa' .... (Warning; Mental issues, and sensitive content)