Part 2

988 122 82
                                    

"Mencintaimu itu amanah meskipun harus merasa sakit tapi aku akan tetap menjaganya."

_Habiba Annara

Gus Albi merasa bersalah telah bersikap dingin pada Nana namun hatinya benar-benar galau dan ia membutuhkan waktu untuk sendiri dan berdamai dengan keadaan.

"Al," panggil Kyai Ilzam.

"Iya Bi?" Sahut Gus Albi.

"Temui Abi di ruang tamu," ucap Kyai Ilzam kemudian beranjak pergi.

Gus Albi mengikuti ucapan Kyai Ilzam. Ia menyusul sang Abi ke ruang tamu. Sesampainya di sana, ia menunduk tak berani mengangkat kepala karena ia yakin ada wejangan dan teguran yang akan Abinya sampaikan.

"Kenapa sholat di masjid?" Tanya Kyai Ilzam membuka percakapan.

"Bukankah lelaki baiknya sholatnya di masjid?" Kata Gus Albi.

"Kamu itu pengantin baru Al. Harusnya jamaah sama istri di kamar," tutur Kyai Ilzam.

Gus Albi tidak menyahut. Bibirnya terkatup rapat dan kepalanya menunduk.

"Apa ada masalah dengan Nana?" Tanya Kyai Ilzam.

"Tidak Bi," jawab Gus Albi.

"Temui Nana dan minta maaf Al. Jangan pernah biarkan Nana sedih karena ulahmu," titah Kyai Ilzam.

Gus Albi mengangguk kecil kemudian segera pamit undur diri dan menemui Nana di kamar. Sesampainya di kamar, tatapan Gus Albi mengarah ke arah Nana yang duduk tenang di atas sajadah sembari membaca Al-Qur'an.

Ia tak bergeming sama sekali. Hanya diam sembari memperhatikan dan mendengar suara Nana yang membaca Al-Qur'an sampai akhirnya Nana mengakhiri bacaannya dan menoleh ke arah Gus Albi.

"Maaf," ucap Gus Albi. Singkat, padat dan kurang jelas.

"Untuk apa Gus?" Tanya Nana tidak mengerti.

Gus Albi tidak menjawab. Ia menatap wajah Nana tanpa ekspresi kemudian memalingkan wajah dan menghembuskan nafas kasar.

"Gus Albi sudah sholat?" Kata Nana membuka pembicaraan lain.

"Sudah," jawab Gus Albi pendek.

Nana mengangguk pelan. Dan selanjutnya hanya hening yang terjadi di ruangan sampai akhirnya suara adzan shubuh dari masjid Fathul Ilmi memecah keheningan.

Langkah kaki Gus Albi menuju ke kamar mandi untuk berwudhu kembali. Sementara Nana hanya diam dengan perasaan campur aduk.

"Salah saya apa Gus?"

_________________

Nana mempersiapkan makanan untuk Gus Albi sambil tersenyum lebar. Ia berfikir jika ia memberikan perhatian pada Gus Albi maka perlahan sosok suaminya akan berubah manis padanya.

Selesai mempersiapkan makanan di meja makan, Nana datang menghampiri Gus Albi di kamar yang ternyata telah berpakaian rapi.

"Gus sarapannya sudah siap," ucap Nana sambil tersenyum lebar.

Gus Albi menatap jam tangannya. "Udah telat, aku sarapan di jalan aja," ucapnya datar.

Senyum Nana perlahan pudar. Ia menggigit bibir bawahnya menahan rasa perih di hati.

"Saya bawakan bekal gimana Gus?" Kata Nana menawarkan.

"Nggak perlu," tolak Gus Albi mentah-mentah.

"Kerjaan memang penting Gus tapi kesehatan juga sangat penting," tutur Nana mencoba sabar menghadapi sikap dingin Gus Albi.

Lauhul Mahfudz Habiba (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang