Part 6

696 80 26
                                    

Hari ini adalah hari terakhir sebelum Gus Albi dan Nana kembali pulang. Tepat setelah sarapan bersama, Gus Albi mengajak Nana ke kolam renang.

"Mas, aku nggak bisa renang," ujar Nana pada Gus Albi.

"Siapa suruh kamu renang?" Sahut Gus Albi dingin seperti biasa.

"Kenapa Mas bawa aku kesini?" Tanya Nana bingung.

"Cuma jaga-jaga kalau misal Umma tanya kita lagi ngapain," jawab Gus Albi apa adanya.

Nana menghela nafas. Ia pun mengangguk saja dan menerima takdir jika sang suami memang belum membuka hati untuknya.

Gus Albi membuka seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan celana pendek. Hal itu, membuat Nana meneguk saliva dan sontak mengalihkan pandangan.

Ya Allah lindungi mata Nana dari kedzoliman Gus Albi

Nana grogi sendiri melihat sang suami telanjang dada. Matanya yang awalnya beralih tak memperhatikan kini sesekali mencuri pandang karena penasaran.

Tampak Gus Albi yang masuk ke dalam kolam dan berenang kesana kemari dengan tubuh atletisnya.

Melihat itu, Nana menggigit jarinya sendiri. Tak kuat melihat pemandangan di mana Gus Albi tampak sangat mempesona.

"Gus Albi demen banget bikin jantung jedag jedug ih," celetuk Nana sambil menggigit jari-jarinya.

Bagaimana Nana bisa melewatkan pemandangan langka nan indah ini?

"Pemandangan indah ini harus aku abadikan," kata Nana kemudian dengan cepat memotret Gus Albi di HP-nya berkali-kali. Pastinya secara diam-diam tanpa sepengetahuan Gus Albi.

"Masyaallah, ganteng bangat suamiku," puji Nana sambil melihat hasil foto.

Gus Albi sendiri sibuk berenang tanpa memperdulikan Nana. Ia tidak menoleh ke arah Nana sama sekali seakan menganggap tidak ada seseorang di sana.

"Beruntung banget Nana bisa lihat aurot Gus ganteng," kata Nana sambil senyum-senyum sendiri.

Pandangan Nana kembali mengarah pada Gus Albi yang masih asyik berenang. Ia benar-benar terpikat dengan pesona suaminya sendiri.

Gus Albi berhenti dan mengusap wajahnya yang basah akan air. Semua gerak gerik Gus Albi tak lepas dari netra Nana yang terpikat.

"Na," panggil Gus Albi tiba-tiba.

"Eh, iya Mas?" Sahut Nana gelagapan.

Ia mendekat ke arah kolam karena adab jika di panggil memang harus mendekat ke arah pemanggil.

"Ngapain kamu diam di sana?" Tanya Gus Albi dengan wajah datarnya.

"Lihat Mas berenang," jawab Nana sambil tersenyum lebar.

Gus Albi menghela nafas. Tangannya bergerak menyibak rambutnya membuat aura ketampanannya semakin mencuat.

Ya Allah Mas kenapa suka banget bikin aku klepek-klepek sih

Nana hanya bisa membatin dalam hati. Bagaimana bisa ia tidak menahan diri untuk tidak menaruh rasa pada Gus Albi, jika suaminya ini setampan ini?

"Umma nggak ngechat?" Tanya Gus Albi.

Nana menggelengkan kepala. "Nggak Mas," jawab Nana.

"Kalau nanti pulang, Umma tanya banyak hal, cerita yang baik-baik," tutur Albi pada Nana dengan wajah dinginnya.

"Iya Mas. Emang aku bahagia dan senang kok," ucap Nana sambil tersenyum lebar.

Setiap berbicara dengan Gus Albi, Nana selalu tersenyum meski raut wajah suaminya selalu datar karena Nana yakin wajahnya akan lebih menarik ketika tersenyum. Sayangnya Gus Albi tidak memperhatikan itu dari diri Nana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lauhul Mahfudz Habiba (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang