Part 3

971 109 92
                                    

"Aku memang tidak tahu cara membuat lelaki manapun terpesona tapi aku janji akan belajar membuat kamu terpesona."

_Habiba Annara

Perkara tentang honeymoon benar-benar tidak dapat di elak. Meskipun Gus Albi berusaha keras melawan namun jika berhadapan dengan sang Umma, hatinya luluh seketika.

"Kapan aku menjadi sosok perempuan yang bisa membuat Mas Albi luluh?" Gumam Nana ketika melihat percakapan Gus Albi dan Bu Nyai Halwa.

Ia melihat dengan jelas sosok hangat dan penyayang Gus Albi ketika berada berhadapan dengan Bu Nyai Halwa. Ia mendengar lembutnya nada bicara Gus Albi pada Bu Nyai Halwa. Berbeda dengan dirinya. Gus Albi terlihat seperti lelaki lain saat berhadapan dengannya. Dingin dan tertutup.

"Umma cuma mau yang terbaik untuk kalian," ucap Bu Nyai Halwa pada Gus Albi dan Nana sambil tersenyum.

Nana menyungginkan senyum lebar. Ia bertahan dan mencoba kuat menghadapi sikap dingin Gus Albi bukan semata cintanya pada Gus Albi namun juga karena rasa cintanya pada Bu Nyai Halwa, sosok wanita yang memberikan kasih sayang seorang ibu padanya sejak kecil.

"Oh ya Na, Umma mau bicara serius sama kamu," ucap Bu Nyai Halwa tiba-tiba.

"Bicara apa Umma?" Tanya Nana terlihat penasaran.

"Ayo ikut Umma," ujar Bu Nyai Halwa sembari tersenyum lebar.

"Emang mau ngomong apa sih Ma?" Kata Gus Albi ikut penasaran.

"Ini urusan perempuan. Kamu jangan kepo," sahut Bu Nyai Halwa sambil terkekeh.

Gus Albi menghela nafas. Ia mengangguk kecil dan membiarkan Bu Nyai Halwa menarik tangan Nana menuju ke ruang keluarga.

Sesampainya di sana, Bu Nyai Halwa mengambil sebuah kotak dan menyodorkannya pada Nana sambil tersenyum.

"Ini apa Ma?" Tanya Nana.

"Ini hadiah dari Umma untuk menantu cantik. Ayo di buka sayang," jawab Bu Nyai Halwa.

Nana mengangguk kecil kemudian segera membuka kotak. Bola matanya membesar tatkala netranya menatap isi kotak. Lingerie?

"Kemarin Umma beliin sama Adiba. Dia bantu milih warnanya. Semoga suka ya nak," ujar Bu Nyai Halwa.

Nana mengangguk kemudian memeluk Bu Nyai Halwa dengan mata berkaca-kaca. Ia cukup terharu dengan perhatian dan kasih sayang Bu Nyai Halwa yang di berikan sejak dulu.

Bu Nyai Halwa melepas pelukan kemudian mengambil satu hadiah lagi untuk Nana.

"Ini paket make up buat kamu," ucap Bu Nyai Halwa.

"Umma," lirih Nana tak dapat menahan tetes air matanya.

"Loh? Kok nangis?" Kata Bu Nyai Halwa sembari mengusap air mata di pipi Nana.

"Kenapa Umma baik banget sama Nana?" Ujar Nana mengungkapkan isi hatinya.

Bu Nyai Halwa terdiam sejenak. Tangannya bergerak mengelus puncak kepala Nana lembut.

"Sejak Ayah kamu menitipkan di sini, Umma sudah menganggap kamu seperti anak kandung Umma sendiri," ujar Bu Nyai Halwa dengan tatapan teduh.

"Ayah dan Bunda kamu itu alumni dan khadimah terbaik di sini. Umma menganggap mereka seperti saudara sendiri. Dan bagi Umma, anak mereka juga anak Umma."

Nana tak dapat menghentikan tangisnya. Pikirannya kini malah mengingat sosok kedua orangtuanya.

"Karena itu, jangan anggap Umma ini hanya sebatas Bu Nyai atau mertua, tapi anggaplah seperti Ibu kandung kamu sendiri Na," ujar Bu Nyai Halwa.

Lauhul Mahfudz Habiba (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang