Part 1

1.4K 154 52
                                    

"Air mata dan luka selalu mengiringi setiap perjalanan hidupku tapi aku yakin ada cinta di baliknya."

_Habiba Annara

Air mata adalah saksi jika hati sedang melakukan eksistensinya. Entah air mata kebahagiaan ataupun air mata kesedihan. Dan air mata kebahagiaan adalah air mata yang di idamkan seluruh orang termasuk perempuan malang bernama Habiba Annara.

Habiba bersahabat dengan air mata sejak kecil. Hidupnya sangat berliku dan air mata adalah sahabat setianya. Semua bermula ketika ia berumur lima tahun, Bundanya meninggal.

Sosok penyayang dan mata hatinya pergi meninggalkannya bersama sang Ayah. Membiarkannya tumbuh tanpa belaian kasih sayang seorang ibu. Perih? Pasti. Bahkan tangis air mata Habiba selalu hadir ketika rasa rindu pada sang Bunda datang.

Dan malam ini, air mata Habiba kembali turun dan menjadi saksi jika ia adalah perempuan yang haus akan cinta dan kasih sayang. Semua terbukti ketika lelaki yang sah sebagai suaminya mengatakan jika ia terpaksa menikahi dirinya dan sama sekali tidak mencintainya.

"Aku tidak mencintaimu Na," ucap Gus Albi dengan ekspresi dingin.

Habiba mendongak menatap sosok lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu dengan tatapan nanar.

Di luar sana, banyak sekali perempuan yang bermimpi menjadi istri seorang Gus. Dan malam ini, Habiba berhasil menjadi istri seorang Gus. Harusnya ia bahagia dan bersyukur pada Allah sang Maha penyusun skenario hidupnya namun ucapan jujur Gus Albi tentang perasaannya mampu membuat Habiba tertampar keras jika ikatan pernikahan saja belum cukup jika ikatan cinta belum hadir.

"Aku terpaksa menikahimu karena permintaan Umma adalah segalanya," ucap Gus Albi kembali. Tatapannya benar-benar dingin dan tajam. Tak ada tatapan ramah atau tatapan penuh cinta yang Habiba harapkan.

Hati Habiba terasa perih mendengar ungkapan kejujuran yang terdengar dingin dan menusuk dari Gus Albi.

"Jangan mencintaiku jika kamu tidak ingin terluka!" Tegas Gus Albi.

Deg.

Hati Habiba semakin perih mendengar ucapan Gus Albi. Bagaimana bisa ia tidak mencintai sosok lelaki yang telah menjadi suaminya itu? Bahkan ia telah jatuh hati pada Gus Albi sejak pertama kali melihatnya, ketika kelas empat SD. Ia masih ingat momen itu. Momen pertama kali ia bertemu dengan Gus Albi yang sudah dewasa, ia sangat ramah dan baik pada Habiba.

Gus Albi terlihat menghembuskan nafas kasar kemudian berjalan pergi meninggalkan Habiba yang menumpahkan air mata sebanyak mungkin.

Sepeninggal Gus Albi, Habiba langsung terduduk lemas. Ia menangis hebat meratapi nasibnya saat ini. Ia memang lemah dan ia sadar akan itu namun ia berjanji bahwa hanya dirinya lah yang akan menyaksikan Habiba yang lemah. Tidak akan ia biarkan satupun orang melihat air mata kesedihannya ini termasuk Ayahnya karena ia teringat pesan Ayahnya.

"Jangan pernah perlihatkan air mata kesedihanmu pada siapapun Na. Jangan biarkan orang mengasihani kamu."

________________

Nana mengusap air matanya. Ia memakai make up di bagian mata dan berusaha terlihat baik-baik saja sebelum keluar dari kamar.

Kyai Ilzam dan Bu Nyai Halwa sangat baik padanya. Tak pernah sekalipun mereka membedakan Nana sebagai orang lain. Mereka telah menganggap Nana sebagai anak sendiri sejak Nana di masukkan pesantren ketika kelas empat SD.

Ucapan menyakitkan Gus Albi masih terngiang, namun ia mencoba tegar demi menjaga perasaan Kyai Ilzam dan Bu Nyai Halwa. Terkhusus untuk sang Ayah yang pastinya mengharapkan kebahagiaan untuk putri semata wayangnya.

Lauhul Mahfudz Habiba (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang