02| KETUKAN MISTERIUS

541 387 71
                                    

"Wait, ini kan.." ucapannya terhenti akibat sosok gadis yang sangat ia kenali sekarang berdiri tepat di depannya. Raut wajah kesal jelas tergambar di wajah gadis itu.

"Lo tau sekarang udah jam berapa? Lo tau dari tadi gue cariin lo kemana-mana? Lo tau gue khawatir sama lo yang baru datang ke kota asing? Dan sekarang, lo baru muncul malam-malam begini?" omel panjang lebar gadis sebayanya itu, Adeline.

"Sorry Del, gue.." ucap Veis lirih, dia tau ini semua salahnya membuat sahabatnya itu khawatir. Dengan sekali helaan napas yang terdengar kasar, Adeline kemudian tersenyum sambil melipat kedua tangan ke dadanya.

"huft.. syukur lo gak kenapa-kenapa Vei"

"Masuk gih, lo harus ngambil nomor urut kamar kan?" ajak Adeline. Veis hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis, berjalan mengikuti Adeline dari belakang. Jera terhadap kecerobohannya di kota yang baru saja ia injaki ini. Namun, siapa sih yang tidak ingin menjelajahi tempat yang baru saja ia kunjungi?

***

Di depan gedung itu― Beaux-Arts. Veis diam sejenak, mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya ragu memasuki sebuah gedung yang akan sering dikunjunginya, nanti.

Matanya mulai menjelajahi setiap sudut gedung megah itu, semuanya terlihat sempurna. ―Terlebih lagi, deretan lukisan yang terpajang di sepanjang dinding ruangan membuat Veis berkali-kali terpukau oleh goresan tangan para seniman kelas atas. Patung-patung yang berjejeran di setiap sudut ruangan, sama seperti Museum Art yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

Veis berhenti, sebuah lukisan yang menurutnya berbeda dari goresan yang lain berhasil mencuri perhatiannya, goresan yang terlihat abstrak namun tersirat makna disetiap coretannya.

"Cantik."

"Oh itu, dia seniman termuda dari kelas atas, katanya sih dia mahasiswa di kampus ini juga" Jelas Adeline, tanpa menolehkan kepalanya sedikit pun ke arah Veis. Dia juga terpana melihat keindahan lukisan yang terletak di bawah iluminasi lampu gantung.

"Mahasiswa baru?"
"Entah, maybe...?" Ucap Adeline ragu, bersandar di dinding ruangan.

Veis mendekatkan wajahnya ke arah lukisan itu, membaca tulisan yang diukir pada bingkai lukisan. 

"Ilya Austaria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ilya Austaria.."

"Ada rumor yang katanya dia itu bukan manusia, well.. katanya rumor itu muncul gara-gara dia sering hilang secara tiba-tiba" Adeline menahan tawa sambil berjalan menuju pintu gerbang asrama.

"Jangan ngaco deh." Tawa Veis memenuhi ruangan, ia kemudian menyusul Adeline yang berjalan lebih cepat di depannya seraya mengapit jaket hitam ke lengannya.

Pintu asrama terbuka, terlihat deretan kamar disana. Beberapa mahasiswa sedang sibuk memasukkan koper dan barang-barangnya ke dalam kamar di bantu dengan beberapa pengurus asrama.

Seorang ibu dengan umur kisaran 30 tahun melambaikan tangan ke arah Veis, dengan cepat gadis itu berjalan ke arah wanita asing itu dengan keheranan.

"Sorry madame, you called me?" Veis memiringkan kepalanya

"Yes, this is your room number" ibu itu memberikan keycard yang sudah tercetak nomor di bagian covernya.

"Oh, right. Thanks madame, are you know who's my roommate anyway?" Tanya Veis basa-basi sambil mendongakkan kepalanya. Veis terus melihat-lihat nomor kamar di sekelilingnya, mencari nomor yang seiras dengan keycardnya.

"Uhm.."

Ibu itu kemudian membuka lembaran-lembaran kertas di tangannya dan mengangkat sudut bibirnya, ngeri. Veis hanya terdiam dalam keheranan dan sekarang menatap lurus kearahnya.

"You will know later" Ucap ibu tersebut sambil mengedipkan matanya dan berjalan keluar pintu asrama.

Gadis itu hanya terdiam sebentar dan mengedikkan bahunya. Menghirau kelakukan aneh madame sebelum menyadari sesuatu.

"Sialan, Adeline ninggalin gue"

Tidak mendapati sosok Adeline yang sudah melarikan diri sedari tadi. Veis menjadi kesal namun memutuskan untuk menunda amarahnya.

Ia ingin terlebih dahulu mencari nomor kamarnya untuk meletakkan barang-barang bawaannya yang hampir membuatnya tepar. Satu persatu kamar dilewati dan tidak ada satupun nomor yang sesuai dengan keycard miliknya.

Jangan-jangan keycard gue salah lagi? Atau rusak?

Dirinya menjadi panik dan mencoba melihat-lihat ulang nomor kamar-kamar yang telah ia lewatinya tadi. Membolak-balikkan keycard yang ia pegang dari tadi untuk mengecek kerusakannya.

Sebelum satu kamar yang terletak sedikit berjauhan dengan kamar-kamar lain lebih dulu membuat Veis menatap lama ke arah kamar itu.

Dia kemudian berjalan mendekat, anehnya kamar itu tidak terdapat nomor di bagian pintunya, namun hal itu tidak ingin diambil pusing oleh Veis. Tanpa berpikir panjang, Veis langsung memindai keycard miliknya. 

Access granted

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Access granted

―Kelegaan jelas tergambar di wajah gadis itu, jantungnya mulai berdetak normal. Kejanggalan yang tadinya memenuhi pikirannya lenyap begitu saja. Tanpa menunggu waktu lama, Veis membuka kamar itu dan memasukinya.

Sekali lagi, Veis dibuat terkejut melihat desain kamar yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Terdapat ruang makan dan kolam renang di sisi kanan. —Semuanya tampak berbeda. Gadis itu bersorak kegirangan dan meletakkan semua barang-barangnya di depan pintu masuk.

Sayangnya, kebahagiaannya tak berlangsung lama, sorakannya terhenti akibat suara ketukan jendela yang membuatnya kaget setengah mati.

Siapa lagi?

_________________________________

Author's Note

Ketukan siapa sih? Ganggu kesenangan orang aja.

Hi, hi, hi! We meet again~

Haha so far, gimana ceritanya? I hope kalian suka ya. Fun fact buat yang ga ngerti alurnya ngertiin aja ya. Hehe..


Love,
Thopeachfll

Love Sign!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang