Suara ketukan yang tak begitu jelas akibat tertutupi oleh suara hujan deras, jendela yang tertutupi gorden membuatnya tidak bisa melihat siapa yang mengetuk jendela lantai 3 gedung ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Anggap aja gini)
Suara ketukan yang tak jelas asalnya itu berhenti sejenak, hal itu membuat Veis berasumsi bahwa itu hanya perasaannya saja. Baru saja menghela nafas lega, kini bunyi ketukan itu terdengar lagi, lebih keras dan keras. Membuat Veis sadar bahwa itu bukan hanya perasaannya. Lagian, siapa yang bisa ngetuk jendela kamar di lantai 3 gedung ini? Hal ini belum bisa dicerna dengan akal sehatnya. Benar-benar tidak logis.
Bulu kuduknya berdiri, namun gadis itu memberanikan diri untuk melangkah ragu mendekati jendela, ia mengintip di celah kecil gorden. Samar-samar dia melihat sosok pria dengan pakaian serba hitam dengan rambut menutupi wajahnya terus menggedor-gedor jendela kamarnya itu.
"Open!!" ucap laki-laki asing itu dengan suara menggigil.
Gadis itu terbelalak kaget dengan apa yang dilihat. Dengan cepat Veis membuka tuas jendela dan membiarkannya masuk.
"Shit!" Ucapnya menggigil, jari-jarinya menyusuri rambut di atas dahinya. Menampakkan wajahnya yang basah kuyup akibat kehujanan.
"Lo- lo kan orang tadi!" Sontak Veis kaget sambil terus menatap wajah laki-laki itu. Veis tidak menduga dia akan bertemu laki-laki itu lagi untuk kedua kalinya.
"Lo pekak atau budeg sih?" laki-laki itu terlihat sebal.
"Lo sih ngapain pake manjat-manjat bangunan sampe lantai 3, cosplay spiderman lo, hah?" Veis menatap laki-laki itu dari ujung kaki ke ujung kepalanya.
Responnya benar-benar aneh, hanya menghela nafas sebelum akhirnya membuka suara.
"Lo bener-bener gak tau gue?". Pertanyaannya cukup ambigu, membuat gadis itu hanya mengerutkan keningnya.
"Emangnya lo siapa? Kayak artis aja."
"Siapa tau?" gumamnya.
"Hah?"
Laki-laki itu berjalan beberapa meter ke arah pintu kamar mandi, meninggalkan gadis yang masih plonga-plongo di belakang.
"Tck, jawab kek"
"Apa sayang?"
Kata-kata itu berhasil membuat gadis itu merinding. Sedangkan laki-laki itu menutup pintu kamar mandi diiringi dengan tawa puas setelah berhasil menggoda anak orang.
"Dih, orang aneh."
Dengan rasa muntah, Veis merebahkan dirinya ke sofa ruang utama. Kalau ada yang lebih rumit dari matematika, itu dia, gumamnya.
***
Huft..
Veis sibuk menyusun baju-baju bawaannya ke lemari pakaian, ruangan 4x6 itu benar-benar kamar yang cukup luas untuk dihuni oleh satu orang. Interiornya yang bermodel klasik, bergaya Eropa, sangat memanjakan mata. Perabotan pun bisa dibilang cukup dari kata lengkap.
"Arsiteknya siapa sih, mau gue nikahin" ucap gadis absurd itu ngasal, entah apa yang dipikirkannya sekarang, otaknya memang terkadang berisi hal-hal random diluar perkiraan BMKG. Veis melirik ke arah jam dinding yang menggantung di atas kepalanya.
Tik Tok
Hening. Keheningan itu ternyata membuatnya teringat akan sesuatu. "Astagfirullah! Pasti ketinggal!"
Veis dengan kecepatan sonicnyaberlari keluar kamarnya. Tak lupa mengambil jaket, mengingat cuaca sedang tidak bersahabat hari ini. Bagaimana bisa gadis ceroboh itu melupakan hal yang sangat penting baginya.
"Sial, Bego banget lo Veis!"
Dengan langkah kaki yang dibuka lebar-lebar terus berlari keluar asrama. Apa yang membuatnya begitu terburu-buru? Entahlah, yang pasti itu sesuatu yang berharga. Setelah berlari cukup jauh, dia kembali berhenti di tempat awal ia menginjakkan kakinya di kota romansa. Kepalanya tidak berhenti untuk menatap ke bawah jalanan yang sedang diinjakkinya.
"Gak, gue yakin ada disini, come on!"
Veis tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang sedang ber-lalu lalang. Yang penting bukunya dapet, hanya itu yang ada dipikirannya saat ini. Sejauh ini, tempat sampah yang telah ia periksa sudah kosong. Dia menduga bahwa bisa saja buku itu terjatuh di tempat sampah. Sudah setengah jam ia berkeliling dan masih saja terus-terusan memperhatikan jalanan basah itu, sayangnya tidak ada tanda-tanda keberadaan buku yang dicarinya.
"Shhhh" Dia menggaruk-garuk kepalanya frustasi. Apa yang bisa ia lakukan sekarang? Berharap ibu peri datang agar bisa menuntaskan permasalahannya saat ini, kacau ini benar-benar kacau!
"Frustasi banget neng." Kalimat itu membuat Veis menoleh ke arah sumber suara. Laki-laki jakung berdiri di depannya dengan wajah yang nyaris―sempurna.
"Lo lagi, lo lagi."
Kenapa harus si cowo aneh itu yang harus muncul sekarang, disaat Veis tidak mau membuang-buang energi untuk menghadapinya. Karena dia yakin 100% cowo ini hanya akan membuat moodnya lebih buruk dari sekarang.
"Terserah gua mau ngapain, mau gua jungkir balik pun. Bukan urusan lo."
Cowo itu mengangkat sudut bibirnya sebelum mengambil posisi jongkok, menyamakan posisinya dengan gadis di depannya itu. Dengan berani, dia mengangkat dagu Veis menghadap ke wajahnya.
"Lo butuh ini?"
Tiba-tiba buku catatan yang tampak familiar bagi Veis, dengan sampul yang berwarna abu-abu dan terlihat sedikit kotor berada di tangan kirinya. Veis dengan cepat mengambil buku itu, sayangnya pergerakan laki-laki itu lebih duluan menjauhkan buku dari wajahnya.
"Balikin gak!"
"Gak."
"Gue bilang balikin!" Veis menekan ucapannya, terus berusaha meraih buku ditangan cowo itu.
"Lo kira gua bakal ngasih lo semudah itu?"
"Lo emang nyari gara--"
"Lakuin apapun yang gua suruh,"
"What?"
"Lakuin apapun yang gua suruh selama seminggu, and then buku ini jadi milik lo."
____________________________________
Author's note–
Buat penekanan, cerita ini bergenre romansa tapi dibalut sama comedy juga di dalamnya~