05| DUEL

470 316 112
                                    

Jangan lupa Vote ya, biar authornya makin semangat~ ⭐

Follow dulu dong! biar enggak ketinggalan chapter terbaru! 


HAPPY READING! 🎀

***

Saat ini, di depan pintu kamar tanpa nomor itu. Gadis yang sedari tadi sibuk mondar-mandir memikirkan persaingan sengit, terlebih lagi pelajaran "MATEMATIKA" dengan teman se kamarnya itu. Pada akhirnya tetap sama, dia melewatkan traktiran Adeline gara-gara cowo sialan itu. 

"Halah, ngapain takut sih? Palingan dia cuma ngancem doang, lagian tampangnya juga bego gitu bukan kaya anak olim," remeh Veis diiringi dengan ketawa paksa, padahal untuk menenangkan dirinya yang nyatanya sudah panik dari kepala sampai ujung kaki. Salahnya sendiri ngapain juga berlagak pinter kalo aslinya bego. 

Tanpa gadis itu sadari, laki-laki yang dari tadi dia bicarakan tiba-tiba sudah berada di depan pintu, entah berapa lama dia bersandar di sana. 

"Eh! Sejak kapan lo disitu?" Tanyanya sedikit terkejut. 

"Ternyata lo suka ghibahin gua ya di belakang? Awas ntar naksir loh." 

"Naksir pala lo, mending gue sama mas mas jualan cabe."

Laki-laki itu menahan kedutan di bibirnya, dia mati-matian menahan ketawa ketika melihat ekspresi kesal gadis di depannya, faktanya dia memang suka membuat Veis kesal. How cute she's. Hah? Ngomong apaan tadi gua? Apa sih, mulut gua ngawur banget. Batin seseorang emang gak pernah salah, kan?

"Woi!" pekik Veis membuat laki-laki itu terperanjat dari lamunannya. 

"Apaan?" 

"Lo denger gak gue bilang apa?" 

"Gak." 

"Makanya kalo orang ngomong denger! jangan...-"

Tiba-tiba tangan laki-laki itu dengan sendirinya menyentuh puncak kepala Veis dengan lembut. Jangankan Veis, dia sendiri bahkan tercengang dengan perbuatannya sekarang. Omelan Veis berhenti, waktu juga rasanya berhenti. Hanya ada suara jarum jam yang berbunyi. Hanya itu. semakin lama, mata obsidian Veis menatap lekat-lekat laki-laki di depannya itu tanpa berkedip sedikit pun, begitu pula dirinya. 

Hah, gua ngapain?

"Bawel." Hanya satu kata yang berhasil diucapkan laki-laki itu setelah beberapa detik, tersadar lagi ke dunia nyata. Cowo itu membenarkan posisinya dan membuka pintu lebar-lebar, 

"Lo gamau masuk, hm?" 

"Sampe kapan lo mau berdiri disitu?" Tanyanya lagi, berusaha stay cool dan menutupi kegugupannya.

"Iya, iya. Ini kan mau masuk, sabar kek!" 

Setelah Veis masuk dengan langkah yang dipercepat, laki-laki itu menyeka wajahnya sambil menutup pintu kamar. Menyandarkan kepalanya ke pintu. Anjing! Gue beneran udah gila.  

***

Veis mengingat kejadian yang dialami barusan, sambil menyandarkan dirinya ke sofa ruang tengah. Veis semakin larut dalam lamunannya, ia pun menopang dagu dengan kedua tangannya, sedangkan tatapan matanya terus terfokus menatap Menara Eiffel yang berada sekian meter dari arah jendela. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Sign!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang