dua belas

520 52 7
                                    

Malam berhati pagi. Hari ini adalah hari Minggu. Kedua anak cucu Adam itu masih nyenyak di alam mimpi. Sebelum nada dering ponsel Jisung, membuat salah satu dari mereka terbangun.

(Intro separuh nafas - dewa)

"Siapa sih pagi-pagi nelpon?!"

Jisung meraba laci di sebelahnya, mencari ponsel yang berbunyi itu di sana.

"Halo?" Sahutnya ketika ponsel sudah ia dapatkan dan bertengger di telinga nya.

"Kak Jisung, ini aku Jeongin."

"Ya? Kenapa, Jeong?"

"Kakak bisa pulang? Buna Han marah-marah terus nih."

"Kok bisa? Jelasin dikit."

"Tadi ada temen Jeongin datang, trus bicara sama buna. Abis tuh nggak tau kenapa temen Jeongin udah pergi trus Buna Han marah-marah."

"Iya, gue pulang. Nanti gue tenangin beliau. Lo nggak usah pikirin."

"Huum, Jeongin tutup dulu ya. Maaf menganggu pagi-pagi."

Hubungan itu terputus. Jisung meletakkan ponselnya lagi di atas laci.

"Hoamm ..."

Jisung mulai bergerak untuk bangun. Badannya terasa pegal-pegal sekali. Dan juga ada sesuai mengganjal di bawah nya.

"Emhh ..."

Minho menggeram pelan, ia spontan membuka matanya perlahan ketika merasakan bagian bawah nya terjepit.

"Minho?"

Minho mengulas senyum, "pagi, Han Jisung. Plis jangan gerak, nanti punya gue bangun."

"Gue mau pulang, Ho. Ada urusan, keluarin punya lo. Nggak enak anjir di sini."

Minho memasang muka malas, ia keluarkan miliknya dari lubang Jisung.

"Bilang nggak enak, tapi semalem desah di bawah gue."

Muka Jisung auto memerah malu, laki-laki itu langsung pergi jalan ke kamar mandi.

"Sialan, Lee Minho."

DYLM

"Ikut dong, Sung. Gue gabut di kosan."

Jisung menghela nafasnya, "kalo lo ikut, disana juga ngapain?"

"Ada adek lo, kan? Tadi gue denger dikit."

"Mau ngapain? Deketin? Nggak, nggak boleh. Dia sigma."

"Trus kenapa kalo dia sigma? Toh kedudukan gue lebih tinggi juga."

Jisung menghentikan aktifitasnya. Ia menatap garang ke arah Minho.

"Gue tau lo enigma, Lee Minho. Tapi jangan mentang-mentang kedudukan lo tinggi, lo bisa seenaknya."

Minho terkekeh kecil, ia bangkit dari duduknya. Menyudutkan Jisung yang entah sejak kapan punggungnya sudah menempel di dinding.

"Punya kedudukan tinggi itu nggak mudah, Jisung. Lo bakal jadi inceran banyak orang. Cuma konteks inceran nya beda. Kalo sigma, dia bakal diincer karna darahnya. Tapi kalo gue ... Mungkin bisa aja dijadiin pemimpinnya, but gue nggak mau. Lebih baik gue sembunyiin identitas gue. Dan gue niat deketin adek lo juga bercanda. Gue nggak tertarik sama sigma."


"Trus kenapa lo mau ketemu adek gue?" Jisung menatap nyalang ke arah Minho.

Minho tidak habis pikir. Alpha di depannya ini benar-benar suatu yang menarik. Ia semakin tertarik untuk berhubungan dengan Jisung.

"Siapa bilang? Gue mau ketemu bunda lo kok."

Jisung mengangkat alisnya bingung, "astaga malah ketemu buna, mau ngapain lagi lo?"

"Mau minta restu buat macarin anaknya."

To be continued ...

Halaw halaw

Akhirnya ospek fakultas kelar, jadi buat mikir buat ini xixixi. Vomment nya jangan lupa.

[✓] Do You Love Me? [minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang