“Gue barusan ngeliat Oniel sendirian di taman”
Gita mendongak, “Hubungannya sama gue?”
“Kasih tau aja sih"
Gita mendorong ke belakang kursinya, meletakkan proposal proker yang sejak tadi ia baca. “Tolong lo lanjut revisi, dikit lagi selesai. Gue mau beli minum”
“Lo sampai di bagian mana?” tanya Eli mendudukkan badannya di kursi yang Gita pakai sebelumnya.
“Pendahuluan”
“Si anjir, itu banyak namanya”
“Gue kan minta tolong”
Eli memutar malas bola matanya seraya mendengus sebal. Untung sepupu kak Shani, coba kalau bukan udah Indah sedot tuh ubun-ubunnya Gita.
“Minimal pop ice taro sama batagor sepuluh ribu” kata Eli mulai merevisi bagian dasar kegiatan.
“Ntar gue beliin”
***
Oniel penuh setia menanti. Menanti dalam ketidakpastian lebih tepatnya. Ditemani hembusan angin, ujung rambutnya yang tergerai sepunggung bergerak pelan. Oniel gelisah. Itulah jawaban jika ditanya bagaimana perasaannya sekarang. Gelisah akan seandainya Gita lupa gimana?
“Oniel”
Nada lembut mendominasi itu memusnahkan kegelisahan Oniel. Orang yang menjadi alasan rasa gelisahnya pun datang.
“Gita?” lengkungan manis dari dua sudut bibir Oniel menyambut Gita.
Gita menempatkan diri di sebelah Oniel. Kotak bekal di pangkuan Oniel menerbitkan senyuman manis seorang Gita. “Iya. Ini gue, Gita”
“Gue kira lo lupa” ucap Oniel membuka kotak bekalnya.
“Maaf buat lo nunggu lama, gue habis ngerevisi proposal proker di ruang osis” jujur Gita menikmati keindahan paras sempurna tanpa celah Cornelia Auva Wijayanto.
“Harusnya gue yang minta maaf udah salah sangka ke lo”
“Lo gak salah apa-apa Niel” Gita dengan cepat mengubah topik pembicaraan sebelum kecanggungan menguasai atmosfer mereka. “itu, lo bawa apa?”
Kotak bekal Oniel terulur di hadapan Gita. “Tadi pagi bunda buat sandwich dan masih sisa, daripada gak ada yang makan akhirnya gue bawa ke sekolah”
“Ambil Git” lanjutnya.
Gita menggigit sandwich berisi telur, sosis, dan beberapa jenis sayuran yang berpadu pas dengan bumbu beserta saus yang melengkapi sandwich tersebut. Bintang lima, seratus ribu rate. Gita tidak tahu lagi kata-kata apa yang bisa dia berikan untuk makanan satu ini.
“Gimana Git? Enak?”
“Enak banget, Niel”
Dipuji begitu, pipi Oniel merah merona. Oniel harus berterimakasih pada keikutsertaan bunda dan Bi Sumini dalam membatunya membuat sandwich yang baru saja Gita makan itu.
“Git”
“Hm”
Oniel membuang nafas perlahan, “Lo pernah bawain lagu benci untuk mencinta dari Naif kan. Lo tahu gak makna dari lagu itu apa?”
“Enggak” jawab Gita diiringi gelengan.
“Makna lagu dari benci untuk mencinta itu tentang perasaan seseorang yang serba salah dalam perihal mencintai. Mencintai salah, membenci juga salah. Bisa dibilang lagu ini menggambarkan seseorang yang dilema terhadap perasaannya sendiri. Hatinya mencintai si A tapi di sisi lain dia juga tertarik sama si B”
Jujur saja, Gita merasa tersinggung dengan penjelasan panjang lebar dari Oniel barusan. Faktanya hati Gita saat ini ada di keadaan itu. Mencintai Kathrin namun juga tertarik pada Oniel.
“Andai lo di posisi itu, tindakan apa yang lo ambil?”
“Pilih salah satu”
“Kalau kita gak bisa milih gimana?”
Oniel memutar badannya hingga menghadap Gita. Tangannya bergerak maju mencari tangan Gita. Setelah di dapat, Oniel genggam lalu ibu jarinya mengusap pelan punggung tangan Gita. “Ikuti kata hati lo, Git. Gue yakin di antara dua pilihan itu pasti ada yang sesuai atau punya kesamaan sama diri lo”
“Ingat Git, kita cuma punya satu hati dan udah seharunya kan satu hati untuk satu orang. Jangan jadi egois. Karena dari keegoisan itu, dua hati bisa terluka secara bersamaan” imbuh Oniel mengakhiri obrolan mereka.
***
Gita berbelok ke kantin, membeli sebotol air mineral serta pesanan Indah. Menunggu batagornya selesai di buat, Gita menyebar pandangan ke seluruh sudut kantin. Berjarak lima meja dari posisinya, Gita menemukan Kathrin yang tengah menyantap semangkok soto bersama Muthe. Tidak ingin mengganggu, Gita segera meninggalkan kantin usai menerima uang kembalian dari mamang penjual batagor.
“Sesuai permintaan lo” ucap Gita menaruh kantung plastik di meja.
Melihat isi kantung plastik tersebut, Eli berbinar. “Thank you my partner. Sering-sering kek kayak gini Git, biar gue hemat uang saku hehe”
“Ortu lo banyak duit kalau lo lupa” Gita mengambil proposal proker, mengecek seberapa banyak kata atau kalimat yang perlu diperbaiki. “Udah selesai semua?”
“Kurang susunan panitia, anggaran sama lampiran. Btw, lo melipir kemana dulu? Gak mungkin kan lo beli ini semua setengah jam. Seramai-ramainya kantin dan mamang batagor paling lama tuh dua puluh menit” ucap Eli memperhatikan Gita yang sibuk membolak-balik lembar proposal.
“Ketemu seseorang”
Alis Eli bertaut. “Siapa? Kathrin?”
“Rahasia” jawab Gita, Eli mendelik kesal.
“Besok kita pomosi buat requirement anggota baru, lo jangan coba-coba kabur apalagi izin dengan alasan gak masuk akal kayak minggu lalu” ujar Eli mengingatkan rekan organisasinya itu.
Gita berhenti membaca deretan nama-nama yang terlibat dalam proker. Memutar kembali memori ingatannya. Mempertanyakan alasan tidak masuk akal seperti apa yang dia gunakan minggu lalu.
“Lo izin gak ikut rapat rutin karena mau jemput kakak lo sedangkan lo sendiri aja anak pertama dan anehnya kak Shani ngeiyain. Padahal kan kak Shani tahu lo gak punya kakak” heran Eli.
“Namanya juga pakai orang dalam”
“Kata gue sih hati-hati, Git”
Gita menutup proposal proker. “For what?”
“Orang dalam” kata Eli kelewat pelan.
***
“KAK ONIELL”
Kathrin dengan riang memeluk kakaknya yang duduk berdiam diri di teras depan rumah. Menyalurkan perasaan bahagianya. Mengundang tanya dalam benak Oniel.
“Kak, aku sama kak Gita jadian”
Sekejap semesta Oniel runtuh. Secuil harapan pada Gita yang akan memilih dirinya musnah bersamaan sudut matanya yang mulai berair. Salahkah jika dia mencintai manusia bernama Gita Sekar Kirania? Atau mungkin harapannya yang salah?
“Cieee, selamat dek. Kakak ikut senang”
Ikut senang? Apa Oniel yakin? Sementara hatinya saja menolak dua kata tersebut.
Pelukan terlepas. “Aku tinggal ya kak. Mau mandi”
Mendapat anggukan, Kathrin masuk ke dalam rumah tanpa curiga. Menyisakan Oniel yang meletakkan kepalanya pada lipatan tangan, kedua kaki menekuk sebagai tumpuan. Hitungan detik, isakan Oniel sayup-sayup terdengar.
“Jadi begini rasanya patah hati”
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Rasa
FanfictionGita Sekar Kirania. Anggota OSIS yang terjebak dalam dua perasaan antara Kathrina Irene Wijayanto dan Cornelia Auva Wijayanto. Kakak beradik yang memiliki tempat spesial di hati Gita. Lantas siapa yang akan Gita pilih nantinya? Apakah Kathrin? Oniel...