10

506 60 7
                                    

Empat hari berlalu, namun keputusan Gita untuk keluar dari OSIS tak kunjung mendapatkan kepastian. Gita juga sudah dua kali tidak hadir dalam rapat. Entah itu rapat persiapan pemilihan ketua OSIS maupun rapat OSIS lainnya dan anehnya Shani tak mencarinya sama sekali.

Selama empat hari itu pula, Gita selalu menemani Oniel bahkan ia belum pernah absen dari menjaga Oniel. Setiap pulang sekolah, tempat yang selalu Gita tuju hanya satu yaitu rumah sakit. Keadaan Oniel sekarang mulai membaik, meski perempuan bergigi kelinci itu belum diperbolehkan untuk pulang.

Dari kursi di samping brankar, Gita menatap lekat wajah pucat Oniel. Sampai di detik ini, ia masih tidak percaya jika penyakit berbahaya itu ada pada tubuh Oniel. Setelah satu tarikan nafas, Gita dengan berani menggenggam tangan kiri Oniel.

“Gue sayang lo, Niel”

Ungkapan rasa itu tak mendapat balasan dari lawan bicara.

Dalam keheningan pagi, setetes demi setetes buliran bening turun membasahi kedua pipi Gita. Perasaan takut akan kehilangan selalu menghantuinya di setiap malam. Bagaimana jika Oniel meninggalkannya? Apakah ia bisa hidup tanpa Oniel?

“Kak”

Gita segera menghapus air matanya. Ia membalikkan badan lalu melempar senyum pada sang mantan. “Sendirian?”

“Bunda masih di parkiran”

Gita mengangguk pelan. Kembali ke posisi semula, pundak Gita di tepuk pelan dari belakang. “Makan dulu kak”

Kotak bekal yang Kathrin sodorkan, Gita tatap. Melihat Kathrin yang perhatian seperti ini, perasaan sesal menghinggapi hati kecilnya. Apa keputusan yang ia ambil sudah benar?

“Di makan ya kak. Jangan sampai kakak ikutan sakit. Kak Oniel masih butuh kakak” ucapan yang terlontar dari bibir Kathrin mempertemukan kedua manik mata yang sejak tadi saling menghindar.

“Kathrin”

“Gue ikhlas kak kalo pilihan lo bukan gue. Tapi, gue mohon ke lo. Tolong jangan sakiti kakak gue” Kathrin mempertemukan dua manik mata yang berbeda. Dalam tatapan itu, sorot mata Kathrin seolah memohon pada Gita. “Gue cuma minta satu dari lo, kak. Cintai kakak gue lebih dari lo mencintai gue”

Ceklek

Kedua orang itu kompak mengalihkan perhatian mereka ke arah pintu. Chika. Ibu dua anak itu menyunggingkan senyuman tipis. Dari tempat Gita berdiri, ia menyadari lirikan mata Chika yang mengarah pada Kathrin.

“Maaf bunda ganggu kalian” ucap Chika di balas gelengan kepala oleh Kathrin. “Bunda sama sekali gak ganggu, aku cuma ngobrol santai aja sama kak Gita”

Sedangkan nama yang di sebut Kathrin malah terdiam sambil memperhatikan ibu dan anak itu secara bergantian sampai pertanyaan dari Kathrin menarik atensinya.

“Iya kan kak?”

Sedikit memproses pertanyaan Kathrin, akhirnya Gita mengangguk. “Iya tante. Kami cuma mengobrol biasa, bukan hal penting kok”

“Ya sudah kalo begitu. Kathrin, temani bunda ke kantin yuk” lantas si bungsu mendekati bundanya. Di saat itu pula, pandangan Gita jatuh pada Kathrin yang melewatinya tanpa menoleh ataupun berpamitan.

***

Sepatu kanan dan kiri bergantian menyentuh lantai sekolah. Dilihat dari lingkungan sekitar yang sepi, kemungkinan besar murid-murid di sana sudah pulang ke rumah masing-masing.

Decitan suara yang timbul akibat pertemuan antara bagian bawah pintu dengan lantai mencuri perhatian orang-orang yang duduk tenang di dalam ruangan tersebut.

Dari sekian belasan orang hanya satu yang menjadi fokus Gita. Shani. Si ketua osis. Saat Gita sedang berbincang bersama petugas pengantar makanan, Shani menelefonnya untuk hadir dalam rapat. Gita sempat menolak, tapi setelah Shani memberitahu jika rapat ini akan membahas keputusannya mengenai pengajuan pengunduran dirinya, tanpa berpikir lama, Gita bergegas menuju sekolahnya.

Menempati kursi kosong di sebelah Dey, rapat di mulai. Awalnya rapat berjalan baik-baik saja, namun ketika Shani hendak menyampaikan keputusannya, Ashel mengangkat tangan.

“Iya, Ashel? Kenapa?”

“Saya merasa kurang setuju jika Gita hanya mengundurkan diri dari kandidat calon ketua osis, karena beberapa hari lalu saya memergoki Gita membolos secara diam-diam” ucap Ashel mengagetkan semua orang yang ada di ruangan.

Berbeda dari yang lain, segelintir orang yang ada di sana menganggap hal tersebut adalah hal biasa, toh bukan hanya Gita anggota osis yang pernah diam-diam membolos. Tapi, tidak sedikit pula yang sependapat dengan Ashel jika Gita pantas di keluarkan dari osis karena menurut mereka Gita sudah melanggar tata tertib organisasi osis.

Hening sesaat hingga Shani memutuskan untuk menerima pengunduran diri Gita dari kandidat calon ketua osis sekaligus mengeluarkan Gita dari organisasi osis.

“Dengan ini, saya selaku ketua osis resmi menerima pengunduran diri serta mengeluarkan Gita Sekar Kirania dari organisasi osis” tegas Shani yang mendapat respon kaget dari Dey dan Eli.

***

Oniel yang menghadap ke jendela, menikmati hujan pun menoleh ketika bunyi pintu terdengar. Mencium aroma parfum yang tidak lagi asing, Oniel mengabaikan keberadaan orang tersebut.

“Buat apa lagi lo ke sini?” nada tidak bersahabat mengiringi pertanyaan itu. Gita bukanlah orang yang mudah menyerah, maka dari itu ia melangkahkan kakinya mendekati brankar.

“Niel” panggilnya namun di abaikan.

Gita menundukkan kepala saat ia merasa lantai yang ia pijak basah. Tetes demi tetes dari ujung bajunya turun layaknya hujan yang membasahi tanah. Ia baru teringat jika dirinya menerobos hujan demi menemui Oniel.

“Gue udah denger semua obrolan lo sama bunda, termasuk keputusan lo yang lebih memilih gue ketimbang Kathrin. Ternyata lo sejahat ini ya Git? Lo bilang cuma penasaran, tapi akhirnya apa? Lo milih gue dari pada orang yang lo cinta?” Oniel tertawa sejenak, menertawai kebodohannya.

“Seumur hidup, baru kali ini gue menyesali sebuah pertemuan. Dari awal memang seharusnya kita gak usah ketemu, Git” dalam satu tarikan nafas, Oniel lanjut bicara. “Mulai sekarang jauhi gue, Git. Jangan lagi datang ke sini ataupun ke rumah gue karena gue udah muak sama lo”





To be continued

Gak kerasa udah satu bulan gak update. Buat kalian yang menunggu kelanjutan cerita ini, makasih ya. Maaf kalo baru bisa update sekarang. Terima kasih juga untuk vote dan komennya.

See you next part :)

Dua RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang