“Kak Oniel kemana, bi?” bunyi kursi yang di seret ke belakang mengisi kekosongan pagi hari di kitchen bar itu.
“Masih di kamarnya mungkin non, dari tadi bibi belum lihat non Oniel turun” jawab Bi Sumini menuang nasi goreng ke piring milik Kathrin dan Oniel.
“Tumben kak Oniel belum keluar kamar”
Kathrin memejamkan mata, baca doa sebelum makan dalam hati. Hari ini ia berangkat dan pulang sekolah diantar-jemput oleh Gita yang otomatis Oniel berangkat pulang bersama sopir pribadi keluarga mereka. Mang Damang.“Bi, aku berangkat ya” pamit Kathrin usai menyelesaikan sarapannya.
“Tolong kasih tahu kak Oniel kalau aku berangkat duluan, bi”
“Non berangkat sama siapa?”
Sambil memakai jaket pink-nya, Kathrin menjawab. “Di jemput teman, bi”
Sepatu hitam-putih yang biasa Kathrin pakai terpasang di kedua kakinya. Ia berjalan ke gerbang rumah. Menggeser pagar besi hitam yang mulai berkarat ke arah kiri.
“Hai” lambaian tangan mengiringi sapaan itu. Kathrin tersenyum, ikut melambaikan tangan.
“Kakak kamu mana?”
“Belum bangun kayaknya, kak” Kathrin mengambil helm yang menggantung di centelan bagian depan jok motor. “Tapi aneh tahu kak, gak biasanya kak Oniel jam segini belum bangun”
“NON ONIEL!!!”
Gita berlari masuk ke dalam rumah Kathrin, lebih tepatnya Gita pergi ke lantai dua mendekati sumber teriakan. Meninggalkan Kathrin yang berdiri diam memakai helm hijau tosca.
“Oniel?!”
Perempuan yang selalu ada dalam pikiran Gita itu tergeletak tidak sadarkan diri di lantai. Digendongnya ala bridal style ke kasur.
Di ambang pintu, Kathrin menyaksikan pacarnya yang terlihat mengkhawatirkan sang kakak. Kesal, cemburu, dan takut menguasai diri Kathrin.
Kesal karena mereka akan terlambat masuk sekolah, mengingat sekarang pukul enam lewat lima puluh menit yang artinya waktu mereka tersisa sepuluh menit sebelum bel sekolah berbunyi. Cemburu mengapa Gita sekhawatir itu pada kakaknya? Namun, Kathrin juga takut kakaknya kenapa-kenapa.
Punggung tangan Gita mendarat tepat di kening Oniel. “Ada obat penurun panas?”
“Ada non. Sebentar, biar bibi ambilkan”
“Minyak kayu putih juga, bi” imbuh Gita sebelum Bi Sumini pergi dari kamar Oniel.
“Baik non”
Melewati Kathrin, Bi Sumini melirik sekilas. Kenapa sorot mata anak majikannya itu mengobarkan api cemburu? Apa jangan-jangan... Bi Sumini menggeleng. Bukan haknya untuk ikut campur.
Memastikan Bi Sumini tiba dengan selamat di lantai bawah. Kathrin menghampiri Gita yang penuh kasih sayang mengusap puncak kepala Oniel. Tunggu, pacar Gita siapa sih? Kathrin atau Oniel?
Di kuasi rasa cemburu, Kathrin menarik kasar lengan kanan Gita. Alhasil usapan yang Gita berikan di puncak kepala Oniel terhenti.
“Ayok kak”
Dengan polosnya Gita bertanya. “Kemana?”
“Sekolah”
Tatapan Gita berpindah ke Oniel. Hatinya merasa berat meninggalkan Oniel yang belum sadarkan diri. Anehnya kenapa Kathrin bersikap biasa saja seolah-olah tidak terjadi apapun? Seharusnya Kathrin sama seperti Gita kan? Khawatir.
“Ayo kak, buruan. Kita udah telat nih” jika tadi ditarik, kini lengan Gita diguncang oleh Kathrin. Rengekan pun ikut terselip dalam ajakan nyerempet paksaan dari Kathrin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Rasa
FanfictionGita Sekar Kirania. Anggota OSIS yang terjebak dalam dua perasaan antara Kathrina Irene Wijayanto dan Cornelia Auva Wijayanto. Kakak beradik yang memiliki tempat spesial di hati Gita. Lantas siapa yang akan Gita pilih nantinya? Apakah Kathrin? Oniel...