"Semuanya akan derus berjalan, seperti sungai yang terus mengalir, dan hidup akan selalu berputar seperti bumi yang mengitari kuasanya. Masa lalu akan menjadi komedi jika diputar kembali, dan masa depan akan menjadi sebuah anggan tanpa sebuah pencapaian." ~RRA
Semilir angin berhembus dengan tenang membawa daun dengan rerumputan, bergerak mengikuti iramanya, kicauan burung pun terdengar memecahkan keheningan pagi ini.
Seorang wanita yang mengenakan jaket coklat itu sedang bergegas menuju suatu tempat dengan menggunakan sepeda hijaunya. Ia memasuki suatu ruangan dengan derap langkah sangat pelan. Dingin dan berantakan. Terdapat serpihan gelas kaca yang berserakan di lantai membuatnya mulai berpikir negatif terhadap semua itu. Langkahnya hampir terhenti ketika melihat sebuah kotak berwarna hitam yang berada di atas meja milik sang teman.
Nafasku semakin tercekat, kemudian aku membuka pintu kamarnya dengan sangat pelan. Aku menghampirinya dengan suasana hati tidak mengenakan. Aku takut dengan semua pikiranku dan yang aku pikirkan kali ini benar-benar terjadi. Aku lihat perempuan itu sedang berbaring tenang dengan satu benda tajam di sampingnya serta beberapa pil (buat tidur) yang masih tersisa di atas laci.
Kemudian aku menaruh jari telunjuk di bawah hidungnya mamastikan semuanya akan baik-baik saja. Hembusan angin masih bisa kurasakan di bawah hidungnya membuatku sedikit merasa lebih lega dari sebelumnya, aku menatapnya sendu.
"Kita bakal sembuh bareng-bareng."
Bulan telah menampakkan dirinya, cahaya langit mulai meredup kian malam, semilir angin menghembus kencang di sertai kilat yang membuatku sedikit terganggu dengan ricuhnya alam.
Aku membuka gorden jendelaku dengan pikiran yang sama ricuhnya dengan alam. Termenung dengan membisu mencari ketenangan hati, memikirkan bagaimana solusi untuk semua ini.
Akankah semuanya akan kembali?
Aku selalu ingin menjadi obatnya, tetapi semua itu tidaklah mudah. Aku bukanlah mereka yang bisa memberikan perhatian lebih, aku hanya seorang pemalu dan penakut yang sangat tidak mudah untuk memberikan masukan dan motivasi.
Terkadang, tanpa diketahuinya aku menangis setelah ia menceritakan keadaannya, aku selalu merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apapun untuknya.
Sebut saja dia Aiko, perempuan dengan segala keceriaannya yang menutupi latar belakang kehidupannya perempuan dengan segala lukanya yang membuatku tersadar akan kerasnya dunia.......
Seperti sungai yang mengalir, waktu pun berlalu dengan begitu cepat, membuatku tak sadar sudah ingin menjumpai akhir pekan.
Aiko sudah menjalankan aktivitas sampai biasa, tetapi tidak dengan dirinya yang biasa. Aiko yang kali ini tidak seceria dan seramah biasanya, ia menjadi lebih banyak diam dan terlihat murung.
"Ai, kok mukamu gitu sih?" Tanyaku basa-basi yang tidak mendapatkan jawaban dari Aiko."Ai, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat besok pagi, bisa?" Tanyaku lagi membuat Aiko hanya mengangguk pelan mengiyakan ajakanku.
Hati pun berganti, matahari mulai menunjukkan dirinya. Ini hari yang kutunggu membawa Aiko untuk berkonsultasi dengan psikolog dengan sedikit uang tabunganku, aku sudah merencanakan ini semua sejak lama.Aku mengendarai mobil dengan kecepatan yang menurutku tidak begitu cepat. Tetapi berbeda dengan Aiko yang sedari tadi menyuruhku untuk mengendarai mobil dengan kecepatan rendah.
"Keela, pelan-pelan saja bawa mobilnya" Suruhnya
"Kenapa si Ai? Ini udah pelan, mau seperti apa?" Tanyaku sambil menunduk untuk mengambil Hpku yang terjatuh. Tiba-tiba aku melihat dua cahaya dari arah depan di sertai suara klakson yang memecahkan gendang telingaku. Aku sudah berusaha menghentikan mobilku tetapi entah mengapa kakiku menjadi sangat kaku!Jgggggerrrrhhh
Aku merasakan sesuatu yang keras membentur kepalaku, aku menoleh kesamping melihat perempuan itu sudah menutup matanya dengan darah yang mengalir di hidungnya, pandanganku semakin memburam serta pendengarank mulai berdengung, aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu.
Sebuah mentari menyinari bumi, aku berdiri seorang diri di atas rerumputan yang indah, di sana aku melihat dua orang perempuan yang sedang bermain. Mereka menoleh ke arahku dengan sebuah senyuman yang sangat manis. Kemudian mereka menghampiriku dengan membawa sebuah benda kotak berisi tulisan.
Aku tersentak melihatnya, dia adalah Aiko bersama dengan seorang perempuan cantik yang pernah hadir di dalam hidupku."Aku akan sembuh" Ucap Aiko tersenyum ke arahku, belum sempat aku membalas ucapannya, ia dan perempuan itu berputar balik sembari berlari. Aku ingin mengejarnya, namun sesuatu menghalangiku. Cahaya itu memejamkan kedua mataku secara perlahan dan membuatku memasrahkan semua yang terjadi untuk diriku kepada sang pencipta.
Tentang seorang perempuan yang selalu ingin menjadi obat untuk orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Motivasi Diri
Short StoryCerpen tentang kebahagiaan yag yang sesungguhnya, cinta yang hakiki dan kesetiaan tanpa rasa bosan