Di sebuah desa kecil yang terpencil, hiduplah seorang pemuda bernama Arya. Ia tumbuh dalam keterbatasan, namun hatinya penuh dengan impian besar. Ayahnya bekerja sebagai petani kecil, mencoba keras untuk menyediakan cukup makanan bagi keluarganya. Namun, kekurangan selalu menjadi bayang-bayang yang mengintai.
Arya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang insinyur, meskipun sekolah yang bisa dia akses terbatas. Namun, semangatnya tidak tergoyahkan. Setiap hari, setelah membantu ayahnya di ladang, ia akan duduk dengan buku-bukunya yang lusuh, mencoba memahami dunia ilmu pengetahuan.
Ketika waktunya tiba untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, Arya sadar bahwa pilihan dan peluangnya terbatas. Tapi tekadnya tetap kuat. Ia mencoba mencari beasiswa, mengikuti berbagai tes, dan menulis surat permohonan ke berbagai lembaga. Namun, satu per satu pintu terus tertutup baginya.
Dalam keputusasaan, Arya mendengar kabar tentang kompetisi ilmiah nasional yang menawarkan beasiswa besar. Tanpa ragu, ia mendaftar dan mulai bekerja keras menyiapkan proyeknya. Hari demi hari dihabiskan di perpustakaan desa, belajar dari buku lama yang sering rusak.
Hari kompetisi tiba. Arya tampil dengan penuh semangat dan keyakinan. Namun, meskipun usahanya luar biasa, ia tidak berhasil memenangkan kompetisi. Kegagalan itu seperti pukulan keras baginya. Ayahnya mencoba menghiburnya, tetapi kecewa dan putus asa telah menemukan tempat di hatinya.
Arya merenung di tepi sungai, memandang matahari terbenam di balik perbukitan. Dia merasa terjebak dalam kegelapan, terpisah dari mimpinya. Pada malam itu, ia membuat keputusan sulit. Arya memutuskan untuk meninggalkan desa, mencari peluang baru di kota besar.
Berbulan-bulan berlalu, dan kabar tentang Arya tidak pernah terdengar lagi di desa. Keluarganya merindukannya, namun kehidupan terus berlanjut. Hingga suatu hari, sebuah surat tiba di rumah mereka. Itu dari Arya. Isinya memberi kabar bahwa ia telah menemukan pekerjaan tetap di kota besar, tetapi hidupnya tidak seindah yang dibayangkan.
Arya menulis, "Meskipun aku berjuang, aku menyadari bahwa dunia luar tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Namun, aku bersyukur atas pelajaran hidup ini." Surat itu diakhiri dengan kata-kata perpisahan yang sederhana.
Desa kecil itu tetap sama, namun di dalam hati keluarga Arya, ada rasa kehilangan yang mendalam. Cerita Arya menjadi cermin bagi mereka bahwa perjuangan tidak selalu berakhir dengan kemenangan, dan kadang-kadang, kehidupan memberikan pelajaran yang sulit untuk dipahami.
---
Semoga ceritanya memberikan gambaran yang menarik, meski dengan akhir yang sedih.
terimakasih suadah membaca sampai akhir
KAMU SEDANG MEMBACA
Motivasi Diri
Short StoryCerpen tentang kebahagiaan yag yang sesungguhnya, cinta yang hakiki dan kesetiaan tanpa rasa bosan