Sebuah Proses Alam“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”
(QS : Al-Anbiya : 30)Marilah merenung sejenak, memikirkan proses penciptaan Alam dan mencari hikmah di dalamnya. Bukti akan Ke Maha Esaan Allah dan Kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.
Kita mengimani tanpa harus mencari bukti detail, percaya Alquraan dan kebenarannya. Kebenaran dan fakta ilmiah yang sudah disebutkan ribuan tahun lalu.
Di zaman yang sudah miris akan keimanan ini, kebanyakan manusia hanya terfokus pada bukti, tanpa bukti mereka meragu dan bahkan tidak percaya. Naudzubillahi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan fakta itu terbukti oleh para ilmuan, prediksi yang entah apakah kita akan percaya atau tidak yang terpenting kita percaya hanya pada Alquran.Marquis de laplace (1796) seorang Astronomi ahhi Matematika Prancis, menurutnya anggota tata surya pernah suatu saat terbentuk massa gas besar yang bercahaya dan berputar-putar, massa ini berangsur-angsur mendingin, mengecil dan makin mendekati bentuk bola, massa tersebut menggelembung di sekitar garis khatulistiwa karena kecepatan rotasi makin lama semakin tinggi, akhirnya suatu materi terlempar dari daerah ini.
Lingkaran itu menjadi dingin, mengecil lalu akhirnya menjadi planet dengan orbit pada bidang semula di tempatnya. Lalu sebuah lingkaran dan sebuah lagi terlempar keluar dari pusat massa dan masing-masing menjadi seluruh pusat planet. Akhirnya semua planet terbentuk massa yang di tengah menjadi matahari kita. Selanjutnya, planet-planet itu sendiri melontarkan lingkaran ke ruang angkasa dan berubah menjadi satelit atau bulan.
Cukup segitu saja bisa kita ambil hikmah, bahwa Allah menciptakan Bumi ini melalui prosesAllah Maha Kuasa, kekuasaannya dalam menciptakan Alam semesta yang amat besar ini. Mengapa Allah menciptakan bumi dan langit dalam hari dan bukan dalam satu kata ‘kun’, Allah mampu menciptakan bumi dengan segala isinya hanya dalam waktu sekejap.
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya,’Jadilah’ Maka jadilah sesuatu itu.” (QS Yaasin [36] : 82)
Penciptaan bumi dan langit bukanlah berarti hari yang 24 jam. Allah menetapkan suatu urusan yang akan dikagumi oleh para malaikat dan makhluk yang melihatnya dan juga Allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya kehati-hatian dan ketelitian dalam melakukan sesuatu dan setiap sesuatu memiliki batas waktunya masing-masing. Allah menjelaskan dalam hal ini mengapa Ia membiarkan orang-orang berbuat maksiat untuk tidak diberikan balasannya.
Salah satu hikmah yang bisa kita ambil dari penciptaan Jagat Raya yaitu jika Zat yang Maha teliti yang tak mungkin salah melakukan ketelitian seperti itu maka manusia yang banyak salahnya lebih pantas melakukan ketelitian juga.
Semoga hikmah itu terpatri dalam hati saat melakukan suatu pekerjaan, agar dalam pekerjaan kita berbuah keimanan yang semakin kuat.Tidak ada yang mampu menciptakan itu semua, lalu bagaimana bisa Allah dipersekutukan dengan manusia si Makhluk lemah. Menahan ‘kebelet’ yang kita anggap ringan saja kia tidak bisa, apalagi menahan kematian, bencana alam atau yang lebih besar lagi dari itu. Allah Maha Kuasa, Allah Maha Perkasa, kita semua menyakininya, tapi ada satu hal yang kadang membuat kita ragu, ‘Apakah Allah Maha Penyayang?’
Dunia telah digemparkan oleh makhluk kecil tak kasat mata, tak mengenal kekayaan, jabatan dan pendidikan menyerang dengan cepatnya tanpa aba-aba apalagi pendaftaran, kebanyakan orang menakutinya dan berbagai macam cara dilakukan agar terhindar darinya, namun hanya kita bisa apa, semuanya sudah ditentukan, yang terpenting kita harus yakin bahwa ada hikmah dibalik itu semua.
Kita merasa ujian yang Allah berikan itu tandanya Allah gak sayang sama kita, Allah tidak peduli lagi sama kita. Berbeda sekali ketika mendapat kebahagiaan dengan ringannya kita berucap ‘Alhamdulillah’ dan saat itu kita percaya bahwa Allah menyayangi kita. Allah peduli. Allah Baik.
Memohon ampunlah, sadarlah... mengapa kau seperti ini? Mana ibadahmu? Mana kenyakinanmu? Disaat kau sedang baik-baik saja. Apa kau sudah lupa betapa bersyukurnya kau dahulu, betapa tenangmu hidupmu dahulu. Apakah kau akan terus terpuruk? Kau mengeluh, kau putus asa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Motivasi Diri
Short StoryCerpen tentang kebahagiaan yag yang sesungguhnya, cinta yang hakiki dan kesetiaan tanpa rasa bosan