Sahabat Sesurga

1 1 0
                                    

Hari ini kita berpencar menginjakkan Bumi di tempat yang berbedan merasakan manis pahitnya hidup dengan orang baru. Entah kapan hari-hari sebelumnya bisa terulang kembali, tapi aku berharap kita kan bertemu di surga-Nya nanti."

"Haa...hahh ...,Kau ini ada-ada saja, kita boleh mengingat mati, tapi pada waktu tertentu lah, kita ini sedang membicarakan planning, masa depan kita." Ucap Aji kepada Ilham dan teman-temannya, mereka sedang berkumpul di tempat biasa, Pos ronda kota.
"Bukan seperti itu..." Ucap Ilham sambutan menunduk dengan raut wajah sedih dan dibalas dengan tatapan serius dari yang lain yang sebelumnya mereka hanya mengobrol santai.
"Kenapa?" Ujab Aji, Ridwan dan Apandi hampir bersamaan. Sedangkan Niko tiba-tiba tersendat, karena sebelumnya ia sedang makan.
‘’Satu hal yang harus kalian tahu.." menatap satu per satu sahabatnya itu, tatapan yang ia tak pernah berikan selama empat tahun persahabatannya, Ilham selalu memberikan candaan, ia yang telah merubah sifat dan sikap sahabatnya, yang selalu memotivasi sehingga mereka menjadi seperti sekarang ini, ia yang akhir akhir ini tak selalu ada untuk mereka.
Mereka mendekat dan melepaskan apa yang mereka sedang pegang. Inilah suasana dan waktu di mana tak ada canda dan tawa lagi setelah ini.
"Aku terkena kanker stadium empat."

#######

    Itulah kisah persahabatanku saat masa kuliah, walaupun kami dari fakultas yang berbeda-beda, karakter yang signifikan, tapi kami selalu mempunyai waktu bersama. Adnan dengan dengan sifat malas dan bermain candu game, Aji selalu mempermainkan wanita, Ridhwan dengan sifat serakah dan borosnya, dan aku dengan Si pecandu minuman keras. Sifat-sifat buruk itu bagaikan tersiram air dan tak tertinggal sedikit pun oleh seorang yang selalu memotivasi persahabatan kami, Ilham
Ia pergi setelah empat hari menyatakan jawaban atas semua pertanyaan tentangnya yang selalu menghindar dari kami satu bulan sebelumnya. Semenjak itu gelap lah warna persahabatan kami, tak ada kebersamaan dan persahabatan, yang ada hanyalah berjalan masing-masing dengan kenangan indah yang memilukan ini
Walaupun tak ada kebersamaan lagi, namun nasehat dan penyejuk hati selalu terpatri untuk menjalani kisah kami si penduduk bumi. Aku masih teringat ketika aku menyembunyikan Miras di dalam tas ku, namun diketahui oleh Ilham, ia menatapku tajam lalu pergi tanpa sepatah kata pun. Sahabatku yang lain menatap heran, namun mereka tahu jika Ilham seperti itu, pasti ada yang salah dari orang yang ditatapnya itu dan setelah dua hari kemudian, ia bersikap seolah tak ada apa-apa, namun ia tak peduli lagi.Ketika kami sedang mengobrol santai, aku pun bertanya padanya.
"Di dalam candaan dan lelucon Kau, pasti Kau benci padaku kan?" Ucapku menatap tajam ke arahnya.
Ia menatapku dan berkata "Aku tak ingin mempunyai rasa benci, aku hanya sedang tidak peduli, tak perlu kuucapkan nasehatku lagi, itu sudah menjadi urusan Kau dengan Allah.”
  Aku tersadar bahwa ia ingin aku kembali pada jalan yang benar dan menjalankan tugas sebagai Seorang hamba-Nya. Aku, Ridhwan, Apandi dan Aji selalu ditegurnya saat kami tetap pada sifat buruk kami dan membuatnya tak peduli lagi jika kami terus melakukannya, walaupun i bersikap seperti itu, tapi kami tak pernah berani melawannya, seolah bibir dan hati ini terkunci oleh kebersamaan dan kebaikannya. Pada akhir akhirnya kami menyadari nya bahwa kami salah.
    Akan selalu ku kenang persahabatan ini dan aku kuceritakan kepada anak dan cucuku, agar mereka tahu siapa orang yang berjasa setelah Orang tua, Guru, kemudian Ilham, sahabatku.
       Kutuliskan pesan kepada sahabatku yang membaca surat ku ini:
          Jika aku tidak ada di surga, maka carilah aku di neraka dan mintalah kepada Allah agar aku menemanimu di surga dan kita akan bersama lagi seperti ketika kita di dunia.
Salam untuk sahabatku.....
Masih ingatkah Kau masa-masa bermain kita
Masa sekolah yang pernah kita lalui
Dengan tawa dan duka bersama
Memberi dukungan dan harnya sekedar menyemangati satu sama lain.
Aku....
Rindu dengan kebersamaan kita, canda dan tawa yang menjadi bumbu, dan saling percaya adalah pondasi persahabatan kita.
Namun....
Itu hanya kenangan indah, kuharap Kalian tetap mengingatnya. Kuharap kita bisa bertemu
Walaupun hanya satu menit, melihat senyum, dan keadaan Kalian baik-baik saja
Semoga.....Kita bisa bertemu , entah di dunia, atau di surga-Nya
Semoga.....Kalian di sana baik-baik saja dan selalu dalam lindungan Allah

***********

Terimakasih sudah membaca sampai akhir, semoga bermanfaat

Motivasi Diri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang