Bandung, pagi pukul 09.00 tepatnya di Panti Asuhan Sejahtera Yudha Devanka tinggal di panti asuhan bersama adiknya Reihan Devanka, mereka berdua ditinggal ke dua orang tuanya di usia Yudha 10 tahun dan Reihan tujuh tahun, mereka ditinggal karena kecelakaan beruntun di tol Cipali, mereka berdua ditemukan oleh ibu panti bernama Lola lalu dibawa ke panti.
"Abang, itu ada yang dateng ya, jangan-jangan mae adopsi anak lagi, aku takut" Gumam Reihan dengan raut wajah ketakutan." Abang juga takut, Abang gak mau kepisah sama kamu sampai besar" Jawab Yudha.
Dua sepasang suami istri turun darah mobil Civic merah, dan bertemu dengan Ibu lola. Mereka saling berbicara satu sama lain tentang pengadopsian anak lalu Yudha mengantarkan minuman untuk tamu.
Dna Reihan bocah sembilan tahun yang gemoy abis, putih, sekel, pendek, berjalan mengikutinya Yudha dari belakang. "Silakan diminum" Ujar Yudha yang sedang menaruh gelas beling di atas meja.
"Terimakasih, kamu siapa namanya?" Ucap Syiren yang lebih tepatnya terta6pada Reihan.
"Sama-sama, ini adik saya Reihan, kenapa Tant?" Jawab Yudha takut adiknya di adopsi
"Oh Reihan, Reihan mau gak ikut tante?"
"Abang aku takut" Ujar Reihan lalu memeluk Yudha. Yudha yang gesit langsung membalas pelukan adiknya. "Tenang ada Abang" Jawab Yudha
"Oh, iya gak papa kok. Tapi dipikirin lagi ya Reihan." Ujar Syiren, Reihan pun cuma mengangguk.
Waktu berganti jam, langit pun tampak gelap, mereka pulang dengan mobil Civicnya dan Reihan pun tiduran di samping Yudha.
Matahari gun terbit, mereka pikit bersama setelah pikit mereka makan mereka makan. Sore pun tiba, mereka kini sedang bermain bersama. Waktu menunjukkan pukul 15.15 dan mereka membersihkan diri lalu shalat magrib, dan setelah itu mereka makan. Setelah makan malam Yudha tertidur nyenyak dan Reihan masih menonton tv bersama Lola.
Tak lama kemudian mobil Civic merah pun datang dan Syeiren turun dari mobil.
"Tok, tok, tok, permintaan." Lola mendengar suara ketokan pintu dan langsung dibukakan olehnya. ~cekleek~
"Oh, sudah datang ya. Mari masuk duduk dulu." Ujar Lola
"Iya, Reihannya adakan?" Tanya Syiren
"Ada kok, tinggal dibujuk ajah." Syeiren menghampiri Reihan.
"Reihan lagi apa." Tanya Syiren
"Nonton tv Tant."
"Reihan mau jalan-jalan gak?"
"Mau Tant" Jawab Reihan antusias
"Tapi, ada syaratnya." Ujar Syiren
"Apa?" Tanya Reihan
"Kmau harus tinggal sama tante."
"Tapi Bang Yudha gimana?"
"Kan nanti bisa tengok kamu sebulan sekali."
"Emmm, yaudah mau tapikan Abang Yudha lagi tidur."
"Bikin surat ajah gimana?"
"Boleh, bantuin ya Tante."
"Iyaa."Sembilan tahun kemudian kini Reihan berumur delapan belas tahun dan bersekolah di SMA Ascerico, Reihan selalu dituntut untuk mendapatkan nilai seratus oleh Papah John, ternyata selama ini Reihan tidak pernah bertemu Yudha dan gak boleh bertemu, kalau Reihan maksa untuk ketemu Yudha pasti Reihan disiksa abis sama Papa John. When, jika nilai ujian Reihan tidak seratus pun begitu. Entah kemana akhir-akhir ini Syiren sering pergi pergian dan gak peduli lagi sama Reihan, dan Reihan sibuk kerja dan sibuk menjadi Papah yang kejam.
Kini di sebuah SMA ascerico tengah mengadakan ujian semester dalam enam hari. Ujian gun selesai dan sekarang Reihan telah duduk di kursi taman sendirian.
"Ckkkk.....kena lagi kena lagi, kenapa gak seratus, padahal kurang satu angka doang, pasti Papah nyiksa aku lagu nih." Lirihnya kesal. "Abang lagi di mana? Katanya mau lindungi aku? Aku sakit, Maaf!" Lanjut Reihan dalam hati dan air mata menetes ke wajahnya, dan selama beberapa menit Reihan pun pergi ke rumah dengan lajuan motor di atas rata-rata. Sesampainya di rumahReihan berjalan menuju kamarnya dengan jalan perlahan dan memulai menaiki tangga, satu tangga, dua tangga
"Reihan Devanka!" Teriak John dan membuat Reihan terkejut, lalu dengan tatapan datarnya ia berbalik badan, melihat Papahnya memegang rotan.
"Hah..... kenapa Pah?" Jawab Reihan dengan alis terangkat satu
"Turu7, saya mau lihat nilai kamu."
Reihan menghampiri Papah John lalu Reihan memberikan kertas ujiannya yang bernilai seratus.
"Mana satu lagi kertas ulangannya?" Tanya John
"Nih Pah, maaf." Ujar Reihan
CETAK!..beeet! Sakit Pah, Ujar Reihan menahan sakit. "Gak teliti banget sih, taya nyesel ngadopsi anak gak pinter kaya kamu."
Terdengarlah suara sabetan, caci maki, tonjokan, tamparan dan lain-lain, lalu John masuk ke kamarnya dengan wajah tanpa dosa. Reihan menahan rasa sakit yang dialami selama tiga tahun. Ia berlari menuju kamar dengan airmata yang masih menetes dan ia berganti pakaian, dan ia memakai topi hitam, lalu Reihan menuruni anak tangga dengan cepat, setelah keluar dari rumah ia menaiki motor ninja biru, ia menuju ke bundaran NI dan mencari tempat sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motivasi Diri
Short StoryCerpen tentang kebahagiaan yag yang sesungguhnya, cinta yang hakiki dan kesetiaan tanpa rasa bosan