19.30
Yeonjun merasa sangat kelelahan. Karena rapat HIMA ia harus pulang jam setengah 8 dan bisa saja ia mengabaikan Soobin. Yang dipikirannya hanyalah "apakah soobin akan marah jika ia terlalu lama menunggunya?" Karena sudah berkali-kali Soobin marah karena ia terlalu lama menunggu Yeonjun pulang.
"Soobin aku pulang"-Yeonjun.
Yeonjun menatap Soobin yang sedang tengkurap sambil memperhatikan mainan keretanya berputar. Rasa penasaran dari perkataan San yang dimana jika ditepuk pantatnya akan birahi.
Yeonjun mendekati Soobin dan mencoba menepuk nepuk pantatnya. Benar saja, Soobin mendesah dan merasa kalau dia kepanasan.
"Hah, beneran anjir"-Yeonjun.
"Yeonjun"-Soobin
Yeonjun mengangkat Soobin dan membawanya ke kasur.
" Yeonjun panas"-Soobin.
Yeonjun tersenyum. Ternyata yang dibicarakan San tadi siang ada benarnya. Yeonjun mulai mengukung Soobin.
"Mau apa?"-Yeonjun sambil mengelus pipi Soobin dengan telunjuknya.
Tanpa basa basi Soobin menarik Yeonjun lalu menciumnya. Yeonjun pun membalas ciumannya. Yeonjun mulai melumat dan diemutlah bibir mungil Soobin.
Yeonjun melepaskan baju yang dipakai Soobin sehingga Soobin telanjang bulat. Yeonjun mencumbu setiap tubuh Soobin. Sebenarnya ini pertama kalinya Yeonjun melakukannya, entah dapat pengetahuan dari mana ia bisa melakukan ini ke kucingnya yang polos itu.
Yeonjun pun kini membuka seluruh pakaiannya. Soobin mengelus perut kotak kotak Yeonjun. Yeonjun kembali mendekat dan melahap bibir mungil milik Soobin.
Kali ini Yeonjun mengangkat kaki Soobin. Yeonjun tersenyum melihat ekor Soobin yang bergerak tak nyaman. Ia pun langsung menarik ekor abu abu Soobin dan sukses membuat Soobin mengerang dan mendesah.
"Aku menyukai ini sayang"-Yeonjun.
Yeonjun mulai memasukkan milikknya ke dalam hole milik Soobin. Soobin berteriak sangat keras.
"Yeonjun sakit"-Soobin mulai menangis.
"Ini sakit? Ini tidak akan sakit sayang"-Yeonjun
Soobin menggeleng. Air matanya deras membasahi pipinya. Yeonjun tersenyum melihat Soobin yang menangis karena memohon. Ia pun mendekatkan bibirnya ke pipi Soobin lalu menjilat pipinya yang basah karena air mata.
"Manis"-Yeonjun tersenyum
"Sayang, kalau sakit kamu bisa cakar aku ya"-Yeonjun.
Soobin mengangguk.
Yeonjun mulai menggerakkan pinggangnya perlahan. Kuku kuku Soobin mencakar punggung Yeonjun setiap kali Yeonjun menghentakkan pinggangnya.
Yeonjun juga merasakan sakit yang teramat sakit karena punggungnya terus dicakar oleh kucing jadi jadiannta tersebut. Namun ada rasa nikmat juga ketika pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini. Jujur, ia sangat menyesal kenapa tidak melakukan ini dengan kucingnya dari dulu.
Yeonjun terus mempercepat temponya. Soobin sangat menyukai ini. Sambil terus menggerakkan pinggangnya, yeonjun juga memberikan tanda kepemilikan yang sangat banyak di tubuh Soobin.
"Ahh, Yeonjunh terus yeonjunh"-Soobin.
Soobin sudah keluar duluan. Cairan putih itu membasahi perut kotak kotak Yeonjun. Yeonjun tersenyum. Ia semakin cepat menghentakkan pinggangnya. Sampai akhirnya cairan putihnya keluar di dalamnya.
Yeonjun mengeluarkan juniornya. Ia merebahkan tubuhnya di sebelah Soobin.
"Soobin-ah"-Yeonjun sambil memeluk erat tubuh Soobin.
" Eung yeonjun"-Soobin menguselkan wajahnya di dada Yeonjun.
"Kamu benar-benar menggemaskan, apa kamu mau lagi?"-Yeonjun.
"Mau"-Soobin.
"Kapan-kapan ya, aku sangat kelelahan gara-gara rapat tadi"-Yeonjun.
Soobin mengangguk sedikit kecewa.
"Besok kita bangun pagi, besok kan tanggal merah, besok kita jalan-jalan ya"-Yeonjun.
" Yeeyyy, sayang Yeonjun"-Soobin.
"Sayang kamu banyak banyak"-Yeonjun sambil mengecup kepala Soobin.
Yeonjun tidak sadar bahwa ia mulai mencintai Soobin lebih dari hewan peliharaan. Ia juga tidak sadar kalau perasaannya semakin dalam. Yeonjun tidak tahu kalau perasaan ini akan menjadi sangat sakit jika terlalu dalam. Tapi Yeonjun tidak akan Memperdulikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEOW (YEONBIN)
FanficYeonjun melihat kucing yang akan dibuang pemiliknya itu. Ia sebagai cat lovers merasa tidak tega melihat kucing yang dibuang pemiliknya. Karena rasa kasihannya itu, Ia pun memungut kucing tersebut. Namun semakin berjalannya waktu, akhirnya Ia menget...