Percaya atau tidak, ia sudah pasti tidak bisa menyangkal atas perbuatannya. Raut wajahnya terlihat penuh dengan rasa ketakutan, tangannya juga bergetar hebat, serta kakinya yang tak kuasa menahan air kencing yang sudah berada di pucuk. Rasa paniknya membuatku ikut tak bisa menenangkan diri.
Satu persatu, para kentaur telah pergi meninggalkan ruangan. Tibalah saat gilirannya. Ia masuk dengan sangat hati-hati, mendapati seorang kentaur telah berdiri tegak dengan jas formal sembari memerhatikan pemandangan luar yang begitu cerah, meskipun langit sudah akan redup. Aku hanya berdiri di depan meja tingginya, menunggu ia menoleh ke arahku.
Ia menoleh, lalu berkata, "oh, kau yang terakhir sepertinya?" Ia tersenyum menghampiri meja kerjanya.
"Y-ya, seperti itu," ucapku sembari terkekeh. Aku memberikan CV ku ke dia, "ini CV-ku." Aku langsung memegang kedua tanganku erat-erat. Ia hanya menyedekapkan tangannya sembari membaca CV-ku.
"Keahlian, bermain biola? Menarik. Kau membawa biola?" Sialan, mengapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu kepadaku. Aku tidak membawa biolaku, lagi pula tujuanku adalah untuk melamar pekerjaan kantor, bukan audisi pencarian bakat.
"E-eum, ya, a-aku bisa bermain biola, tapi untuk sekarang, a-aku t-tidak membawa b-biolaku," ucapku dengan gagap. Rasa panikku semakin bertambah.
"Hmm, ikut denganku." Mati aku. Apa yang terjadi? Aku harap aku tidak mati sekarang. Kentaur itu langsung meninggalkan tempat kerjanya dan menyuruhku untuk mengikutinya. Aku menuruti perintah kentaur itu.
Aku dan kentaur itu sampai di sebuah ruangan besar dengan banyak tempat untuk penonton di depan. Ruangan ini seperti aula. Aku berdiri di tengah aula memandangi seluruh isi ruangan tersebut. Banyak beberapa pigura foto yang tertancap di seluruh dinding aula tersebut, mulai dari foto bunga mawar hingga foto presiden Kementerian Ollegard.
"Yak, ini dia. Silahkan!" Kentaur itu memberikan sebuah biola kepadaku. Mengapa tiba-tiba sekali? Aku mengambil biola itu dengan perlahan dan memandangi kentaur itu. "Mengapa hanya melihatku saja? Mainkan alat musik itu. Aku akan berdiri di tempat penonton." Kentaur itu berjalan menghampiri tempat penonton, dan aku berdiri tepat 1 meter di hadapannya. "Mulai saja," ucapnya.
Huft! Apakah aku harus melakukan ini? Baiklah, jika ini adalah sebagai bentuk penilaian pendaftaran pekerjaanku, aku harus melakukannya. Lagi pula, aku berbakat untuk memainkan alat musik ini.
Karena natal akan tiba, aku memainkan musik Dance of The Sugar Plum Fairy versi biola. Baru 3 detik saja, kentaur itu tersenyum ke arahku. Aku memainkannya dengan penuh penghayatan sembari kemudian kututup mataku. Aku tak melihat sekitar dan tak mendengar apapun, terkecuali pandangan yang gelap dan suara biola yang ku mainkan.
Aku memainkannya sampai akhir lagu, dan perlahan ku buka mataku. Kentaur itu sangat tersenyum puas dan bertepuk tangan kepadaku. Ia maju ke arahku, lalu berkata, "selamat, kau diterima di Departemen Hiburan." Apa? Departemen Hiburan? Ia mengambil paksa tanganku, dan menjabat tanganku.
"T-tapi-"
"Aku tahu, kau sangat berbakat, kau menginginkan departemen ini, dan selamat."
"T-tidak, kau salah paham, sepertinya ada kesalahan di sini."
"Apa? Apa maksudmu?"
"Aku tidak ingin mendaftar di Departemen Hiburan, melainkan aku ingin mendaftar di Departemen Finansial. Itu semua sudah tertera di CV-ku."
"Lalu, jika kau ingin mendaftar di departemen tersebut, mengapa kau menulis kelebihanmu seperti itu? Oh, kau tidak tahu sepertinya."
"Huh?!"
"Well, presiden mulai memberlakukan mengenai pertimbangan kelebihan dari para pelamar, oleh sebab itu, ia menyuruh para HRD untuk melakukan demonstrasi secara langsung di hadapan para HRD." Aku seketika terdiam. Aku baru tahu, jika perusahaan sebesar dan seterkenal ini bisa mempertimbangkan kelebihan para pelamar. Tapi, aku tidak ingin masuk ke Departemen Hiburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asebornezoe: The Rose of Life
FanfictionJauh sebelum adanya kehidupan, bunga mawar telah diyakini dan dipercaya oleh semua makhluk bahwa itu merupakan sebuah simbol kehidupan yang mengantarkan semua makhluk memiliki emosi dan jiwa. Di suatu kehidupan, bunga mawar besar telah mekar selama...