Bab 2: Lionna

59 11 0
                                    

Fyuh! Beruntungnya aku terbang dengan sangat cepat. Aku tidak ingin melakukan hal bodoh seperti itu di depan semua orang. Aku sampai di sebuah hutan yang sepi. Biasanya banyak hewan-hewan liar berkeliaran, tetapi ini sangat sepi. Mungkin karena hari akan gelap, mereka semua pulang ke habitatnya masing-masing.

Aku lelah untuk terbang, dan memutuskan untuk berjalan kaki saja, sembari aku mengistirahatkan sayapku. Aku berjalan dengan perlahan, tapi itu tidak bisa. Suara daun-daun dan ranting-ranting pohon yang jatuh ke tanah membuatku sangat tak nyaman. Namun, setidaknya itu memberi sebuah suara.

Langit sudah hampir gelap, aku masih terjebak di hutan belantara tak tau arah pulang. Padahal, seharusnya aku mengetahui hutan ini dan pastinya aku sudah keluar dari hutan ini. Aku memutuskan untuk duduk sejenak dan bersandar di dekat pohon ek yang ada di depanku. Aku mengeluarkan handphone-ku dan banyak sekali pesan serta telpon yang masuk. Demi Tuhan, siapa saja yang menelpon dan memberikan pesan kepadaku.

Meh, setelah dilihat-lihat, pesan nya hanya pesan tak penting bagiku. Hari sudah gelap, aku hanya duduk sembari memandangi handphone-ku. Karena ini di hutan, jaringannya hampir sama sekali tidak ada. Mati lah aku, bagaimana aku bisa pulang dan keluar dari hutan ini. Tak lama, notifikasi handphone-ku berbunyi. Sepertinya ada seseorang yang mengirimku pesan.

-----

Kau sudah lama pergi
Kemana kau?
18.27

Been?
18.28

Kau tak apa? Dimana
kau?
18.28

Aku terjebak di hutan
Bisakah kau ke sini?
18.28 ✅

Sinyalnya tidak ada
18.28 🕒

-----

Ugh! Sialan. Jaringannya sangat buruk. Yah, setidaknya ia sudah membaca pesanku. Semoga saja dia peka. Notifikasi handphone berbunyi kembali

-----

Aku akan menjemput
mu
18.30

Been?
18.30

Hutan mana?
18.30

Hutan Lyvonne,
cepatlah!
18.30 🕒

-----

Sialan. Oke, semoga pesanku dapat terkirim. Aku meletakkan handphone-ku. Selang 3 menit, suara notifikasi kembali muncul.

-----

Ok.
18.33

-----

Baiklah, setidaknya ia akan menjemputku.

Aku menutup mataku sejenak. Lalu, tak lama aku merasakan ada seseorang menepuk pundakku. Aku membuka mataku perlahan, dan melihat sekitar. Aku tak melihat siapapun, hanya hutan yang sangat gelap tanpa adanya pencahayaan.

"Dibelakangmu!"

"AAA!" teriakku. "Ish, kau mengejutkanku!"

"Berterima kasihlah aku bisa menemukanmu, ayo, hari sudah semakin gelap! Kau tidak mau kan menjadi bahan santapan hewan-hewan buas di sini kan."

Saat ia akan terbang, aku menghentikannya. "Tunggu! Bisakah kau jangan terbang?"

"Hanbeen Sungods, malaikat mana yang berpergian kemana-mana hanya berjalan, itulah yang dari tadi aku pertanyakan kepadamu, mengapa kau tidak terbang saja pergi meninggalkan hutan ini?"

Asebornezoe: The Rose of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang