Kring!!! Bel sekolah berbunyi. Aku segera menyelesaikan makanku. Segera setelah selesai, aku bergegas untuk kembali ke kelas. Hari ini adalah jam pelajaran Madam Galloreen. Ugh! Aku sangat tidak menyukai pelajaran ini.
Sesampainya di kelas, aku duduk di tempat bangkuku. Para elf yang lainnya memiliki teman bangku. Aku hanya sendirian, tapi tak apa. Aku selalu ingin menyendiri. Lagipula, mereka semua tak peduli dengan kehadiranku di sini.
Sembari menunggu, aku membuka handphone-ku dan melihat sosial media untuk mengetahui ada berita apa hari ini. Saat membuka, sebuah berita muncul di halaman beranda awalku.
"Pixiefoo, negeri alam yang tersisa dari Sembilan Alam yang sama sekali belum terdeteksi adanya rambut biru?" gerutuku dengan nada lirih. Jika semua elf... atau bahkan semua makhluk di Sembilan Alam tahu bahwa aku mempunyai rambut yang sama dengan mereka semua yang diincarnya, aku pasti akan menjadi buronan, tapi aku beruntung, aku mencoba untuk menutupinya dengan mengecat warnanya menjadi merah. Situasi saat ini sangatlah tidak aman jika seseorang sepertiku tidak mengecat rambut keabadian berwarna merah.
Madam Galloreen memasuki ruangan kelas bersama murid elf perempuan dengan wajah yang polos dan lugu. Siapa dia? Apakah dia murid baru di sini?
"Siang, anak-anak!" ujar Madam Galloreen.
"Siang, Madam!!!" ucap semua elf termasuk aku.
"Well, sebelum kita memulai pembelajaran hari ini, saya ingin memberitahu bahwa ada murid baru di kelas ini. Bisakah kau memperkenalkan dirimu di depan?"
"Oh, tentu," ucap elf perempuan itu. Ia maju selangkah, lalu memperkenalkan dirinya. "Hai, aku Yvette Kallette, aku murid baru di sini, salam kenal." Semua elf tak ada yang menjawab. Mereka semua hanya diam memperhatikan Yvette.
"Salam kenal, Yvette, silahkan kau duduk di... Ah! Dekat elf laki-laki pojok itu." Madam Galloreen menyuruh elf itu untuk duduk di sebelahku. Walaupun aku suka sendiri, tapi setidaknya aku mempunyai teman sebangku.
"Hai," ujarku.
"Hai," ujarnya.
"Senang bertemu denganmu, aku Yoel Monetta."
"Senang bertemu denganmu, Yoel."
"Jadi, kau bersekolah di mana sebelumnya?" tanyaku yang penuh penasaran dengannya.
"Apa kau sangat ingin tahu?" tanyanya balik sembari mengeluarkan buku dan alat tulisnya untuk mencatat pembelajaran hari ini.
"T-tidak, aku hanya bertanya saja." Yvette diam dan memperhatikan Madam Galloreen menulis sesuatu yang ada di papan. Sejujurnya aku benar-benar tidak ingin mengikuti pembelajaran. Ini sangat membosankan.
"Sekolah Asrama Yuliette Pixiefoo," ucapnya tiba-tiba sembari menulis.
"Yuliette? Aku tak mengira kau berasal dari sana."
"Ya, ayahku meletakkanku di nera... maksudku, sekolah itu."
"Neraka? Mengapa?" tanyaku setelah aku mendengarkan ia akan berkata "neraka" kepadaku.
"Sekolah itu sangat menyiksaku."
"Yoel! Yvette! Bisakah kalian tidak mengobrol saat jam pembelajaran? Suara kalian terdengar sampai ke depan!" ujar Madam Galloreen. Sialan ia selalu mendengarkan apapun.
"Maaf, Madam," ucapku. Madam Galloreen melanjutkan menjelaskan pembelajaran, dan kali ini aku mulai menyimak penjelasannya walaupun ini cukup membuatku mengantuk.
Kring!!! Jam pembelajaran Madam Galloreen telah usai. Fyuh! Setelah sekian lama, akhirnya aku terbebas dari pembelajaran itu.
"Kau sepertinya sangat tak menyukai Madam Galloreen," kata Yvette seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asebornezoe: The Rose of Life
FanfictionJauh sebelum adanya kehidupan, bunga mawar telah diyakini dan dipercaya oleh semua makhluk bahwa itu merupakan sebuah simbol kehidupan yang mengantarkan semua makhluk memiliki emosi dan jiwa. Di suatu kehidupan, bunga mawar besar telah mekar selama...