Bab 3: Rodden

32 10 0
                                    

Sudah pukul 15.06, kelas hari ini belum juga ditutup. Aku sudah lelah, mataku mulai agak sayu, kepalaku rasanya tak tahan dengan ocehan seorang profesor kerdil itu.

"Ugh! Ini sangat membosankan, aku ingin sekali ke–"

"Ok, semuanya, kuliah hari ini saya cukupkan, dan hari ini merupakan pertemuan terakhir kita dalam berkuliah, semoga kita dapat bertemu di semester depan, selamat sore."

"Sore!!!" seru para kerdil di kelas.

"Akhirnya, kelas usai." Aku bergegas pergi dari kelas karena aku tak tahan dengan suasananya. Aku bertanya-tanya kepada semuanya yang masih betah di kelas, meskipun jam kuliah sudah selesai, mengapa itu bisa terjadi? Aku bahkan sudah tidak tahan dengan suasana itu. Mereka bahkan berdiam sebentar dan asyik mengobrol di sana.

Meh, tak peduli dengan itu. Bagaimanapun, kuliah sudah usai untuk semester ini. Aku harus bergegas pulang untuk membantu ibu mendekor rumah karena natal akan tiba. Sangat wajib bagi para kerdil untuk mendekor rumahnya baik di dalam maupun luar saat natal akan tiba. Setiap natal, hanya aku, ibu, dan kakakku yang merayakan, ayahku sama sekali tidak pernah hadir karena ia harus bekerja mengantarkan seluruh kado di Rodden dan seluruh alam yang dikelilingi oleh sang mawar.

Aku berjalan sembari memerhatikan suasana sore hari yang sangat dingin. Salju sepertinya akan turun di natal kali ini. Tampak banyak para kerdil telah mendekorasi rumahnya. Aku juga melihat beberapa kerdil menaiki Bydwarfle, sebuah kendaraan beroda dua yang dikayuh khusus untuk para kerdil. Aku tersenyum melihat banyak kerdil menghiasi rumahnya. Sebaiknya pula, aku harus bergegas pulang.

Aku sampai di rumah, dan tampak rumah bagian luar masih kosong, tanpa dekorasi ataupun hiasan natal. Aku membuka pintu utama rumah dan suasana sangat sunyi. Bagaimana bisa rumah ini sepi? Aku masuk ke area ruang tamu, dan melihat ibuku sedang mengeluarkan seluruh dekorasi serta hiasan natal. Pohon natal juga telah ada di dalam rumah.

"Ibu? Siapa yang menebang pohon dan memasukkannya ke rumah?"

"Oh, kau sudah datang, Matt. Tidak, aku memanggil tetangga sebelah untuk membantuku."

"Mengapa ibu tidak menungguku saja? Lagipula aku sudah bilang kepada ibu, kalau aku pulang cepat, karena aku hanya ada satu kelas hari ini. Mana kakak?"

"Kakakmu belum pulang, dia lembur."

"Oh. Sini, aku bantu."

"Taruh tasmu dan gantilah baju terlebih dahulu!"

"Ay, ay, kapten!" Aku berjalan ke arah kamarku. Sampai di kamar, aku menaruh tas ransel ku di dekat meja belajar, mengganti kemeja flanel biru-merah dan celana jeans biru dengan kaos oblong hitam dan celana pendek merah. Aku kembali ke ruang tamu dan mulai membantu ibu.

"Kau bisa kan memasang lampu kelap-kelip itu di luar rumah?" tanya ibu.

"Selagi ada tangga, pasti bisa. Mau dipasang sekarang?"

"Pasang saja, mau ibu bantu juga?"

"Mungkin ibu bisa memegang tangga saja."

"Ayo, ibu bantu."

Aku pergi mengambil tangga di ruang bawah tanah dan menaruhnya di luar rumah dekat pintu utama. Saat akan menaiki tangga, ada seorang kerdil yang memanggilku dan ibu. "Hey, Matt! Sophie!"

"Oh, halo, Tuan Drazzle. Apa yang membuatmu kemari?" ucapku. Aku menghampirinya.

"Aku membawakanmu ini, sebuah pie apel."

"Oh, kau sungguh merepotkan, Drazzle," sahut ibu.

"Aish, tidak apa-apa, jangan sungkan. Lagipula, Helleyna yang membuat ini."

Asebornezoe: The Rose of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang