Bab 4: Evangora

31 10 0
                                    

Aku sampai di lantai Departemen Luar Alam dan Dimensi di gedung Kementerian Evangora. Aku harus terbang sekali lagi untuk bisa ke ruangan kakakku. Ugh, rasanya sudah tak tahan lagi aku harus terbang sekali lagi, lama-lama sayapku akan patah jika terus begini.

Aku sampai di ruangan kakakku. Aku mengetuk pintu yang bertuliskan 'Lexie Shenward' itu. Tak ada jawaban. Aku mengetuknya sekali lagi. Tidak ada jawaban sekali lagi. Jika yang ketiga ini ia tidak membukanya, mau tak mau aku harus masuk. Aku mengetuk sekali lagi. Dan, tak ada jawaban sekali lagi. Aku mencoba untuk membuka pintu, dan tidak dikunci. Baiklah, mari kita masuk.

Di ruangan, aku mulai mencari barang yang akan aku ambil. Karena kakakku meminjam tuxedo hitamku untuk foto pelantikannya menjadi ketua departemen, aku mulai mencarinya di lemari dekat sofa yang jika masuk ke dalam ruangan, sofa itu berada tepat di samping kanan. Kalau dipikir-pikir tuxedo itu adalah tuxedo pria, sementara ia seorang peri wanita dengan banyak gelar. Lalu, aku membuka lemarinya, dan ku temukan tuxedoku. Sekarang, aku harus pergi dari sini. Sebelum itu, aku meninggalkan pesan untuknya melalui handphone-ku.

Saat aku akan keluar, aku dikejutkan oleh seorang peri wanita yang berada tepat di depan pintu ruangan kakakku.

"Ah, sh-,"

"Siapa kau? Mengapa kau ada di ruangan Nyonya Lexie? Kau bisa ditahan karena menerobos masuk tanpa ada izin dari Nyonya Lexie atau pihak yang berwajib."

"Aku adiknya. Aku juga sudah memberikan kabar ke dia, jika aku hanya mengambil barangku yang ia pinjam."

"Oh?! Maaf, Tuan..."

"Richie, panggil saja Richie, jangan memanggilku dengan sebutan tuan."

"Baiklah, Richie."

Aku sudah tak tahan di sini. Aku harus kembali ke rumah. Aku berkata, "bisakah kau memberikanku jalan? Aku mau pulang. Ngomong-ngomong, terima kasih."

"Tunggu, apakah kau tidak mau diantarkan? Gedung ini sangat besar dan pasti akan membuatmu bingung dan tersesat," tawarnya. Sepertinya ide yang bagus juga aku keluar dengan seseorang. Lagipula, gedung ini bak labirin dinding putih dan membuatku pusing.

"Hmm, oke, ayo! Tapi, bisakah kita berjalan saja?"

"Kau yakin? Sebaiknya kita terbang saja, jika berjalan itu sedikit lama. Eum, tunggu, oh! Kita bisa menaiki sebuah skuter."

"Skuter?"

"Ya, kau tau, sebuah kendaraan yang-"

"Ya, aku tau apa itu skuter, tapi aku baru tahu jika di sini ada itu."

"Seluruh gedung Kementerian di Sembilan Alam mempunyai skuter masing-masing yang mana hal itu berguna untuk para makhluk yang lelah akan berjalan, terbang, maupun berenang."

"Ok, ayo!" Aku turun dari ruangan itu bersama peri wanita itu, lalu mencoba untuk memakai skuter yang ada tepat di sebelah kananku. Aku sudah lama tidak memakai skuter. Aku dan peri itu mengendarai skuter dengan pelan sembari mengobrol. "Jika kau mengenal kakakku, Lexie. Kau siapanya dia? Wakil departemen?"

"Oh, t-tidak, tidak, itu terlalu tinggi bagiku. Aku manager, sekaligus bawahannya Nyonya Lexie. Jadi, aku juga baru ini dilantik sebagai manager, tepat saat pelantikan kakakmu."

"Ah! Baiklah."

"Tapi, kau benar-benar sangat mirip dengan Nyonya Lexie, itu seperti versi prianya. Tak heran Nyonya Lexie banyak digemari oleh para bawahan lainnya karena kecantikannya."

"Secara tak langsung kau ikut memujiku, tapi terima kasih." Suasana kembali canggung, lalu aku mencairkan suasana dengan berkata, "oh, ya! Aku sudah memberitahu namaku, sekarang giliranmu."

Asebornezoe: The Rose of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang