Bab 9.

37 23 0
                                    

Sesampainya dikta di rumah dari rumah aya, ia langsung memasuki rumah megah itu, seperti biasa, dikta merasakan atmosfer rumah tersebut sangat dingin, tidak da kehangatan sedikit pun disana

Prediksi dikta kali ini, tidak akan ada penyiksaan untuk dikta kali ini, karena nilai tugas tugasnya hari ini mendapat nilai sempurna

Tapi ia tidak boleh senang begitu saja, ia harus mengerjakan tugas kantor ayahnya yang menurut dikta sangat berat bagi seumurannya, ia sering tak tidur hanya untuk mengerjakan tugas ayahnya

Menurut ayahnya, dikta harus mengerjakan tugas untuk melatih dirinya jika kelak ia memegang perusahaan ayahnya

Jika anak seumuran dikta masih keluyuran sekarang, dikta justru sudah harus berkutat dengan laptop dan ratusan kertas di meja belajarnya, ia harus menyelesaikan itu semua, jika tidak selesai ia akan di beri hukuman, apa lagi jika bukan penyiksaan

Belum lagi ia harus belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya untuk mendapatkan nilai sempurna

Tapi ia bersyukur, tugas ayahnya malam ini tidak sebanyak malam sebelumnya, jadi dikta masih memiliki beberapa jam untuk tidur malam ini

Malam ini ayahnya juga tak pulang, jika tidak lembur atau menginap di kantor, palingan ia akan clubbing dan mabok mabokan, jika ayahnya pulang pagi buta pasti dalam kondisi setengah sadar dan bau alkohol semerbak dan menempel pada jas kantornya

Dikta sudah hampir sudah mengerjakan tugas ayahnya, hanya tinggal mengecek kelengkapan berkas sebelum di serahkan kepada ayahnya, kini jam menunjukan pukul 23:15, dikta sudah mengantuk, tetapi masih ada tugas sekolah yang harus dikta kerjakan

Dikta membuka buku, mengerjakan tugasnya dan terus belajar, dikta belajar dalam keheningan, hanya ada suara detik jarum jam yang ada di dinding kamar dikta

Dikta merasa sangat mengantuk, akhirnya ia kedapur untuk menyeduh kopi agar ngantuk nya menghilang, ia juga bukan perokok, jadi kopi adalah jalan satu satu nya untuk menemani malam sunyi dikta

Dikta menuruni anak tangga, membuat segelas kopi untuk di minumnya

Setelah selesai, dikta kembali ke kamar dan mengerjakan tugas nya lagi

Waktu berjalan begitu cepat, kini jam sudah menunjukan pukul 00.30, dan semua tugas dikta sudah selesai, namun saat dikta beranjak dari meja belajar dan hendak merebahkan diri ke ranjang, tiba tiba di lantai bawah terdengar suara benturan

BRAKKK!
Dikta yang kaget pun spontan berlari kebawah untuk mengecek kondisi di bawah sana, ternyata di sana ada ayahnya yang baru saja pulang, terkulai lemas di lantai tepat di depan pintu rumah, dikta pun segera memapah ayahnya

Dan benar saja, ayahnya mabok, bau alkohol terasa menyengat. Dikta pun membaringkan ayahnya ke sebuah sofa besar yang ada di ruang tamu yang luas tersebut. Dikta melepas jas, kaos kaki serta sepatu ayahnya

Karena ia tidak sanggup memapah ayahnya naik ke kamar yang berada di lantai atas, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil bantal dan selimut, supaya ayahnya tidak kedinginan walaupun tidur di sofa

Tetapi saat ia baru mau beranjak dari sofa, tiba tiba ayahnya mengigau

"Dikta, ayah sebenarnya sayang sama kamu, ayah mau kamu mengejar impian mu sendiri, tapi ayah malah menghalangi dan memaksa kamu untuk mengurus bisnis, ini semua demi kebaikan kamu dikta" Ucap ayahnya dengan mata terpejam

Mendengar itu, dikta hanya bisa menangis, karena tak menyangka ternyata ayahnya masih menyimpan rasa sayang untuk dikta selayaknya anak sendiri, tapi mungkin ayahnya menunjukan rasa sayangnya dengan caranya sendiri yang salah

Love In The City [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang