Bab 4.

44 28 0
                                    

Keesokan harinya, Dikta berniat berangkat ke sekolah bersama Aya, tanpa sepengetahuan Aya, Dikta langsung kerumah nya.

Sementara itu, di kediaman Aya, ia sedang makan pagi bersama keluarga nya

"Pagi mah, kak"

"Pagi ya, sini duduk, sarapan dulu"

"Mah, papa kemana? Masih pagi udah kekantor?" Tanya Aaya

"Papa pergi tadi pagi pagi buta, ada kerjaan diluar kota, ga lama kok paling cuma 3 hari"

Aya pun menikmati sarapan dengan keadaan hening, karena waktu sudah cukup siang jadi Aya lebih memilih makan cepat ketimbang harus mengobrol santai

Saat Aya sedang mengunyah, tiba tiba ponsel nya berdering

TRINGGGG!!
Aya pun membuka ponsel nya, siapa tau ada hal penting atau mendesak, tapi ia justru dikagetkan dengan isi pesan dan siapa pengirimnya

Naradikta:
"Ay, coba liat keluar"

Aya seketika langsung tersedak oleh roti yang sedang dikunyah nya, ibunya pun panik

"Ya? Kamu gapapa, sini minum dulu" Aya buru buru mengambil gelas susu yang disodorkan oleh ibunya

"Mah, kak, Aya langsung berangkat dulu ya, udah ada temen didepan" Ucap Aya gugup sambil memakai tas dan belari ke gerbang depan rumahnya

"DIKTA, LO NGAPAIN DISINI?! " Ucap Aya sedikit keras, jujur saja ia kaget, tiba tiba saja dikta datang kerumah tanpa sepengetahuan nya

Dikta dengan santai memberi nya helm yang dibawa dari rumahnya "Nih, dipake ay, ayo berangkat udah siang"

Aya dengan ekspresi kaget dan kebingungan nya, tetap naik ke motor yang dibawa dikta, Aya kaget karena dikta tiba tiba menjemputnya, dan juga... Aya kaget melihat penampilan dikta, menggunakan seragam osis lengkap dengan dasi, di balut jaket kulit berwarna hitam, helm full face dan motor ducati dengan warna yang sama dengan jaket nya.

"Dikta, kamu keren, ganteng" Ucap Aya didalam batin, sejujurnya, Aya ingin langsung teriak di pinggir telinga dikta, bahwa ia sudah naksir dikta dari awal mereka sering ikut Olimpiade

"Udah siap, kita berangkat ya"

Dikta langsung melajukan motornya, dikta membawa dengan kecepatan sedang, menikmati angin pagi yang begitu segar.

Disela sela naik motor, mereka mengobrol ringan juga, mulai dari warna kesukaan, makanan favorit, dan hal hal umum lainnya. Mereka juga sering tertawa lepas, dan mereka berdua menikmati momen itu

"Tuhan.. Tolong biarkan aku hidup lebih lama lagi, tolong selalu jadikan Aya alasan, kenapa aku berada di dunia ini"

Setelah beberapa menit mereka membelah jalanan kota yang ramai, akhirnya mereka sampai di parkiran, mereka berdua satu kelas, yang otomatis mereka masuk kelas bersama

"Bisa ga buka helm nya, hahaha" Dikta tertawa lepas, melihat Aya yang kesulitan membuka pengait helm

"Kalo gabisa itu minta tolong, jangan diem doang, lucu deh" Ucap dikta sambil membuka pengait helm nya

Aya pun kaget "HAH? DIKTA BARUSAN BILANG GUE LUCU? GA MUNGKIN KAN" Batin Aya salting
"Eh kamu ngomong apa tadi ta, aku ngelamun hehehe"

"E-engga kok ay, gaada apa apa"

"Ohh yaudah, yuk masuk kelas"

Mereka berdua pun berjalan dari parkiran menuju kelas, mereka bingung, kenapa semua pasang mata tertuju pada mereka berdua

"Kenapa pada ngeliatin kita semua? Emang ada yang aneh ta? "

"Engga kok, gaada yang aneh, mungkin perasaan kamu doang kali"

Love In The City [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang