Bab 3.

71 32 3
                                    

Selama Aya diperjalanan, mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol santai, hingga pada akhirnya dikta mengajak Aya ke pantai saat hari minggu datang.

"Ay, mau ga besok kalo hari minggu kita ke pantai? "

"Boleh deh, kebetulan hari minggu aku free"

Setelah itu, dikta sudah sampai di depan gerbang rumah Aya, Aya memang tinggal di sebuah perumahan

"Langsung istirahat ya ay, makasih buat perjuangan nya hari ini"

"Iyaa makasih ya dikta, aku masuk dulu, kamu hati hati dijalan"

"Siap"

Dikta langsung mengemudikan mobilnya keluar perumahan tersebut, selama dijalan ia hanya bisa terdiam, memikirkan bagaimana perasaannya saat ini, perasaan yang dimaksud adalah perasaan suka kepada Aya.

Ya, memang tidak bisa dipungkiri lagi kalau Aya memang definisi wanita sempurna, parasnya cantik, pintar, mempunyai banyak teman, keluarga yang harmonis, good attitude, siapa yang tidak tertarik padanya.

"Aku suka sama kamu udah lama ay, semenjak kita pertama kali ketemu, sering belajar buat olimpiade, tapi aku ga berani ngungkapin itu semua, kamu berbalik 360° sama aku, aku ga pantes berada disebelah kamu, kamu cemara aja aku udah kalah ay" Ucap dikta panjang lebar selama diperjalanan, mengutarakan isi hatinya, selama ini dia tidak punya tempat cerita.

"Aku benci sama dunia, kenapa sih aku gabisa dapetin nasib yang beruntung" Tak tersadar, air mata dikta lolos begitu saja, lalu ia menepikan mobilnya sebentar, meluapkan emosinya sejenak, daripada mati konyol gara gara menyetir sambil nangis, mending menepi dulu, pikirnya.

Naradikta Shankara, Dia seorang anak brokenhome, ia tinggal bersama ayahnya, ia juga mempunyai seorang adik laki laki bernama jeanno, tetapi Jean tinggal bersama ibunya, Dikta suka membaca novel, menulis puisi, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan sastra. Cita cita nya adalah lulus dengan gelar S.S (sarjana sastra)

Dikta benci rumah, ayahnya yang memperlakukan ia tak selayaknya seperti anak sendiri, ia selalu dituntut nilai, nilai, dan nilai, setelah lulus SMA ia juga dipaksa mengambil kuliah bisnis, untuk saat ini juga ia sudah harus dipaksa belajar bisnis

Ayahnya kejam, suka main tangan, jika ia pulang dengan nilai tidak sempurna, ia akan dihukum, di rotan, di tampar, dan selalu dibandingkan dengan adiknya, Jean.

Jean tergolong anak pintar, ia suka bisnis, seperti kemauan ayahnya, saat sidang cerai, hakim menyatakan hak asuh anak, Jean lah yang harus tinggal bersama ibunya, karena itu ayah dikta selalu membenci dikta.

Setelah dikta menenangkan pikiran nya, ia memutuskan pulang kerumah, untung saja saat ia memenangkan olimpiade matematika nya, tapi hasil ulangan harian ips nya mendapat hasil 95, sudah pasti ia akan diberi hukuman.

Sesampainya dirumah, ia mengetuk pintu rumah, terlihat sepi, dikta pun berjalan pelan, berharap bisa menghindari ayahnya, tapi nasibnya belum beruntung kali ini, justru ayahnya sedang menunggu di kamarnya.

Saat ia membuka pintu kamar, dikta terkaget

"Kenapa nilai ips kamu bisa 95, HAH?" Nadanya keras, dan membentak, dikta sangat benci dibentak

"Maaf ayah, dikta fokus belajar buat olimpiade matematika, jadi nilai ips ga sempurna"

"HALAH ALESAN AJA KAMU!! " Ayah dikta langsung menampar dan memukul badan dikta dengan kursi, tak hanya satu kali, ia lakukan berkali kali sampai sampai dikta kehabisan tenaga untuk melawan, dikta jatuh di lantai, terkulai lemas dengan tubuh penuh luka

"Yah.. Maafin aku yah.. Aku udah ga kuat" Ucap dikta terbata bata, ia sudah tidak kuat, hingga pada akhirnya mata dikta tertutup

Selang 10 menit, dikta tersadar dari pingsannya, badannya penuh luka, dan nyeri sekujur tubuh, ia masih marah pada dirinya sendiri, ia selalu merasa gagal menjadi anak.

Dikta mencoba berdiri dari lantai, ia ingin membersihkan diri, ia memasuki kamar mandi dan mengisi bathtub dengan air panas

Dikta lalu merebahkan tubuhnya di dalam air, semakin lama ia membenamkan kepala nya kedalam air, semakin lama semakin dalam, hingga akhirnya ia tersadar

"Gak gak, aku ga boleh mati, masih ada Aya yang menjadi alasan aku harus hidup lebih lama lagi"

Dikta pun melanjutkan membersihkan dirinya. Setelah selesai, dikta langsung merebahkan dirinya di kasur, dengan jendela yang dibiarkan terbuka di tengah malam yang gelap, angin berhembus kencang masuk kedalam kamar dikta

Dikta suka puisi, ia mempunyai buku catatan khusus untuk puisinya, yang rata rata berisi tentang Aya dan keluh kesah

Love In The City [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang