☞Chapter 2

105 21 3
                                    

Happy reading readers

×××

Aku Kim Dahyun, anak pertama, atau mungkin ke dua? entahlah, yang ku tau aku punya saudari yang seumuran denganku, eomma tidak pernah bercerita siapa yang menjadi eonni di antara kita, dan aku noona dari Felik adik tercinta ku ya karena ia saudara satu-satunya. Umurku masih muda dan tidak akan bertambah lagi. Aku harapan eomma sebelum Felix namun naas aku telah mati. Dan sekarang Felix yang akan menjadi harapan eomma satu-satunya.

Sekarang aku tengah di ruangan dimana aku menghembuskan nafas terakhirku. Tempat yang dingin nan gelap, sunyi tanpa suara. Aku berdiri di balik jendela menatap langit malam.

Berdebar, hatiku terus merasa seperti itu sekarang, entah karena aku hanya senang atau apa, aku tidak tahu, yang pasti aku sangat bersyukur dengan apa yang terjadi tadi.

Langit malam ini sungguh indah dengan bintang yang menghiasinya seperti menggambarkan isi hatiku. Sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini, yang di setiap harinya aku hanya merasakan kegelisahan, takut, dan rasa bersalah.

Tapi sekarang pikiranku terus menuntunku ke hal-hal yang mungkin akan ku capai dengan adanya dirinya, hal-hal yang baik bagiku. Ini sungguh kesempatan yang besar.

Walaupun seperti itu, tapi ada rasa takut yang kurasakan. Aku takut menyakitinya, takut ia pergi sebelum aku mencapai apa yang aku inginkan walaupun pada akhirnya aku yang akan pergi. Apa bisa dikatakan aku egois? tapi bagaimana, aku ini sudah mati, sudah sepantasnya aku pergi, bahkan memang seharusnya aku pergi dan tidak terlihat oleh siapapun.

Disaat kematianku, aku dapat melihat ragaku yang sangat pucat dan kaku, aku dimasukkan ke dalam peti mati lalu aku dikubur di bawah tanah.

Aku melihat eomma menangis sekencang-kencangnya dan Felix pun berusaha untuk tidak menangis karena menenangkan eomma tetapi tetap saja ia tidak bisa membendung air matanya. Itu yang membuat aku belum bisa tenang dan pergi. Eomma belum mengiklaskanku.

Jadi dengan adanya dia, ini kesempatanku untuk meminta bantuannya. Aku ingin bertemu dengan eomma dan Felix untuk terakhir kalinya. Jika bisa aku ingin bertemu dengan appa lalu menggentayangi nya, itu pun jika appa masih hidup. Dan aku sangat ingin bertemu saudariku membawanya pulang kepada eomma. Semoga tuhan mempertemukan kita.

Oke, mengingat kejadian tadi siang. Aku tidak dapat menahan senyumku.

Dahyun pov end

°
°

Flashback

"Aish, kenapa kau selalu membuat ku terkejut?" geram Sana sembari mengatur detak jantungnya.

"Hehe mianhe"

Sang pelaku hanya menyengir kuda tanpa merasa bersalah. Sana menghela nafasnya lalu berjalan mendekati Dahyun yang berdiri diluar jendela.

"Perlu sesuatu? atau kau hanya iseng?" tanya Sana masih kesal karenanya. Yang dilontarkan pertanyaan pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Lalu ada apa?" tanyanya lagi.

"Kau bisa melihatku?" bukannya menjawab, Dahyun malah kembali bertanya. Sana mengerutkan keningnya karena bingung dengan pertanyaan si yeoja putih itu.

"Mwoya, apa maksudmu?"

"Kau tidak takut padaku? aku ini seram" ujar Dahyun lalu menyengir seram dan kedua tangannya diangkat seperti ingin menerkam layaknya vampir. Sontak hal tersebut malah membuat Sana tertawa.

"Mwoya?" tanya Sana sembari terus tertawa kecil. Bukannya seram tapi lucu, menurut Sana.

"Jinjja? kau tidak takut?"

I'm not IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang