☞Chapter 7

70 12 2
                                    

Happy reading

×××

Aku terbangun dari tidurku. Perlahan mataku terbuka, menyesuaikan penglihatan dengan cahaya kamar. Gorden pintu balkon sedikit terbuka hingga cahaya cukup masuk ke dalam kamar. Kepala menoleh ke samping kiri. Huh~ sama seperti kemarin, yeoja itu sudah tidak ada disampingku.

Jam berapa sekarang? Aku melihat jam di ponselku, sekarang baru jam 6 lewat. Apa dia terbiasa bangun sangat pagi? Aku terduduk, mengucek mataku sembari menguap.

Aku turun dari ranjang, dengan malas aku berjalan gontai menuju balkon. Sepertinya Dahyun berada disitu.

Benar dugaan ku, Dahyun tengah berdiri dengan tangannya bersandar pada pagar. Walaupun dari belakang dia tetap terlihat cantik dengan rambut blonde nya, seperti salju.

Aku berjalan mendekati Dahyun lalu memeluk tubuh kecilnya dari belakang.

"Eh? Sa-sana eonni?" Dahyun bersuara. Sepertinya dia terkejut.

"Dahyun-ah.." panggilku sembari menyandarkan kepalaku dipundaknya.

"Ne eonni?

"Sedang apa kau disini sepagi ini hm?" tanyaku dengan suara yang serak dan parau, jujur aku masih mengantuk hingga mataku terpejam diposisi seperti ini.

"Hanya ingin, udara pagi sangat menyegarkan" jawabnya, aku hanya mengangguk kecil.

Entahlah mengapa aku merasa nyaman memeluk seperti ini. Dahyun pun seperti tidak terganggu ataupun merasa risih dengan posisi saat ini. Aku dapat menghirup aroma bayi dari tubuhnya, Dahyun memang cocok disebut anak kecil.

Hingga panggilannya membuat mataku terbuka.
"Sana eonni"

"Hm? wae Dahyun-ah?"

"Jika masih mengantuk tidurlah dikamar, biar aku yang siapkan sarapannya" ujar Dahyun, aku membalasnya dengan menggelengkan kepala tidak setuju lalu ku pejamkan kembali mataku. Aku memeluknya lebih erat.

Kudengar Dahyun menghela nafasnya. Apa dia mulai tidak nyaman? Ku angkat kepalaku menatapnya dari samping. Dahyun sadar jika aku menatapnya tapi dia tidak mau menatapku dan malah membuang mukanya ke arah lain.

"Dahyun-ah.."

"Ne eonni..?"

"Kau punya ponsel?" tanyaku. Aku belum pernah melihatnya memainkan benda itu.

"Aniyo, aku tidak punya apa-apa eonni. Aku kesini dengan tangan kosong" jawabnya seraya tersenyum, senyum yang aku tidak tahu maksudnya apa. Mengapa malang sekali hidupmu Dahyun-ah.

Aku kembali menyandarkan kepalaku dipundaknya, memeluk perutnya lebih erat.

Jika Dahyun tidak punya ponsel bagaimana aku akan berkomunikasi dengannya disaat kita jauh nanti, apa aku belikan saja ya?

"Siang nanti kita beli ponsel untukmu"

Dapat kurasakan Dahyun memegang lenganku yang melingkar diperutnya.

"Tidak perlu eonni, kau sudah sangat baik padaku. Aku tidak terlalu membutuhkan benda itu" jawabnya lalu melepaskan lenganku pada perutnya, ia berbalik menghadap ku.

"Kemarin eonni bilang hari ini akan jalan-jalan kan" ucap Dahyun dan aku pun mengangguk membenarkannya.

"Lebih baik eonni segera mandi dan bersiap, aku akan membuat sarapan" ucapnya.

"Ini terlalu pagi Dahyun-ah~ aku masih mengantuk" jawabku. Untuk apa keluar sepagi ini, niatku ingin jalan-jalan dengan Dahyun bukan jogging pagi.

"Tidurlah kembali eonni, aku akan buat sarapan dulu agar nanti eonni langsung makan"  ujarnya lalu berjalan masuk meninggalkan ku.

I'm not IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang