☞Chapter 9

71 14 13
                                    

×××

Manusia bukanlah makhluk abadi, perlahan mereka akan meninggalkan dunia nyata dan bersama dengan itu, manusia baru akan terlahir.

Tidak ada yang tahu akan sampai kapan umur akan bertambah, umur tidak bisa menentukan kapan kita meninggalkan dunia ini, umur hanya angka.

Yaa.. umur hanyalah angka. Dan umurku masih sangat muda untuk mati, kenapa tuhan tega masih membuatku menderita setelah aku mati, aku belum menikah.TT

Walau ini bukan penderitaan yang kurasakan disaat masa hidupku sebelumnya, tapi rasa sakit dan tidak tenang dalam hatiku ini lebih membuatku menderita dari pada di sakiti secara fisik. Aku merindukan eomma.

Sebuah janji yang ku ucapkan pada eomma terus menghantui pikiranku, pertanda eomma masih mengingat janjiku yang belum sempat aku lakukan.

Aku berjalan di halaman belakang rumah milik yeoja yang sangat amat cantik. Yeoja baik yang tulus membantu dan menerima ku berteduh dirumahnya.

Udara pagi ini sangat sejuk, tubuhku merasa sangat segar setelah terkena udara yang menyejukkan ini. Aku terduduk di kursi biasa aku berdiam diri disini.

Aku tertawa kecil setelah mengingat pertemuan pertamaku dengan yeoja yang mirip baby tiger itu. Wajah terkejutnya masih aku ingat. Apa hari ini Chaeyoung akan ke sini? Hm, aku harap begitu.

Setelah aku berkunjung ke rumah Chaeyoung beberapa hari yang lalu, Chaeyoung jadi sering mampir kesini setelah ia pulang bekerja paruh waktu atau sepulang kuliah.

Besok, Chaeyoung bilang Jeongyeon akan kembali ke Korea. Dan bersamaan dengan kembalinya Jeongyeon dari luar negeri, malamnya adalah pesta ulang tahun sahabat Sana eonni.

Aku benar-benar bingung sekarang. Sana eonni mengajakku untuk ke pesta ulang tahun Momo, tapi bagaimana? Alasan apa yang akan ku berikan untuk menolak ajakannya.

*Bruk

Aku menoleh ke belakang, sapu yang terletak bersandar di samping tembok rumah terjatuh. Itu pasti ulah anak-anak kecil, mereka sering sekali bermain di sekitar rumah Sana eonni akhir-akhir ini.

Ingin aku menghampirinya dan bermain bersama namun tidak bisa, di saat aku baru berniat akan menghampiri nya saja mereka sudah pergi duluan. Seseram itu kah aku?

"Dahyun-ah.."

Aku menoleh ke sumber suara, itu Sana eonni. Ia berjalan menghampiriku.

"Ne eonni?"

"Sedang apa hm? sepagi ini kau sudah diluar" ujar Sana eonni lalu duduk disebelah ku.

"Hanya ingin" tidak ada alasan khusus aku diam disini. Siapa pun akan senang merasakan udara menyejukkan menerpa wajah.

"Hari ini aku mulai bekerja di cafe milik Jihyo, kau ingin ikut?" tanyanya.

"Eonni bekerja?" entah mengapa aku bertanya padahal sudah jelas Sana eonni bilang akan bekerja.

Sana eonni menganggukkan kepalanya
"Hm, jadi kau ingin ikut Dahyun-ah?" tanya Sana eonni kembali.

Aku menjawabnya dengan menggelengkan kepala
"Aku di rumah saja eonni" jawabku.

"Tidak apa kau di rumah sendirian? Bibi tidak akan ke sini beberapa minggu ke depan" ucapnya, dan dapat ku lihat kekhawatiran di wajahnya.

Aku hanya mengangguk sembari tersenyum. Sungguh aku malah merasa senang jika tidak ada yang menemaniku selain Sana eonni dan Chaeyoung.

"Kau yakin Dahyun-ah?" tanyanya kembali.

"Ne, aku yakin eonni. Aku akan baik-baik saja"

"Arraseo"

I'm not IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang