☞Chapter 6

101 16 5
                                    


×××

Hari sudah sore bahkan hampir malam, matahari pun perlahan mulai menghilang. Dahyun berjalan dengan raut wajah sumringahnya. Bukan tanpa alasan, itu karena ia telah bersenang-senang dengan teman barunya, siapa lagi jika bukan Son Chaeyoung. Mereka telah menghabiskan waktu bersama di tempat bermain. Hal yang sudah lama tidak Dahyun lakukan.

Walaupun orang-orang memandang Chaeyoung aneh karena seperti sedang berbicara sendiri, yeoja yang mirip baby tiger itu menghiraukannya walau Dahyun telah memberitahu agar berbicara padanya disaat tidak ada banyak orang dan tidak ada orang yang melihatnya.

Disepanjang jalan Dahyun terus menyunggingkan senyumnya, ia tidak diantar Chaeyoung sampai depan rumah Sana karena takut Sana melihatnya bersama Chaeyoung, pasti akan ada pertanyaan yang terlontar dari mulut yeoja jepang itu padanya.

Hingga tidak terasa Dahyun sudah berada di depan rumah Sana. Pintu ia buka perlahan, takut jika bibi akan ketakutan melihat pintu rumah seperti terbuka sendiri. Sepi, seperti tidak ada siapapun. Dahyun melangkah lebih dalam menuju lantai atas, terlihat pintu kamarnya tertutup.

Dahyun mengetuknya namun tidak ada jawaban, yeoja pirang itu mengetuknya kembali
"Sana-shi.." panggilnya.

Hingga suara Sana menyahutinya dari dalam "Sebentar"

Terdengar suara kunci pintu terbuka dan pintu pun dibuka oleh sang pemilik kamar. Sana menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

"Dari mana saja kau? Ini sudah hampir malam, kau orang baru disini. Jika ada yang menculikmu bagaimana?" tanyanya mengomeli Dahyun.

"Lagi pula tidak ada yang ingin menculik makhluk seperti ku" -batin Dahyun.

Dahyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia hanya menyengir kuda menanggapi pertanyaan Sana.

Sana menghela nafasnya "Segeralah mandi, setelah itu bantu aku memasak. Bibi tidak ada malam ini" ujar Sana lalu berbalik melangkah masuk lebih dalam meninggalkan Dahyun yang masih berdiri diambang pintu.

Dahyun mengerutkan keningnya bingung
"Mandi?" gumamnya dan sedetik kemudian ia mengendus tubuhnya sendiri.

"Aku tidak bau sama sekali" -batinnya menggerutu. Ia tidak perlu mandi, pikirannya.

"Kenapa masih diam disitu eoh?" teriak Sana membuat Dahyun tersadar dari pikirannya.

"Aah, ne" jawab Dahyun lalu masuk dan menutup pintunya. Dahyun langsung menuju kamar mandi.

Di kamar mandi ia tidak benar-benar mandi. Dahyun melihat dirinya di pantulan kaca, bersih tanpa adanya luka. Lalu ia memejamkan matanya, helaan nafas kecil ia hembusan. Dengan perlahan mata indah itu terbuka. Dahyun melihat kondisi dirinya yang sekarang, cukup mengerikan dan menyeramkan. Mata yang berubah menjadi putih, bercak darah di baju, luka di kulitnya, sungguh menyeramkan.

30 menit berselang, Sana yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang dan hanya memainkan ponselnya, mulai merasa jenuh menunggu Dahyun yang sedari tadi belum kunjung keluar dari kamar mandi.

"Kenapa anak itu lama sekali" gumam Sana sembari pandangannya melihat ke arah pintu kamar mandi.

Sana beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan mendekati kamar mandi. Ketukan pintu terdengar oleh Dahyun yang sedang duduk di meja wastafel dan hanya memainkan air busa yang bergenang di wastafel. Segera Dahyun menghentikan kegiatannya itu dan membuang air didalam wastafel.

Pintu dibukanya dari dalam. Yeoja berkulit putih itu kebingungan melihat raut wajah Sana yang sembari berkacak pinggang. "Kenapa lama sekali eoh? Kau tau, kau di dalam sudah setengah jam lebih" ujar Sana setelah berdecak.

I'm not IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang