"Gue mau ke supermarket! Ada yang mau nitip gak?" teriak Hafisa dari depan pintu. Athena yang daritadi sedang menonton langsung berteriak.
"Gue nitip minuman kaleng, snack yang biasa gue beli, mie korea, cokelat, biskuit, roti..." Hafisa mengerucutkan bibirnya saat mendengar Athena menitipkan banyak pesanan saat ia bilang bahwa ia ingin pergi ke supermarket.
"Na, kalo nitip tuh tau diri dikit, kek! Mana minjem duit gue dulu, lagi! Lo 'kan kalo minjem gapernah ganti!" omel Hafisa pada Athena yang hanya duduk santai di sofa sambil mengganti channel teve.
"Idih, pelit, lo! Lo emang nggak tega sama gue yang kurus kering kurang gizi gini? Entar kalo duit gue banyak, baru gue ganti!" balas Athena yang tidak mau kalah.
Hafisa rasanya ingin memakan Athena saja kalau ia bisa. "Emang lo banyak duitnya kapan? Pas gue beranak lima?"
"Kalo nanti lo malah mandul, gimana?" ucap Athena yang segera dibalas oleh pukulan tangan Hafisa.
"Lo aja yang mandul! Sekalian kalo nanti lo punya anak, anak lo malah mirip Adul!"
Athena mengangkat sebelah alisnya dan tidak menggubris kalimat Hafisa. "Gue yang mau ke supermarket aja belinya nggak sebanyak yang cuma nitip. Mana yang nitip gatau diri!" oceh Hafisa seraya bangkit dari sofa dan mengambil dompetnya yang ia letakkan di meja.
"Na, lo 'kan punya kaki, punya motor juga, kenapa sih masih nitip terus?" tanya Gitta lalu duduk di sebelah Athena dan mengambil cemilan yang sedang dimakan gadis itu. "Mana lagi, lo nitipnya banyak banget. Udah, Fis, gausah dibeliin. Lo beliin gue aja, gue nitip makanan yang kaya biasa, ya. Satu kok," pesan Gitta lalu mengambil remote teve dan mengganti channel-nya.
Hafisa semakin kesal saja saat mendengar kalimat terakhir Gitta.
"Eh, Git, sama aja, woy! Lo kira makanan yang lo suka titip harganya murah? Sama aja kaya harga makanan yang gue titip tapi bedanya gue banyak, dan lo cuma satu!" omel Athena pada Gitta. "Satu lagi. Gue lagi nonton! Jangan ganti-ganti channel gue lah!"
"Tapi gue cuma satu, 'kan!" balas Gitta tak terima.
"Tau, ah! Udah bangkotan masih aja nggak mau ngalah sama yang muda," ucap Athena yang dibalas dengan tatapan maut Gitta. Hafisa hanya bisa diam melihat kedua saudaranya bertengkar. Udah sering, batinnya.
"Kalo Riana liat, bisa pusing tujuh keliling liat kalian berdua! Udah, ah, gue beliin semuanya biar adil. Gue jalan dulu," pamit Hafisa kemudian melangkahkan kakinya keluar rumah. Dan, seperti biasa, Hafisa selalu berjalan kaki ke supermarket karana jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Saat sampai di supermarket, Hafisa segera mengambil keranjang belanjaan yang diletakkan disebelah pintu masuk dan segera berjalan menuju aneka cemilan. Setelah memasukkan beberapa makanan yang ia inginkan, ia segera mencari pesanan yang diinginkan Athena dan juga Gitta.
Hafisa melangkahkan kakinya menuju minuan kaleng dan segera mengambil beberapa minuman kaleng dan segera memasukan ke keranjang belanjaannya yang sudah penuh. Setelah merasa semua yang dibutuhkannya sudah berada dalam kerjanjang belanjaan, Hafisa segera menuju kekasir yang untungnya tidak ada antrian.
"Jadi totalnya 253 ribu," ucap penjaga kasir itu. Hafisa segera membuka dompetnya, namun, sepersekian detik kemudian ia malah terdiam. Kok cuma 50 ribu.. batinnya.
"Mbak.. Kok dompet saya cuma 50 ribu, ya? Duh, Mbak, gimana nih.." ucap Hafisa panik.
"Wah, saya nggak tau tuh, Mbak. Mau dikurangin aja makanannya?" balas penjaga kasir memberi ide.
Makanan mana ya yang harus gue buang? tanya Hafisa dalam hati. Ia menimbang-nimbang mana yang penting dan mana yang tidak. Dan menurut pertimbangannya, makanan yang ia beli tidak ada yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Quirky Records of Friday Night
Teen FictionFour girls, one house. Apa jadinya kalau empat orang gadis remaja yang sedang having the time of their life diletakkan di dalam satu rumah? Piring kotor yang menumpuk, jemuran lembab yang terlambat diangkat, kain kusut yang menunggu untuk disetrika...