Gitta melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar sepupunya. Malam jumat. Saatnya mereka berkumpul seperti biasa.
Perempuan itu langsung saja membuka pintu salah satu kamar terdekatnya-kamar Athena yang keadaannya cukup berantakan untuk seorang perempuan.
Gitta hanya bisa menggeleng pelan. Kapan sepupunya itu mau berubah? Bukan hanya merubah penampilan saja, tapi seluruh sifat dan kebiasaan buruknya.
"Malem jumat," ucap Gitta saat melihat Athena yang sedang bermalas-malasan di kasur. Melihat sepupunya itu datang, Athena langsung beranjak dari tempat tidurnya. "Kumpul di bawah kayak biasanya. Ada banyak hal yang perlu diomongin."
Setelah berkata seperti itu, Gitta langsung meninggalkan Athena di kamarnya dengan pintu yang terbuka lebar, membuat Athena mendengus sedangkan Gitta menghampiri sepupunya yang lain di kamarnya. Menyuruh mereka untuk turun dan berkumpul seperti biasa.
Mereka berempat saling bertatapan satu sama lain. Menunggu salah satu untuk memulai pembicaraan dan akan disahuti oleh yang lainnya.
Tapi, sudah beberapa menit berlalu dan waktu hanya terbuang sia-sia dengan keheningan tanpa ada suara lain selain deru napas yang saling beradu.
Gitta berdeham pelan, membuat ketiga sepupunya mengarahkan pandangannya bersamaan. "Pengakuan Dosa. Nggak ada yang mau ngomong?" tanya Gitta dengan alis terangkat. "Kalau nggak ada yang mau ngomong, mendingan kita ngomongin kemajuan tentang target masing-masing."
Sontak, Athena mendengus mendengarnya. Berbeda dengan Hafisa yang sudah membulatkan kedua bola matanya dengan bibir bawah yang dia gigit dan Riana yang menghembuskan nafas kasar. Gitta menautkan kedua alisnya. Menunggu siapa yang akan memulai.
Lagi, hanya keheningan yang melingkupi mereka berempat. Tidak seperti biasanya. Setiap malam Jumat-apalagi setiap mereka berkumpul, pasti ada saja yang diributkan. Tapi, melihat ketiga sepupunya yang terdiam seperti itu-terutama Athena, membuat Gitta menjadi bingung sendiri.
"Niatnya menghindari kandang buaya, eh, malah masuk ke kandang harimau," cetus Athena. Perempuan itu terlihat kesal entah kenapa. Membuat ketiga sepupunya yang lain melihat Athena dengan bingung. "Jadi, mau ngomongin tentang target kita masing-masing?" tanya Athena lagi, memastikan.
Gitta mengangguk cepat, membuat kedua sepupunya ikut mengangguk. Riana tahu, ini pertama kalinya mereka membicarakan tentang target mereka bersama-sama seperti ini. Di malam Jumat sebelumnya, Riana tidak menceritakan kepada siapapun. Apalagi, tentang Rivo yang mengganggu waktunya untuk mendekati Davio.
"Kalian udah tahu 'kan, kalau gue nargetin Dipta?" tanya Athena sedikit ketus, mengingat pertemuannya dengan Dipta membuat emosinya sedikit melonjak karena dia yang tidak berhenti untuk mempermalukan dirinya sendiri di depan Dipta. "Nggak ada kemajuan. Gue udah berusaha. Seenggaknya, gue udah mau berubah supaya bisa dapetin dia."
"Makanya, kalau berubah jangan setengah-setengah," sahut Hafisa-yang sedari tadi membungkam mulutnya. "Jangan penampilan doang yang diubah. Sifat sama semua kebiasaan buruk juga harus diubah."
Athena menopang dagunya. Terdiam beberapa lama, memikirkan saran Hafisa itu. Sebenarnya, saran Hafisa cukup bisa dia terima. Berhubung saran itu akan membantunya untuk bisa mendapatkan Dipta kembali, jadi, kenapa tidak?
"Yang lainnya?" tanya Athena menatap ketiga sepupunya sedikitpenasaran. "Lo, Git. 'Kan lo yang nyaranin buat ngomong gini."
Perempuan itu terlihat mengerutkan keningnya. Lalu, dia meringis pelan saat menyadari sesuatu. "Gue lupa, gue belum nentuin target buat taruhan ini," ucapnya sedikit bingung. "Gue sama sekali nggak inget buat nentuin target."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Quirky Records of Friday Night
Novela JuvenilFour girls, one house. Apa jadinya kalau empat orang gadis remaja yang sedang having the time of their life diletakkan di dalam satu rumah? Piring kotor yang menumpuk, jemuran lembab yang terlambat diangkat, kain kusut yang menunggu untuk disetrika...