Chapter 13

2.9K 306 44
                                    

Salah satu yang Athena berusaha untuk jaga baik-baik (selain kehormatan) adalah harga diri-meski sejujurnya, remaja urakan itu belum bisa merealisasikannya dengan sukses. Tapi hari ini, waktu bangun tidur, Athena berdiri di depan cermin dan berkata keras-keras, "pokoknya gue harus jaga harga diri gue! Gak ada yang namanya malu-maluin!"

Dan Athena menyempatkan untuk keramas dan menyisir rambutnya rapi, melumuri badannya dengan sabun super-wangi milik Gitta banyak-banyak sampai dia terlihat bersih, dan pakai baju yang baru disetrika sebelum berangkat ke tempat bimbel dengan semangat berapi-api. Riana yang berpapasan dengannya waktu mau berangkat sampai pangling.

"Loh, Na, mau kemana?" tanyanya dengan dahi berkerut. "Kok tumben rapi banget?"

"Mau les!" jawab Athena semangat. "Gue ntar beli makan sendiri pulangnya, jadi kalian makan malem tanpa gue, ya! Byeeee!"

Lalu Athena berangkat dengan motornya, meninggalkan Riana planga-plongo sendiri.

Alasan kenapa Athena rela menghabiskan lima belas menit lebih lama untuk bersiap-siap sedang melepaskan helmnya waktu dia sedang parkir motor. Biasanya, Athena tanpa tedeng aling-aling akan langsung berisik menyapa, tapi kali ini gadis itu cuma melambaikan tangan singkat sambil nyengir waktu Dipta menoleh.

"Na," ucap si cowok-lebih untuk ke formalitas dari pada keinginan. Athena menyadari ekspresi heran terpatri di wajah Dipta, dan gadis itu langsung merasa kepercayaan dirinya naik satu level lebih tinggi.

"Dip," balasnya, cengengesan lebar dengan dagu yang sedikit naik. Athena ingin menunggu Dipta-nya selesai merapikan isi bagasi motornya, tapi alih-alih, dia memutuskan untuk jalan lebih dulu. "Gue duluan!" serunya riang.

Dipta mengerutkan alisnya yang rapi, arah matanya kembali pada si cewek berambut ombre tersebut. Ada yang aneh, pikirnya, apa ya?

Tapi begitu Athena menoleh lagi ke arahnya ketika sedang naik tangga pintu gedung tempat lesnya-untuk melambaikan tangan?-kakinya yang panjang tanpa sengaja terantuk kakinya yang lain, membuat Athena jatuh tersungkur dengan bunyi 'gedubrak!' kencang.

Dipta mendengus sambil memalingkan wajahnya.

Nggak, nggak jadi aneh. Cewek itu masih tetap nggak waras.

"Jadi, teman-teman," Mas Jarwo, guru bimbel matematika yang masih muda itu membuka pelajaran hari itu dengan suaranya yang serak-serak basah. "Karena kita sudah mau masuk semester baru, kita di bimbel juga mau ngasih kalian latihan tambahan untuk nyiapin kalian di sekolah."

Athena langsung menyandarkan punggungnya ke kursi, bibirnya manyun. Latihan tambahan menurutnya cuma buang-buang tenaga, karena dia harus memutar otak lebih kuat. Buang-buang waktu karena tiga atau lebih dari dua puluh empat jamnya terambil untuk mengerjakan soal dan bukan refreshing. Buang-buang pohon karena pasti akan banyak kertas-kertas tambahan. Buang-buang uang.

Bibir Athena makin maju begitu jilid-an kertas-kertas latihannya mulai disebar ke seluruh penjuru kelas.

"Heh, Athena! Ngapain kamu monyong-monyong?" Suara Mas Jarwo malah membuat bibir Athena makin mengerucut.

"Biar kamu meleleh terus aku bebas tugas aja, gimana?" jawab Athena asal, menerima cekikik tertahan dari teman-teman sekelasnya. Mas Jarwo langsung pasang tampang senyum-senyum genit.

"Masa, toh?" tanya Mas Jarwo sambil mengedip-ngedip, "yo wis, sini tak bawa pulang ke Jogja ketemu Ibu sekalian minta restu," tambanya dengan gaya Jawa-nya yang khas, membuat anak-anak sekelas langsung tertawa. Athena sendiri sudah melet-melet memasang ekspresi jijik yang di lebih-lebihkan selagi teman-temannya mengelu-elukan 'Cieeeeeee' serempak.

Mas Jarwo sendiri akhirnya tertawa. "Soal latihan tambahan, saya saranin jangan dikerjain sendiri karena nanti selesainya lama. Saya bebasin kalian untuk kerjain berdua atau rame-rame, bikin kelompok sendiri terserah...."

The Quirky Records of Friday NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang