Akhirnya Gitta dapat merebahkan tubuh di tempat tidur kesayangannya setelah hampir seharian beraktivitas. Cewek itu menghembuskan nafas panjang hingga matanya terpejam. Ralat, hampir terpejam sebelum suara ketukan yang berasal dari pintu kamarnya terdengar. Disusul dengan suara cempreng milik Athena.
Ia mendengus kesal dan hendak membunuh Athena seandainya ia tidak terlalu lemas untuk bangun dari kasurnya. Dari tempatnya berbaring, ia dapat melihat sepupunya itu menampakan cengiran lebar disusul dengan langkah lebarnya menuju meja belajar miliknya.
"Lo adalah orang kedua yang ingin gue musnahkan dari muka bumi ini setelah pengacara sok pinter yang suka berkoar di twitter itu, Na." Gitta akhirnya bersuara, sambil tetap berbaring. "Dan jangan pernah nampakkin cengiran ngeselin itu disaat gue capek, karena itu adalah hal yang paling bikin gue pengen nabok muka lo pake panci."
Tadinya, Athena ingin membalas perkataan Gitta dengan kata-kata yang lebih pedas. Tapi tidak jadi begitu ia melihat wajah gitta yang sepertinya amat sangat kelelahan. "Git, kemarin gue ketemu Genta."
Gitta menautkan alisnya bingung. "Genta? Siapa?"
Athena berdecak. "Pikun banget sih, lo! Itu, loh, cowok yang gue kenalin di pensi kemaren."
"Terus?"
"Kita sempet ngobrolin lo. Katanya, dia minta varsity yang waktu itu dia pinjemin. Gak tau malu banget lo, pinjem barang orang gak dikembaliin. Gue yang malu, kan, jadinya." Katanya.
Sejenak Gitta terdiam. Pikirannya terlempar pada kejadian dimana ketiga sepupunya mengejek dirinya karena memakai varsity milik Genta, cowok yang baru ia kenal sehari waktu itu.
"Git? Itu varsity punya siapa?" Athena baru sadar akan barang asing yang bertengger manis di tubuh Gitta. Kini keduanya baru memasuki rumah sepulang dari pensi yang baru saja mereka tonton. "Perasaan itu varsity ekskul saman sekolah gue."
Yang ditanya malah gelagapan sendiri. Belum lagi Hafisa dan Riana yang sedang duduk di ruang teve menatapnya menunggu jawaban. "E-eh, itu, varsity--"
Belum sempat gitta menyelesaikan kalimatnya, Athena buru-buru melihat nama yang tertera di kanan atas dan membacanya. "Ini punya Genta?! Gimana bisa ada di lo, Git? Lo nyuri ya?! Ngaku!"
"Genta siapa?" Hafisa tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Temen sekolah gue. Tadi kita ketemu terus gue kenalin deh sama Gitta." Jelas Athena.
"Gila! Baru kenal aja udah ngasihin varsity nya buat lo, so-sweet banget, Git." Hafisa berkomentar.
So-sweet pala lu peang. So-sweet dari mana coba tuh orang, Gitta membatin.
"Biasanya cowok kayak gitu karena dia tertarik." Ujar Riana kalem.
"Cie sekarang Gitta demennya sama berondong!" Athena menyeletuk.
"Lo semua gak tau apa-apa diem aja, deh!" Gitta bergegas menaiki tangga menuju kamarnya. Ia sudah lelah dengan hari itu yang banyak sekali kebetulan antara dirinya dan cowok bernama Genta itu.
"Oh, iya. Ada di lemari, Na. Ambil aja,"
Athena berjalan menuju lemari baju gita seraya berujar, "Dia bilang, lo cantik tapi gahar. Sayang, mana ada cowok yang mau sama lo."
Gitta menahan emosinya. "Bilangin ke dia, emang ada cewek yang mau sama cowok nyebelin macem dia?"
**
Gitta mendengus keras seraya mematikan sambungan teleponnya. Athena memintanya untuk menjemput cewek itu dengan alasan ninja kesayangannya masuk bengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Quirky Records of Friday Night
Teen FictionFour girls, one house. Apa jadinya kalau empat orang gadis remaja yang sedang having the time of their life diletakkan di dalam satu rumah? Piring kotor yang menumpuk, jemuran lembab yang terlambat diangkat, kain kusut yang menunggu untuk disetrika...